Rabu, 19 Desember 2007

Think Simple

Diambil dari milis forest gam (forest_gam@yahoogroups.com)
Dalam kehidupan sehari-hari, kita hendaknya mencari cara terbaik untuk memecahkan setiap masalah yang terjadi. Tetapi, saat menghadapi suatu masalah seringkali kita terkecoh, sehingga walaupun masalah tersebut terpecahkan, tetapi pemecahan yang ada bukanlah suatu pemecahan yang efisien dan justru malah terlalu rumit. Mari kita coba lihat dalam dua kasus di bawah ini :
  • Kasus kotak sabun yang kosong terjadi di salah satu perusahaan kosmetik yang terbesar di Jepang. Perusahaan tersebut menerima keluhan dari pelanggan yang mengatakan bahwa ia telah membeli kotak sabun yang kosong. Dengan segera para pimpinan perusahaan menceritakan masalah tersebut ke bagian pengepakan yang bertugas untuk memindahkan semua kotak sabun yang telah dipak ke departemen pengiriman. Karena suatu alasan, ada satu kotak sabun yang terluput dan mencapai bagian pengepakan dalam keadaan kosong. Tim manajemen meminta para teknisi untuk memecahkan masalah tersebut. Dengan segera, para teknisi bekerja keras untuk membuat sebuah mesin sinar X dengan monitor resolusi tinggi yang dioperasikan oleh dua orang untuk melihat semua kotak sabun yang melewati sinar tersebut dan memastikan bahwa kotak tersebut tidak kosong. Tak diragukan lagi, mereka bekerja keras dan cepat tetapi biaya yang dikeluarkan pun tidak sedikit. Tetapi saat ada seorang karyawan di sebuah perusahaan kecil dihadapkan pada permasalahan yang sama, ia tidak berpikir tentang hal-hal yang rumit, tetapi ia muncul dengan solusi yang berbeda. Ia membeli sebuah kipas angin listrik untuk industri yang memiliki tenaga cukup besar dan mengarahkannya ke garis pengepakan. Ia menyalakan kipas angin tersebut, dan setiap ada kotak sabun yang melewati kipas angin tersebut, kipas tersebut meniup kotak sabun yang kosong keluar dari jalur pengepakan.

  • Pada saat NASA mulai mengirimkan astronot ke luar angkasa, mereka menemukan bahwa pulpen mereka tidak bisa berfungsi di gravitasi nol, karena tinta pulpen tersebut tidak dapat mengalir ke mata pena. Untuk memecahkan masalah tersebut, mereka menghabiskan waktu satu decade dan 12 juta dolar. Mereka mengembangkan sebuah pulpen yang dapat berfungsi pada keadaan-keadaan seperti gravitasi nol, terbalik, dalam air, dalam berbagai permukaan termasuk kristal dan dalam derajat temperature mulai dari di bawah titik beku sampai lebih dari 300 derajat Celcius. Dan apakah yang dilakukan para orang Rusia ? Mereka menggunakan pensil !

  • Suatu hari, seorang pemilik apartemen menerima komplain dari pelanggannya. Para pelanggan mulai merasa waktu tunggu mereka di pintu lift terasa lama seiring bertambahnya penghuni di apartemen itu. Sang pemilik apartemen mengundang sejumlah pakar untuk memecahkan masalah tersebut . Seorang pakar menyarankan agar menambah jumlah lift. Tentu, dengan bertambahnya lift, waktu tunggu jadi berkurang. Pakar kedua meminta pemilik untuk mengganti lift yang lebih cepat, dengan asumsi, semakin cepat orang terlayani. Kedua saran tadi tentu memerlukan biaya yang tidak sedikit. Tetapi, pakar ketiga hanya menyarankan satu hal, bahwa inti dari komplain pelanggan anda adalah mereka merasa lama menunggu. Pakar tadi hanya menyarankan kepada sang pemilik apartemen untuk menginvestasikan kaca cermin di depan lift, supaya para pelanggan teralihkan perhatiannya dari pekerjaan 'menunggu ' dan merasa 'tidak menunggu lift '.It works !

Smiley :

Filosofi KISS ( Keep It Simple Stupid ), yaitu selalu mencari solusi yang sederhana, sehingga bahkan orang bodoh sekalipun dapat melakukannya. Cobalah menyusun solusi yang paling sederhana dan memungkinkan untuk memecahkan masalah yang ada. Maka dari itu, kita harus belajar untuk fokus pada solusi daripada pada berfokus pada masalah. Bila kita melihat pada apa yang tidak kita punya di dalam hidup kita, kita tidak akan memiliki apa-apa. Tetapi bila kita melihat pada apa yang ada di tangan kita, kita memiliki segalanya

Happy Christmas


Selamat hari Natal 25 Desember 2007
DamaiNya senantiasa menaungi hati kita, keluarga kita, teman-teman kita dan orang-orang yang dekat di hati kita

Selasa, 18 Desember 2007

Awal mula Perayaan Natal

Syallom....
Tak Terasa sebentar lagi kita akan merayakan Christmas, gaung perayaan ini sudah dapat kita rasakan hari-hari belakangan. Rumah-rumah mulai dihiasi pohon dan kandang natal, wangi kue yang dibakar sudah mulai tercium dari rumah-ruah dan juga orang-orang mulai giat bersih-bersih mulai dari bersih rumah, gereja dan yang paling penting membersihkan hati.
Mengenai perayaan Natal itu sendiri sebenarnya belum dirayakan oleh jemaat Kristen mula-mula, pada awalnya yang dirayakan hanyalah pesta Paska (ingat pesan Yesus pada perjamuan terakhir...."Lakukanlah ini sebagai peringatan akan Daku..."). Lantas, kenapa juga kita mesti merayakan Natal kalo memang tidak diperintahkan oleh Yesus?

Tahun berapakah tepatnya Yesus lahir?
Sebagian dari kita dengan beranggapan bahwa dalam bahasa Inggris ada sebutan B.C. (Before Christ) atau sebelum Masehi untuk menyebut tahun-tahun sebelum kelahiran Kristus dan A.D.(Anno Domini) atau Masehi untuk tahun sesudahnya, maka mereka menganggap Yesus lahir tepat pada tahun 0 Masehi, padahal tahun 0 sebelum Masehi atau tahun 0 Masehi tidak pernah ada. Jadi tahun berapakan Yesus lahir?

Menurut catatan Flavius Josephus, seorang ahli sejarah yang hidup pada tahun 37-100 Masehi, Herodes yang disebutkan dalam Matius 2:1 adalah Herodes Agung, yang hidup dari tahun 73-4 SM. Raja Herodes inilah yang menyebabkan Yesus diungsikan ke Mesir. Baru setelah kematiannya, Yesus kembali dari pengungsian (Mat.2:19-20). Dengan demikian dapat ditarik kesimpulan, bahwa Yesus dilahirkan sekurang-kurangnya beberapa tahun atau bulan sebelum 4SM, diperkirakan pada tahun 5 SM.

Lalu bagaimana dengan bulan kelahirannya?
Apabila kita melihat peta, maka kita dapat menemukan bahwa Israel terletak di sebelah Utara garis Khatulistiwa, hampir sejajar dengan Jepang, yang berarti bulan Desember adalah musim dingin. Bagaimana dengan catatan Injil yang menyatakan ”Gembala-gembala menjaga kawanan domba mereka pada waktu malam” (Bdk. Lukas 2:8) Hal ini menunjukkan Yesus tidak dilahirkan pada bulan Desember.

Pada abad pertama sampai akhir abad ketiga dunia dikuasai oleh kekaisaran Romawi yang menganut kepercayaan paganisme (menyembah berhala). Pada masa itu orang-orang Kristen banyak yang dikejar-kejar dan dibunuh. Masyarakat Romawi mempunyai perayaan setiap tanggal 25 Desember untuk menyembah matahari (sebagai dewa) yang kembali ke belahan bumi utara, atau mereka sebut sebagai hari kelahiran dewa matahari. Perayaan tersebut dirayakan dengan menyiapkan masakan khusus, menghiasi rumah dengan daun-daun hijau, menyanyi bersama dan tukar menukar kado. Setelah Kaisar Konstantine naik tahta dan menjadi Kristen, dia kemudian menjadikan agama Kristen sebagai agama Negara. Kaisar Konstantine kemudian memerintahkan rakyatnya untuk tidak lagi menyembah matahari sebagai dewa, tetapi menyembah Yesus, Tuhan yang sesungguhnya. Kemudian tanggal 25 Desember yang biasanya dirayakan sebagai hari kelahiran (kedatangan) dewa matahari kemudian dijadikan sebagai hari kelahiran Yesus. Tercatat perayaan Natal yang pertama dilaksanakan pada tanggal 25 Desember tahun 336 Masehi, kebiasaan-kebiasaan rakyat yakni menghiasi rumah, tukar-menukar kado, menyanyi bersama tetap dilakukan hanya saja sudah memiliki makna yang berbeda yakni tidak lagi untuk menyambut kedatangan dewa matahari tetapi menyambut kedatangan Yesus sang Pembawa Damai.

Asal Usul Pohon Natal
Tradisi pohon Natal berawal dari jaman pra-kristen. Pada masa itu bangsa Celtic menyembah pohon pinus sebagai dewa bel (dewa matahari), namun setelah mereka menganut agama Kristen dan mengenal Yesus, mereka tidak lagi menyembah pohon pinus, namun menyembah pohon kehidupan yang tidak akan pernah mati yakni Yesus Kristus. Sejak itu pohon pinus dijadikan lambang Natal, dengan makna yang sama sekali baru, bukan lagi sebagai dewa matahari melainkan untuk mengingatkan manusia akan pohon kehidupan yakni Yesus Kristus.
Tradisi menghias pohon Natal dimulai di Riga, Latvia (1510 M). Saat itu Marthin Luther yang sedang berjalan-jalan terkesima oleh keindahan pucuk-pucuk pohon pinus yang berbalut salju tipis. Marthin Luther kemudian memasukkan pohon pinus ke dalam rumah dan menghiasinya dengan lilin agar anak-anaknya dapat menikmati juga keindahan pohon pinus tersebut.

Santa Klaus
Santa Klaus adalah seorang pastur di Myra, seorang yang sangat murah hati. Dia memiliki kebiasaan memberikan hadiah kepada tiga anak seorang wanita miskin. Pada tahun 1100 di banyak Negara-negara Eropa, Santa Klaus kemudian menjadi lambang usaha saling memberi.

Sekarang kita sudah tau kalo Yesus ternyata tidak lahir pada tanggal 25 Desember dan perayaan Natal berasal dari perayaan bangsa Romawi kuno untuk menyembah dewa matahari dan semua itu cukup sebagai pengetahuan kita saja. Kita tidak perlu berkutat pada permasalahan tanggal berapa sebenarnya Yesus lahir dan membuat kita mengkeramatkan tanggal tertentu dari pada yang lain, yang pada akhirnya justru akan melupakan bahwa Rahmat, Kasih dan Anugrah-Nya selalu baru dan melimpah setiap hari.

Kesalahan tanggal ataupun tahun kelahiran Yesus tidak akan berpengaruh terhadap Iman dan kepercayaan kita kepada-Nya. Belakangan ini banyak tuduhan dari berbagai pihak yang mengatakan bahwa dengan merayakan Natal berarti umat kristen melestarikan upacara kaum kafir, tetapi sesungguhnya adalah bahwa kita merayakan Natal untuk mengingatkan kita umat manusia akan kebesaran dan kebaikan Allah yang telah menganugerahkan PutraNya Yesus Kristus dan membawa damai sejahtera bagi kita manusia.
Dalam merayakan Natal, yang lebih utama dan terutama harus kita pikirkan sebagai murid-murid Kristus adalah hadiah atau komitmen apa yang akan kita berikan sebagai persembahan kepada Kristus, pada saat kita memperingati hari kelahiran-Nya?

* Dari berbagai sumber.

Senin, 03 Desember 2007

Sifat dan Kepribadian Berdasarkan Golongan Darah

Kiriman dari Seorang Teman

Kalo di Jepang, ramalan tentang seseorang lebih didasarkan pada golongan darah daripada zodiak atau shio. Katanya sih golongan darah itu kan ditentukan berdasarkan protein-protein tertentu yang membangun semua sel di tubuh kita, maka paling masuk akal, kalo golongan darah menentukan sifat2 kita.
NB.Saya sendiri bergolongan darah B,sangat jarang memang, hanya dimiliki orang-orang keren pilihan :))

SIFAT SECARA UMUM
A : terorganisir, konsisten, jiwa kerja sama tinggi, tapi selalu cemas (soalnya perfeksionis) yg kadang bikin org kesel
B : nyantai, easy going, my pace, bebas dan paling menikmati hidup (iya banget..!!!)
O :berjiwa besar, supel, gak mau ngalah, gak suka yg mendetil
AB: unik (terkadang lain sendiri), banyak akal, berkepribadian ganda (soalnya kadang A kadang B sih)

Yg paling gampang ngaret soal waktu :
1 B
2 O
3 AB
4 A

Yg paling susah mentolerir kesalahan org :
1 A (perfeksionis sih)
2 B
3 AB
4 O (yg paling berjiwa besar ... katanya loh)

Yg paling bisa dipercaya :
1 A ( Emang paling bisa dipercaya!!!! ^------^)
2 O
3 B
4 AB

Menurut survey, gol darah yg paling dipengenin jadi temen :
1 O (orangnya sportif)
2 A
3 AB
4 B

Kebalikan, temen yg paling disebelin :
1 B (Masa sich..???)
2 AB
3 A
4 O

MENYANGKUT OTAK DAN KEMAMPUAN :
Yg paling gampang nyasar
1 B (terfokus sama satu hal aja yg menarik buat dia, makanya sering gak ngeh ama sekitar :-p)
2 A
3 O
4 AB

Yg paling banyak meraih medali di olimpiade olah raga :
1 O (jago olahraga)
2 A
3 B (kalo udah konsen, gak terpengaruh pressure dari sekitar. hampir seluruh atlet judo, renang dan gulat jepang bergoldar B)
4 AB (paling payah kalo udah soal OR)

Yg paling banyak jadi direktur dan pemimpin :
1 O (berjiwa leadership dan suka tantangan)
2 A
3 B
4 AB

Yg jadi PM jepang rata2 bergoldar :
1 O (berjiwa pemimpin sih)

Mahasiswa Tokyo Univ pada umumnya bergol darah :
1 B (Cieee...)

Yg paling gampang nabung :
1 A (teratur sih)
2 O
3 AB
4 B (iya nich,yang penting kan happy ya...)


Yg paling kuat hitung menghitung (berdasarkan data lomba nasional menghitung di Jepang) :
1 B (soalnya kalo udah konsen, yg dikepala cuma yg lagi dikerjain)

Yg paling kuat ingetannya :
1 O
2 AB
3 A
4 B

Yg paling cocok jadi MC :
1 A (kaya planner berjalan sih)

MENYANGKUT KESEHATAN :
Yg paling panjang umur :
1 O (gak gampang stress, antibody nya paling joss!)
2 A
3 B
4 AB

Yg paling gampang gendut
1 O (nafsu makan gede, makannya cepet lagi)
2 B
3 A
4 AB

Paling gampang digigit nyamuk :
1 O

Yg paling gampang flu/demam/batuk/pilek
1 A (lemah terhadap virus dan pernyakit menular)
2 AB
3 O
4 B

Action pas acara makan2 di pesta :
O (banyak ngambil protein hewani. pokoknya daging2an)
A (ngambil yg berimbang. 4 sehat 5 sempurna :-p)
B (yg paling banyak ngambil yg banyak kandungan airnya spt soup,fruits drinks )
AB (mesti dicicipin semua sebisa mungkin, gak mau rugi :-p)

Yg paling cepat botak :
1 O
2 B
3 A
4 AB

Yg tidurnya paling nyenyak dan susah dibangunin :
1 B (gempa skala 4.5 juga masih ngorok katanya)
2 AB
3 A
4 O

Yg paling cepet tertidur
1 B
2 O
3 AB
4 A

Penyakit yg mudah menyerang :
A :susah stress, tapi hati2 dengan kanker dan penyakit menular melalui virus
B :lemah terhadap virus, hati2 dg virus2 berbahaya
O :pencernaan kurang bagus, gampang sakit perut
AB :hati2 sama kanker. mudah jantungan dan kagetan

Diet yg dianjurkan (buat yg pengen diet)
A : perfeksionis! nyantai aja tapi yg pasti, terlalu ketat nanti malah gak ada hasil!
B :susah konsen, makanya olahraga yg bisa sambil nonton TV :-p )
O : daya konsen tinggi. dianjurkan diet jangka pendek yg menghasilkan, seperti "lose 3 kgs in 10 days"
AB : gampang capek, makanya yg bikin perasaan rileks. daripada
jogging,mending tennis.

Yg paling sering kecelakaan lalu lintas (berdasarkan data kepolisian)
1 A
2 B
3 O
4 AB

MENYANGKUT LOVE LIFE :
Yg paling gampang selingkuh
1 B (ngga ah..setia nich..!!!)
2 O
3 A
4 AB

Yg paling gampang cerai :
1 A
2 O
3 B
4 AB (banyak akal dan mudah menyesuaikan diri)

Cowok yg paling laku dan alasannya :
1 O (suka sports, pelindung)
2 A (konsisten)
3 B (my pace, mood2an huehehe)
4 AB (unik, suka humor, tapi sukar dimengerti)

Cewek yg paling laku dan alasan:
1 A
2 O
3 B (mood2an, gak jago ngurus rumah)
4 AB (lain dari yg lain)
(AB no terakhir mulu)

Duit lebih penting dari cinta :
1 B (suka hura2 sih :-p)
2 AB(cowo/cewe matre)
3 O
4 A (Cinta lebih penting daripada duit)

Ngerefres otak di pabrik glue

Hari Jumat kemarin komputer saya di kantor hang,setelah dihidupkan ngga masuk-masuk ke windows,padahal udah utak-atik asal di set up,eh gak jadi-jadi.Kalo orang EDP/IT ada di tempat sich ngga masalah,nah ini,orang ITnya sudah ke Ternate.
Saking boringnya itu komputer hampir saya tendang,walaupun senam tangan sudah saya layangkan.Akhirnya saya menyerah. Ngeliat tampang saya yang ngga karu-karuan,teman kantor saya pa Marthin berinisiatip ngajak saya jalan-jalan ke pabrik Glue PT.Wiranusa Trisatya.
PT.Wiranusa Trisatya merupakan salah satu anak perusahaan dari Group Perusahaan tempat saya bekerja dan terletak tidak terlau jauh dari kantor saya.Setiba di pabrik ini kami kemudian mencari buah kelapa muda yang memang banyak terdapat di dalam lokasi pabrik.Setelah menikmati kelapa muda,kami lalu naik ke menara pabrik sampai ke lantai 3.Sebenarnya menara pabrik ini terdiri dari 4 lantai,tetapi karena takut ketinggian (maklum naik ke lantai 4 menggunakan tangga panjat)kami hanya berani hingga mencapai lantai 3.Wah...dari ketinggian ini pemandangan benar-benar indah,apalagi merasakan terpaan angin di wajah,semua keboringan di kantor tadi lantas hilang begitu saja.Tak lupa kami juga mengabadikan moment tersebut dengan foto berbagai gaya.
Puas bersay Fuji,kami kemudian turun dan jalan-jalan di taman pabrik.Taman pabrik ini sangatlah asri,hijau bunga,cemara dan pinus tumbuh dimana-mana.Sambil jalan-jalan mata kami juga jeli memperhatikan jenis-jenis bunga yang belum ada di koleksi tanamman di rumah dan yup...di sebuah pojokan saya menemukan serumpun bunga anggrek yang sangat cantik dengan bunga berwarna kuning pucat.
Setelah kurang lebih dua jam menghabiskan waktu di pabrik ini,kami kemudian pulang kemmbali ke kantor,keboringan udah hilang, trus dapat oleh-oleh anggrek pula... :)

Rabu, 21 November 2007

Tinutuan : Bubur Manado

Tinutuan

Selain dikenal dengan perempuannya yang cantik-cantik, Manado juga dikenal dengan makanan khasnya Tinutuan atau Bubur Manado. Tinutuan tidak seperti bubur biasa yang kita kenal selama ini yang terbuat dari campuran beras dan air. Tinutuan, seperti arti harfiahnya campur aduk, adalah merupakan bubur yang terbuat dari campuran berbagai macam bahan seperti beras, jagung,air,singkong,bayam,kangkung,kunyit,kemangi,garam dan biasanya juga disajikan dengan tahu. Karena mengandung berbagai macam bahan di atas, bisa dipastikan bahwa Tinutuan mengandung banyak gizi dan serat yang baik untuk pencernaan dan kesehatan. Dan jangan tanyakan mengenai rasa,Tinutuan tak hanya cukup disantap satu piring,selalu ada ruang dalam perut untuk menyimpan dua porsi Tinutuan.

Tinutuan biasanya disajikan untuk sarapan pagi, walaupun tak jarang orang-orang menyantapnya juga pada siang ataupun pada malam hari.

Saat ini Tinutuan telah dikenal luas tidak hanya oleh Masyarakat Manado tetapi juga hingga daerah-daerah di sekitarnya seperti Gorontalo dan Ternate. Manado sendiri, selain melekat dengan slogannya "Torang Samua Basudara" juga sering disebut sebagai "Kota Tinutuan".

Senin, 19 November 2007

Formasi sinergis sekawanan unggas

Pernahkah anda melihat sekawanan unggas terbang menuju ke selatan untuk menghadapi musim dingin, membentuk formasi V? Para ilmuwan telah menemukan sesuatu yang menakjubkan dalam cara mereka terbang itu :


Dengan terbang dalam formasi, seluruh kawanan itu bisa terbang 71 persen lebih jauh ketimbang kalau masing-masing burung terbang sendirian. Ketika seekor unggas mengepakkan sayapnya, terciptalah arus angin bagi unggas berikutnya.
Kalau unggas yang paling depan letih, ia akan pindah ke belakang dan membiarkan unggas lainnya yang memimpin. Unggas-unggas yang di belakang bersuara untuk memberikan semangat kepada yang di depan. Setiap kali seekor unggas keluar dari formasinya, ia langsung merasakan penolakan terbang sendirian dan segera kembali ke formasinya.
Akhirnya kalau salah satu unggas ini sakit atau terluka dan keluar dari formasinya, dua unggas lainnya akan mengikutinya turun untuk melindungi serta menolongnya. Mereka akan menunggui unggas yang sakit itu hingga sembuh atau mati lalu bergabung dengan formasi baru atau menciptakan formasi sendiri untuk menyusul kelompok yang terdahulu.

Diambil dari buku The 7 Habits of Highly Effective Teens , karangan Sean Covey

Mengenal Lodok Lingko

Pernahkah anda berjalan-jalan ke Kabupaten Manggarai, daerah terbarat Pulau Flores propinsi Nusa tenggara Timur? Kalau iya, anda mungkin pernah melihat bentuk persawahan seperti terlihat pada gambar di bawah ini :


Gambar di atas adalah bentuk lahan lodok lingko. Lingko adalah tanah komunal milik suatu beo atau kampung. Lingko dapat berupa kebun yang sedang dikerjakan orang, ataupun hutan yang belum pernah atau sudah pernah dijadikan kebun. Jika ada lingko yang hendak dijadikan kebun maka pembagiannya dilakukan menurut suatu system yang disebut Lodok Lingko, dimana sebuah lingko dibuat seperti jaring laba-laba raksasa seperti terlihat pada gambar di atas.

System lodok lingko berkaitan dengan tradisi perladangan berpindah yang dilakukan masyarakat Manggarai pada masa lalu, sehingga merupakan suatu system mata pencaharian masyarakat. Sesudah empat atau lima tahun mereka mengelola sebuah lingko, lingko tersebut dibiarkan menghutan kembali lalu pindah ke lingko lain untuk melakukan lodok lingko kembali. Selain sebagai sebuah system mata pencaharian, lodok lingko juga merupakan sebuah pranata kebudayaan karena dalam system lodok lingko tersebut terkandung berbagai nilai-nilai kebudayaan masyarakat dalam melangsungkan kehidupannya.

Untuk lebih mengenal system lodok lingko, dibawah ini akan saya uraikan bagaimana tata cara pembagian sebuah lingko menurut system lodok lingko :

1. Lonto Leok (musyawarah) di Mbaru Gendang (rumah adat)
Pembagian lingko ini dipimpin langsung oleh seorang tu’a teno atau pemimpin adat yang mengurusi pembagian tanah. Di Manggarai, pemimpin adat terdiri dari tu’a golo dan tu’a teno. Tu’a golo bertugas untuk mengatur tata kehidupan dalam masyarakat secara keseluruhan sedangkan tu’a teno mengatur segala sesuatu yang berkaitan dengan tanah termasuk mengurusi pembagian lahan komunal lingko. Kepemimpinan tu’a golo ataupun tu’a teno bersifat turun temurun.
Sebelum dilakukan pembagian lingko, terlebih dahulu diadakan musyawarah di dalam mbaru gendang yang dipimpin oleh seorang tu’a teno. Musyawarah ini diikuti oleh seluruh warga kampung, dalam hal ini hanya laki-laki dewasa. Budaya Manggarai menganut system patrilinear. Perempuan disebut ata peang (ata=orang; peang=luar) yakni orang yang akan keluar dari keluarga karena akan mengikuti suaminya, sedangkan laki-laki disebut ata one (ata=orang;one=dalam) yakni orang yang berada dalam struktur keluarga dan meneruskan keturunan. Dampaknya terjadi subordinasi perempuan dalam hubungannya dengan adat. Perempuan tidak diberi warisan apapun, tidak mendapat bagian dalam pembagian lahan komunal lingko dan perempuan juga tidak memiliki hak untuk memberikan pendapat dalam suatu musyawarah atau lonto leok. Perempuan lebih dominan dalam melakukan kegiatan-kegiatan domestik seperti memasak dan mengurus rumah tangga. Posisi anak-anak (dibawah 15 tahun) hampir sama dengan perempuan.
Dalam lonto leok tersebut tu’a teno mengutarakan rencana membuka kebun baru dan bila disetujui tempatnya oleh seluruh warga maka ditentukan waktu pelaksanaan lodok lingko.

2. Tudak Manuk (tudak=doa; manuk =ayam)
Pada hari yang telah ditentukan untuk melaksanakan lodok lingko, semua warga berkumpul di dalam rumah adat untuk mengadakan tudak manuk. Tudak manuk dimaksudkan untuk memohon penyertaan Mori Jari dedek (Tuhan sang pencipta) dan pemberitahuan kepada para arwah nenek moyang (pa’ang be le) tentang niat untuk membuka kebun baru agar tidak terjadi hambatan selama upacara dilakukan. Tudak ini dilakukan berkaitan dengan kepercayaan Masyarakat akan adanya wujud tertinggi di dalam kehidupan dan bahwa para leluhur turut mempengaruhi kehidupan mereka di dunia.
Pertama-tama tua teno mengucapkan tudak, kemudian seekor ayam disembelih. Setelah disembelih, dilakukan toto urat. Toto urat adalah sebuah cara meramal tradisional orang Manggarai yakni dengan melihat tanda-tanda pada usus ayam atau binatang kurban. Dengan melihat tanda-tanda pada usus ayam tersebut, seorang tu’a teno biasanya mengetahui apakah tudak yang telah disampaikan diterima atau tidak oleh Tuhan dan direstui pula oleh para leluhur. Jika tanda-tanda yang dilihat pada usus ayam tersebut baik adanya dalam artian tudak atau doa yang telah disampaikan diterima oleh Tuhan dan direstui oleh para leluhur, maka acara kemudian dilanjutkan. Ayam tersebut kemudian dibakar dan diambil hatinya untuk dijadikan helang atau persembahan kepada para leluhur. Sebelum helang, dilakukan pula doa atau tudak. Setelah tudak baru kemudian helang tersebut disajikan bersama nasi, ci’e (garam) dan tuak. Setelah tudak manuk ini, tu’a teno bersama para warga berangkat menuju lokasi lingko yang telah disepakati diiringi bunyi gong dan gendang (alat musik tradisional Manggarai).

3. Setibanya di lokasi lingko, tu’a teno berunding dengan tu’a kilo (pemimpin sebuah keluarga besar) dan tu’a panga (pemimpin sebuah sub clan) untuk menentukan pusat lodok dan batas terluar lodok yang disebut cicing. Ukuran lodok yang akan dibuka tergantung kepada berapa banyak anggota masyarakat yang akan memperoleh bagian dalam lahan komunal tersebut.

4. Pemberian sirih pinang dan tuak kepada para leluhur
Setelah penentuan pusat dan batas luar lodok, kemudian dilakukan pemberian sirih pinang dan tuak kepada para leluhur. Tu’a teno, tu’a kilo dan tu’a panga juga ikut mengunyah sirih pinang. Tu’a teno kemudian meludah ke sebatang patok yang akan ditancapkan di pusat lodok. Patok yang digunakan sebagai menjadi pusat lodok merupakan patok dari kayu teno atau dalam bahasa latin disebut Melochia arborea. Melochia arborea termasuk dalam famili Sterculiaceae, dengan nama daerah betenuh (Palembang), jubut/lesmu/wesnu (Jawa), bintenu (Bali), kuhutu (Ternate) dan Busi (Timor). Pohon ini tersebar di seluruh Nusantara, di banyak daerah dataran rendah hingga ketinggian 1700 mdpl. Pembiakannya dengan biji dan tidak banyak tuntutan terhadap tanah dan iklim, dapat hidup di tanah yang kurang subur sekalipun serta pertumbuhannya sangat cepat. Karena sifat yang dimilikinya, masyarakat Manggarai meyakini bahwa pohon ini dihuni oleh roh alam yang disebut teno. Roh ini dipercaya sebagai pemberi kesuburan pada tanah. Karena itu pula, nama pohon ini dijadikan nama pemimpin adat yang mengurusi tanah yakni tu’a teno dan kayu pohon teno ini dipakai sebagai patok penanda pusat lodok dalam pembagian lahan lodok lingko.
Setelah meludah patok tersebut, kemudian oleh tu’a teno patok itu digunakan untuk mencungkil tanah sebanyak lima kali di pusat lodok sebagai symbol untuk membuang kejelekan dari tanah. Tu’a teno kemudian menancapkan kayu teno di pusat lodok. Dalam bahasa Manggarai, kegiatan menancapkan kayu teno di pusat lodok disebut tente teno.

5. Di sekeliling kayu teno tersebut kemudian diletakkan tali berbentuk lingkaran dan disekeliling lingkaran tersebut ditancapkan lanca atau patok dari kayu-kayu kecil. Jarak antara lanca yang satu dengan yang lainnya disesuaikan dengan besarnya moso atau jari tangan tu’a teno yang ditempelkan di atas tanah. Ada berbagai ukuran moso yakni :
• Moso kina (ukuran selebar jempol) untuk tu’a teno
• Moso lime toso (ukuran selebar telunjuk) untuk kepala keluarga yang memiliki anggota keluarga berjumlah sedang
• Ukuran moso kinde (ukuran selebar kelingking) untuk pemuda dan bukan penduduk asli
Pendatang atau bukan penduduk asli suatu kampung juga bisa memperoleh bagian dalam pembagian sebuah lingko dengan persetujuan seorang tu’a teno, biasanya dengan memberikan persyaratan berupa tuak dan seekor ayam.




Tu’a teno memperoleh moso dengan luasan yang lebih besar sesuai dengan kewajibannya untuk memberikan contoh yang baik dalam memelihara system bercocok tanam lodok.

6. Di luar lanca-lanca tersebut kembali diletakkan tali berbentuk lingkaran dan ditancapkan lanca-lanca kembali, tegak lurus dengan lanca pada lingkaran pertama dan tegak lurus dengan kayu teno di pusat lodok.


7. Lanca atau patok kemudian ditancapkan sampai pada batas terluar lodok atau yang disebut cicing. Setelah itu dibuat langang atau batas samping atau batas antar moso dengan menghubungkan lanca yang satu dengan lainnya menggunakan tali yang direntangkan lurus keluar membentuk garis jari-jari yang simetris, maka kemudian terciptalah bentuk lodok seperti kita lihat pada gambar di bawah ini :

8. Jika dalam pembagian lingko tersebut, ada bagian lingko yang tidak masuk dalam lingkaran, maka bagian tersebut diperuntukkan bagi tu’a teno atau anggota masyarakat biasa dengan persetujuan tu’a teno. Apabila lingkaran yang dibuat juga terhalang oleh bentang alam seperti sungai atau jurang, maka pembagiannya tidak dibuat dalam satu lingkaran penuh tetapi dalam bentuk setengah lingkaran.

9. Setelah pembagian lingko selesai, maka tu’a teno dan masyarakat kemudian kembali ke rumah adat sambil membunyikan gong dan gendang.

Karena pembagian lingko ini berkaitan dengan system perladangan berpindah yang dilakukan masyarakat Manggarai pada masa lampau, maka setelah pembagian lingko tersebut selesai, biasanya dirundingkan pula waktu pelaksanaan kegiatan menebas, menebang dan membakar lahan. Kegiatan menebas dan menebang biasanya dilakukan 1 atau 2 hari setelah pembagian lingko dan dilakukan masing-masing oleh pemilik lahan, sedangkan kegiatan membakar dilakukan setelah kurang lebih sebulan setelah menebas dan menebang dan dilakukan bersama-sama. Penentuan hari pelaksanaan pembakaran disesuaikan dengan suhu dan kecepatan angin. Setelah menebas, menebang dan membakar dilanjutkan dengan kegiatan menanam dan puncaknya adalah upacara penti yakni pesta syukuran panen. Semua kegiatan di atas dilaksanakan dalam jangka waktu satu tahun. Kegiatan lodok lingko biasanya dimulai pada bulan Agustus atau September dan puncaknya adalah kegiatan penti pada bulan Juli atau Agustus.


Mungkin kita bertanya mengapa sebuah lingko harus dibagi menggunakan system lodok lingko, dimana bentuknya seperti lingkaran jaring laba-laba raksana. Dengan pembagian menggunakan system ini, akan tercipta keadilan karena setiap warga mendapatkan besaran lahan yang sama. Selain itu, menurut kebudayaan Manggarai, bentuk lingkaran melambangkan rasa persatuan dan kesatuan antara seluruh masyarakat. Bentuk lingkaran tidak hanya dijumpai pada bentuk lodok, tetapi juga bentuk perkampungan di Manggarai yang berbentuk lingkaran, compang atau tempat meletakkan persembahan bagi leluhur yang berada di tengah-tengah perkampungan yang juga berbentuk lingkaran, juga rumah adat (mbaru gendang) yang berbentuk lingkaran.


Seiring dengan tidak dipraktekkannya kembali system perladangan berpindah di Manggarai, lodok lingko sebagai sebuah system mata pencaharian maupun sebagai pranata kebudayaan masyarakat telah memudar. Walaupun demikian, bentuk lodok lingko masih dapat kita temui di kampung-kampung di Manggarai baik pada lahan persawahan maupun pada lahan tanah kering. Hanya saja, jika di persawahan bentuk lodok dapat terlihat dengan jelas, pada lahan tanah kering bentuk lodok tertutup oleh kanopi tanaman.
Dan jika anda berkesempatan datang ke Manggarai, akan rugi rasanya jika anda tidak menyempatkan diri melihat model lahan yang hanya satu-satunya di dunia ini.

Sabtu, 17 November 2007

Keharusan Paca di Manggarai = Bunuh Diri?

Beberapa hari yang lalu saya ngobrol dengan saudara saya dan ternyata yang namanya belis atau paca atau mas kawin sudah menjadi hal yang "menakutkan" bagi sebagian besar anak muda di Manggarai Flores NTT, karena nilainya yang bisa mencapai angka 50Juta.
align="justify">
"Co kong kawing e enu, paca de weta so ce ga sampe keta 5ojuta,ne main tong seng.." (Bagaimana mau kawin, sekarang belis sudah mencapai Rp.50juta..)

Begitu sepenggal kalimat yang dilontarkan oleh saudara saya tersebut.
Belis (paca) atau mas kawin adalah salah satu syarat dari sebuah perkawinan menurut adat masyarakat Manggarai di Pulau Flores Nusa Tenggara Timur. Walaupun 99% penduduknya memeluk agama katholik, tetapi mayarakat manggarai masih memegang adat istiadat leluhurnya. Salah satunya adalah adat membayar paca atau belis bagi calon pengantin laki-laki sebelum melaksanakan sebuah perkawinan. Pengantin laki-laki diwajibkan membayar sejumlah belis sesuai permintaan keluarga pengantin perempuan. Biasanya belis tersebut berupa kerbau, dan kuda. Paca ini dimaksudkan sebagai ungkapan terima kasih kepada keluarga perempuan yang telah membesarkan pengantin perempuan dan sebagai biaya pelaksanaan pesta perkawinan.
Dewasa ini, makna belis sesungguhnya sudah terdistorsi, apalagi belis itu sendiri saat ini hanya berupa uang tunai saja. Belis dijadikan alat untuk meningkatkan prestise keluarga dan bisa jadi untuk mereguk pendapatan ekonomi dadakan. Keluarga perempuan merasa prestisenya naik dimata masyarakat karena anak perempuannya diHARGAI mahal dan tentu juga mendapatkan sejumlah uang secara dadakan. Misalkan saja belis sebesar Rp.50jt, kalo untuk semua keperluan pesta perkawinan menghabiskan uang sejumlah Rp.25jt, berarti keluarga perempuan masih untung Rp.25 jt.ck...ck...bukan duit yang sedikit.
Dalam hal ini, yang tidak dienakkan tentu pengantin laki-laki dan tentu juga pasangan pengantin itu kelak. Duit Rp.50jt yang mungkin merupakan hasil IRIT selama 1-2 tahun kerja, hilang begitu saja demi sebuah acara sehari, dan setelah menikah harus EKSTRA IRIT lagi karena sudah juga harus menghidupkan keluarga. Padahal duit sebegitu bisa digunakan untuk hal-hal yang lebih bermanfaat, misalnya beli rumah, atau ditabung buat keperluan anak-anak kelak, jangan hanya karena prestise, kita menikah dengan paca luar biasa, tetapi setelah menikah masih harus nebeng makan dan tinggal di rumah orang tua karena kehabisan uang buat membayar paca.
Saya sendiri tidak bermaksud untuk membangkang dari adat. Adat itu sendiri adalah penting, tetapi bukan nilai ekonominya yang kita naikkan tetapi maknanya, apalagi di jaman susah seperti sekarang ini.
Saya pikir perlu ada campur tangan dari pihak ketiga tentang masalah belis, entah itu dari lembaga adat,pemerintah atau mungkin Gereja. Di Kutai misalnya, ada sebuah lembaga yang dibentuk oleh Pemda untuk mengontrol besarnya belis. Atau kita bisa meniru peran Gereja di Keuskupan Maluku tentang pelaksanaan sebuah perkawinan. Di Keuskupan Maluku,sejak setahun ini, diberlakukan beberapa syarat yang harus dipenuhi oleh pengantin laki-laki jika akan melangsungkan perkawinan, yakni tanah 1 ha, tanaman coklat 250 batang, kelapa 250 batang dan beberapa jenis tanaman lainnya..(saya tidak begitu ingat jumlah tanaman tiap jenisnya..),syarat tersebut di atas sebagai bekal bagi kedua pengantin untuk kelangsungan rumah tangganya, bukan diserahkan kepada keluarga pengantin perempuan. Jadi sebelum menikah, pihak Gereja akan memeriksa apakah pengantin laki-laki telah memiliki syarat-syarat tersebut di atas, jika belum maka perkawinan akan ditunda hingga pengantin laki-laki dapat menyiapkan syarat-syarat tersebut. (Syarat tersebut di atas dikhususkan untuk petani, jika pegawai atau wiraswasta, maka syaratnya berupa tanah dan sejumlah uang, saya lupa jumlah pastinya) Sebuah contoh yang baik bukan? setidaknya setelah menikah pengantin tidak begitu pusing karena telah ada lahan yang akan digarap. Jika dibandingkan dengan keharusan belis manggarai sekarang yang gila-gilaan, saya pikir, ini jauh lebih baik.
Belis, sepanjang sesuai dengan makna yang sesungguhnya adalah baik adanya, tetapi jika kemudian belis digunakan untuk maksud-maksud lain, perlu dipikirkan lagi manfaatnya, jangan sampai dengan belis,kita malah bunuh diri.

Rabu, 14 November 2007

Ikan Fufu

Semalam aku makan ikan fufu yang diolah lagi dengan sambel goreng,wah sedapnya selangit, gurih rasanya.

selama ini saya enggan makan ikan asap khas Maluku ini, habis keliatannya gak menarik, lagian dasarnya saya kurang begitu menyukai ikan laut.
O ya ikan fufu adalah ikan cakalang yang diasap.Pengasapan ikan ini selain memberikan aroma yang khas pada ikan, juga merupakan sebuah teknik tradisional untuk mengawetkan ikan selain dengan pengasinan. Ikan fufu juga dikenal didaerah lain dengan nama yang berbeda, seperti di Sumatera disebut ikan salai dan di Buton dikenal dengan nama ikan kaholeo.
Teknik pembuatan ikan asap sangatlah sederhana, setelah dibersihkan, ikan cakalang tersebut diasap selama kurang lebih 3 jam. Setelah diasap, ikan fufu dapat langsung dimakan atau juga dapat diolah kembali sesuai selera atau juga dapat disimpan untuk jangka waktu 2-3 minggu atau bahkan sampai 1 bulan.
Jika anda berminat,silahkan saja dicoba sendiri di rumah,cara pembuatannya sangat sederhana bukan??

Sabtu, 10 November 2007

What’s in a name?

Apalah arti dari sebuah nama, begitu kata Shakespeare. Ya, Sebagian orang memang tidak menganggap penting apa makna atau arti dari sebuah nama, tetapi ada pula yang menganggap sebuah nama sangatlah penting karena nama dianggap sebagai sebuah doa atau harapan, bahkan ada pula yang menganggap nama sangat menentukan nasib seseorang. Tak heran, jika di daerah-daerah tertentu di Indonesia, diperlukan sebuah acara adat tertentu untuk memilih sebuah nama. Tak jarangpun kita bertemu orang-orang yang berganti nama dengan alasan namanya kurang membawa hoki, atau keberatan nama.


Nama kadang-kadang dijadikan kambing hitam tatkala seseorang mengalami nasib yang buruk,kesehatan yang kurang baik atau ketika keadaan ekonomi yang kurang memadai.
Sebenarnya sejauh apa makna sebuah nama?
Di dalam Agama saya katholik, namapun memiliki arti yang penting, tetapi bukan berarti bahwa nama menjadi tolak ukur nasib seseorang (menurut pastor paroki saya, kepercayaan seperti itu adalah sia-sia dan tanpa dasar)
Semua orang yang dibabtis dalam gereja katholik pasti memiliki sebuah nama babtis yang diambil dari nama-nama orang kudus, tentu dengan sebuah harapan bahwa umat katholik tersebut dapat meneladani iman para kudus tersebut kepada Tuhan.
Yesus sendiri juga memberikan nama tertentu kepada muridnya seperti kepada Simon, Yesus memberinya nama Petrus (batu karang) “…Karena di atas batu karang ini akan kudirikan jemaatku..”
Dan Petrus, walaupun dengan jatuh dan bangun dalam Iman, Ia berhasil menjalankan amanah yang terkandung dalam namanya, yakni menjadi batu karang Gereja, Ia mendirikan Gereja Kristus seperti yang kita kenal sekarang.
Oya, bagi umat Katholik ada sebuah panduan mudah untuk memilih nama baptis. Saya ingat di keuskupan asal saya di Keuskupan Ruteng pulau Flores NTT, setiap tahunnya dari keuskupan dibagikan sebuah kalender Gereja yang dilengkapi dengan perayaan orang-orang kudus di setiap harinya. Pemilihan nama bagi seorang yang dibaptis biasanya disesuaikan dengan perayaan orang kudus yang jatuh pada tanggal lahir orang yang dipabtis tersebut. Contohnya saya yang dilahirkan tanggal 17 Januari kemudian diberi nama Margaretha, karena pada tanggal 18 Januari adalah hari peringatan Santa Margaretha (kenapa gak diambil santa yang tanggal 17 januari ya?..aneh juga nyokapku..)

Bagaimana dengan kita, apakah nama kita memiliki arti tertentu?
Mari kita mulai dengan membedah nama saya : Margaretha Priska
Nama saya diambil dari dua orang tokoh Gereja yakni Margaretha dan Priska

Menurut asal katanya, kata Margaretha berasal dari bahasa Yunani Margareth yang berarti Mutiara yang sangat indah (weih..keren kan).
Seperti saya bilang di atas tadi bahwa nama-nama orang katholik biasanya berasal dari nama orang kudus, nama Margaretha juga merupakan nama seorang Santa.
Margaretha adalah puteri dari raja Bela IV dan keponakan dari Santa Elisabeth dari Hungaria. Ia lahir kira-kira pada tahun 1242. Sejak kecil Margaretha hidup dalam sebuah biara Dominikan dan ia mengabdikan diri sepenuhnya untuk berkarya dan melayani Tuhan hingga ia meninggal dunia pada tanggal 18 Januari 1270. Pada tahun 1943, Margaretha digelari Kudus.

Priska adalah seorang puteri bangsawan yang mati sebagai martir. Kepalanya dipenggal oleh serdadu-serdadu Kaisar Klaudius, karena dengan tegas mempertahankan imannya. Hari kelahiran dan kematiannya tidak diketahui dengan pasti, tetapi oleh Gereja Katholik, Priska dirayakan setiap tanggal 18 Januari bersama Margaretha.

Hmm..Nama saya indah juga ya, diambil dari nama dua orang kudus yang sama-sama mengabdikan diri mereka untuk Tuhan.
kedua orang tua saya tentunya sangat mengharapkan saya dapat meneladani sikap kedua orang kudus ini: menjadi berkilau seperti mutiara, namun harta, kesenangan duniawi, bahkan kematian tidak membuat Iman mereka luntur. Doa yang sangat manis, semoga saja, Amin..

Kamis, 08 November 2007

Polri Versus Dephut

Semalam saya nonton bincang-bincang di Metro antara Ketua Walhi, Menhut,kadiv humas Polri,dan DPR Komisi IV (kalo gak salah) dari fraksi PDIP,tentang Lepasnya penjahat hutan Adelin Lies dari jeratan hukum.

Sebelumnya Adelin Lies dituntut oleh Jaksa dengan hukuman kurungan 10 tahun penjara atas kasus perambahan hutan di Sumatera Utara. Tetapi kemudian majelis hakim memutuskan Adelin Lies bebas dari semua tuntutan karena tidak terbukti bersalah.
Lucunya, antara Polri dan pa mentri main tuding-tudingan siapa yang paling bersalah terhadap banyaknya para pelaku illegal logging seperti Adelin Lies yang lepas dari hukuman. Pa mentri menuding Polri yang buktinya kurang akurat, nah Polri menuding Dephut ada konspirasi dengan para pelaku. Wah pokoknya seru dan bikin malu. Masa pejabat negara harus berantem begitu, saling tuding di depan masyarakat Indonesia?? padahal seharusnyakan mereka bekerja sama dengan baik untuk menuntaskan dan menangkap pelaku-pelaku illegal Logging. Nah gak usah heran sebenarnya kalo penjahat Hutan kayak Adelin Lies akhirnya bisa bebas, wong pejabat yang harus menangani kasus ini di lapangan ya gak kompak.

Rabu, 24 Oktober 2007

Bromeliaku berbunga

Jika anda pencinta tanaman, pasti mengenal bunga "nenas" Bromelia..Yup,karena daunnya yang mirip nenas,makanya sebagian orang menyebut bunga ini bunga nenas. Bunga ini berasal dari Amerika latin dan sangat mudah dalam pemeliharaannya.Kita bisa menggunakan media serbuk,atau juga sabut kelapa.Tetapi kadang-kadang bromelia juga dapat tumbuh pada media tanah.Pemupukannya juga bisa menggunakan pupuk kandang ataupun pupuk daun.
Sayangnya tanaman satu ini jarang sekali berbunga. Nah kemarin,satu-satunya bromelia saya di mess berbunga.warnanya putih dan sangat cantik.Bromelia bunganya bisa bertahan sampai satu bahkan sampai dua bulan.

Bromelia

Biar Anak-Anak...

Biar anak-anak datang kepadaKU
Itu sabda Yesus, Dia memanggilmu...
Kini aku datang..siap mendengarkan...
Kini aku datang..Yesus memanggilku...

Penggalan lagu di atas, selalu dinyanyikan setiap minggu, pada saat pemberkatan anak-anak. Suatu tradisi baru yang saya baru temukan di Gereja St.Maria Immaculata Maluku Utara. Jadi setelah pembagian komuni, anak-anak yang belum sambut baru, berbaris berurutan untuk mendapatkan berkat di dahi dari Pastor, dan umat kemudian menyanyikan lagu di atas. Sesuatu hal yang sangat baik, sehingga anak-anak juga mendapatkan perhatian khusus dalam perayaan ekaristi, tidak sekedar datang dan bermain seperti kebanyakan terjadi di gereja-gereja lain. Oya, di Gereja ini, ada pembagian tempat duduk dalam Gereja. Anak-anak menempati tempat duduk paling depan, jadi semua anak-anak kecuali bayi atau yang belum bisa dilepas, diharuskan duduk dikursi-kursi tersebut. OMK juga menempati tempat duduk sendiri yakni di bagian sayap kiri gereja, sedangkan umat lainnya dibagi berdasarkan rukun / kelompok doa. Jadi Pastor bisa dengan mudah melihat umat-umat mana yang masuk Gereja atau tidak.

Kamis, 11 Oktober 2007

Rambut Baru

ehem..
Penampilan baru koa kita...
Semalam baru potong rambut, sebenarnya sayang, mana so panjang, hampir sampe pinggul,mar karena bisae ujung2nya maka terpaksa dipotong. Kemaren di Manado,karena kita ada malas mau ikut antri di yopi, jadi kita masuk sembarang ke ada satu salon di Paal dua. Eh pas kaluar dari itu salon, baru kita perhatikan kita pe ujung rambut ada so kayak bakariting bisae sekali, nin tau itu tukang salon catok bagaimana stow itu. Ya makanya terpaksa kita gunting....mar bagus koa jadinya (narsis he..), iya kita pe paitua juga bilang bagus, jadi keliatan lebih fres.Ya tinggal mo pelihara lagi sampe panjang ulang no.

Senin, 08 Oktober 2007

Sarang Semut

Balik dari Bumi Borneo beberapa waktu yang lalu saya membawa oleh2 sarang semut. Tanaman obat yang mempunyai nama latin Myrmecodia ini sebenarnya ada juga di Maluku, tetapi karena mungkin kurang beruntung, saya baru menemukan tanaman ini di pinggiran sungai Blino Kutai Barat Kalimantan Timur.
Ada beberapa jenis Myrmecodia di Indonesia dan selain di Kalimantan dan Maluku tanaman ini juga banyak dijumpai di Sulawesi dan Papua.
Di Maluku sendiri sarang semut tidak begitu dikenal oleh masyarakat walaupun tumbuhan ini banyak tumbuh di hutan Maluku. Sedangkan di daerah Papua sarang semut sudah lama digunakan sebagai obat tradisional untuk berbagai penyakit seperti kanker, lever dan ginjal. Masyarakat tradisional di sana sering mencampur sarang semut yang telah dikeringkan ke dalam makanan ataupun minuman mereka karena dipercaya dapat meningkatkan imunitas tubuh dan memberikan energi.
Tetapi benarkah sarang semut mengandung zat yang bisa melawan penyakit-penyakit berbahaya?
Setelah tadi menggunakan google search saya menemukan bahwa menurut Ahli gizi Dr Mien Karmini yang sempat eksplorasi di Papua pada 1995 sarang semut mengandung zat aktif seperti antioksidan, polifenol, dan glikosida.
Antioksidan pada sarang semut berperan dalam pembentukan koloni, menjaga tempat telur jauh dari kuman penyakit, sama seperti pada lebah madu.
Antioksidan itu melindungi sel-sel tubuh agar dapat menjalankan pekerjaan dengan baik. Kalau sel bekerja dengan baik, penyakit yang mengganggu fungsi sel seperti kanker dapat dicegah. Glikosida berfungsi sebagai imuno stimulan untuk meningkatkan kekebalan tubuh.
Saat ini sarang semut semakin sulit didapatkan di alam seiring banyaknya permintaan konsumen. Di sepanjang sungai Blino tempat saya menemukan tanaman ini misalnya. Menurut pengakuan masyarakat sekitar, pada tahun 2005 sarang semut masih sangat banyak tetapi saat ini sangat sulit menemukan tanaman obat ini.
Saat ini para produsen sarang semut memang hanya mengandakan sarang semut yang disediakan oleh alam tanpa melakukan budidaya padahal tanaman ini tergolong mudah dipelihara yang penting mendapatkan media tanam yang sesuai, cahaya serta air yang cukup. Media tanam yang biasa digunakan adalah sabut kelapa, arang atau serbuk kayu karena di alam tanaman ini juga menempel pada pohon.

Sarang semut

Jumat, 05 Oktober 2007

Maria dan Tradisi Berdoa Rosario

Tabe o Maria ata penong le widang nggeluk, Mori Kraeng agu ite. Ite kali cewe don berkak one ine wai, agu berkak Mori Yesus wua tuka Dite. Maria Nggeluk, ende de Mori Kraeng, tegikoe latang te ami ata ndekok, teho’on agu du ami turung matagm, Amen

Sepenggal doa di atas, adalah doa Salam Maria dalam bahasa ibu saya bahasa Manggarai Flores NTT. Tak terasa memang, bulan ini umat Katholik telah memasuki bulan berdoa Rosario di setiap harinya yang juga dilakukan pada bulan Mei. Oleh Gereja Katholik, kedua bulan ini memang dikhususkan untuk menghormati Bunda Maria.
Gereja Katholik menempatkan Maria sebagai teladan dan perantara antara Gereja dan Allah. Maria adalah Ibu dari Tuhan Yesus yang mengandung bukan dari Yusuf tetapi dari Roh Kudus dan Maria dilahirkan tanpa dosa asal. Ibu dari Maria sendiri yakni Anna, adalah seorang wanita yang mandul dan mendapat Rahmat dari Tuhan dan melahirkan bunda Maria. Maria sangat setia menemani Yesus sampai Yesus Mati di kayu salib. Meminjam kata-kata bapak Pastor Paroki saya, Maria dikatakan sebagai Manusia Yang Paling Mulia diantara semua manusia. Karena alasan-alasan di atas, Gereja Katholik sangat menghormati Maria dan mengkhususkan bulan Mei dan Oktober untuk menghormatiNya. Bulan Mei merupakan bulan Maria sedangkan bulan Oktober adalah bulan Rosario.

Tradisi bulan Mei sebagai bulan Maria sudah ada sejak abad pertengahan. Pada saat itu orang-orang Eropa memiliki kebiasaan untuk menghormati dewi-dewi setiap bulan Mei. Ketika mereka menjadi Kristen, kebiasaan bulan Mei itu tetap dilanjutkan, tetapi bukan lagi untuk menghormati dewi-dewi, melainkan menghormati Bunda Maria.

Jemaat perdana memiliki kebiasaan mendoakan 150 Mazmur Daud. Mereka biasanya membagi 150 mazmur itu atas tiga bagian berdasarkan atas tiga pembagian waktu doa yaitu pagi, siang dan malam., sehingga menjadi 3 kali 50 mazmur. Pada abad pertengahan ketika jumlah jemaat semakin banyak, banyak diantara mereka yang mengalami kesulitan mendaraskan 150 Mazmur daud yang ditulis dalam bahasa latin. Bagi Jemaat tersebut, untuk mengganti Mazmur Daud dapat mendaraskan 150 kali Doa Bapa Kami dan Salam Maria dalam waktu sehari yang juga dibagi sebanyak 50 kali pada pagi, siang dan malam. Doa Bapa Kami sebagai pengganti Antiphon Mazmur, Sepuluh kali doa Salam Maria berperan sebagai pengganti pendarasan Mazmur, dan kemuliaan kepada Bapa berperan sebagai doa tanggapan. Doa ini adalah yang menjadi model pertama doa Rosario.Untuk menjamin konsetrasi dalam berdoa, mereka memakai bantuan hitungan tasbih. Tradisi penggunaan tasbih sendiri sudah lama digunakan dalam berbagai kebudayaan baik hindu, budha juga para pertapa.

Pada perkembangannya tasbih ini kemudian dinamakan rosario. Rosario sendiri berasal dari kata bahasa Latin rosarium yang berarti rangkaian mawar. Pada masa itu orang-orang Eropa memiliki kebiasaan merangkaikan bunga mawar kepada orang yang dihormati. Kebiasaan itupun kemudian dilakukan orang-orang Kristen untuk menghormati Maria. Mereka merangkaikan bunga mawar dan diletakkan di bawah kaki Maria sambil mengucapkan pujian kepada Maria. Dari situlah kemudian tasbih untuk mendaraskan doa pengganti 150 Mazmur Daud disebut Rosario karena dikaitkan dengan modelnya yang seperti rangkaian mawar.

Doa salam Maria yang kita kenal sekarang juga mengalami beberapa kali perkembangan. Pada awalnya doa yang lebih tua dari doa Bapa Kami ini hanya terdiri dari sapaan malaikat Gabriel kepada Maria ketika menyampaikan kabar sukacita : Salam Maria, penuh rahmat, Tuhan sertamu. Bagian selanjutnya baru ditambahkan pada tahun 1260-an yakni salam yang disampaikan kepada Maria oleh Elisabet : terpujilah engkau di antara wanita, dan terpujilah buah tubuhmu Yesus. Dan akhirnya pada abad ke-15, bagain doa selanjutnya di tambahkan: Santa Maria, bunda Allah, doakanlah kami yang berdosa ini sekarang dan waktu kami mati.

Dalam perkembangannya, Doa Rosario semakin banyak dilaraskan oleh jemaat Gereja, bahkan juga digunakan sebagai doa perang dalam melawan musuh. Pada tanggal 7 Oktober 1571, Armada laut Kristen berperang melawan Turki. Dalam perang tersebut, semua pasukan perang memakai Rosario ditangan kanan dan senjata di tangan kiri. Perang itu kemudian berakhir dengan kemengan Armada laut Kristen. Untuk memperingati kemenangan tersebut, Paus Clemens XI ( tahun 1667- 1669) kemudian menentukan hari Minggu pertama bulan Oktober sebagai Pesta Rosario Santa Perawan.
Pada akhir abad XIX Paus Leo XIII menetapkan bulan Oktober sebagai bulan Rosario dan menganjurkan umat beriman untuk berdoa rosario setiap hari pada bulan Oktober.

Diantara kita mungkin ada yang bertanya apakah Bunda Maria mengalami kematian, karena seperti kita Maria hanyalah seorang manusia biasa.
Ada beberapa versi yang menceritakan tentang kehidupan Bunda Maria. Ada yang mengatakan bahwa Bunda Maria mengikuti rasul Yohanes dalam karyanya di suatu tempat dekat Efesus dan meninggal disana. Pada tahun 1891 dilakukan penggalian di tempat tersebut yakni di sebuah bukit sekitar 3 jam perjalanan dari Efesus. Penggalian tersebut menemukan fondasi rumah abad I yang pada abad VI sudah diubah menjadi kapel Maria. Sumber lain mengatakan bahwa Maria meninggal pada usia 63 tahun di Yerusalem dekat kebun zaitun dan dimakamkan di sana. Saat itu semua rasul berkumpul di kamar Maria.
Tidak ada catatan yang mengatakan bahwa Maria tidak mengalami kematian dan kita sebagai umat beriman meyakini bahwa tubuh Maria tidak membusuk dan bahwa Maria mengalami kebangkitan badan (ini diperingati sebagai peristiwa Maria diangkat ke surga).***dari berbagai sumber****

SuperDee

Dewi Lestari atau yang punya nama pena Dee, tentu sudah sangat lekat dengan telingan para pencinta sastra indonesia.

Dee adalah seorang penulis sastra yang lebih dulu dikenal sebagai seorang penyanyi group vokal RSD. Jika kebanyakan artis terkenal yang beralih profesi dibilang aji mumpung, Dee mati-matian menolak anggapan itu untuk dirinya. Dalam sebuah tulisannya Dee pernah bilang bahwa karirnya menulis dan karirnya menyanyi bergerak paralel hanya saja karirnya menyanyi lebih dulu menemukan lampu sorot. Kita boleh saja tersenyum membaca ucapan Dee tersebut, tetapi Dee memang tidak main-main dengan ucapannya. Novelnya yang pertama Supernove: Puteri, Kesatria dan Bintang jatuh, meledak di pasaran dan dinominasikan dalam Khatulistiwa Literary Award tahun 2002. Dee sendiri juga dianugerahi A playful Mind Award tahun 2003.

Supernova memang hadir dengan karakteristik yang berbeda dengan novel-novel indonesia sebelumnya baik dari segi bahasa maupun cara penceritaanya.Dee banyak memasukkan istilah-istilah yang belum terlalu dekat dengan telingan pembaca Indonesia, sehingga dimaklumi saat membaca Supernova: Puteri kesatria dan bintang jatuh, banyak orang yang sering membolak-balik ke halaman sebelumnya, Dee banyak memberikan pengetahuan baru bagi pembaca.

Seperti judul novelnya: Supernova, yang dalam arti sebenarnya adalah sebuah bintang yang mengalami peningkatan cahaya dalam waktu yang singkat, Dee juga menampilan seorang bintang dalam setiap episode ceritanya, hanya saja Dee menampilkannya dalam wacana yang berbeda dengan wacana seorang bintang yang selama ini hidup dalam masyarakat kita.
Diva, tokoh utama dalam serial Supernova: Puteri, Kesatria dan Bintang jatuh, adalah seseorang yang memiliki pemikiran yang sudah jauh berbeda dengan orang kebanyakan dalam usahanya mencari jati diri. Tetapi Diva adalah seorang pelacur, profesi yang dianggap hina dalam masyarakat. Begitu pula dalam novel supernova yang kedua: Akar, Bodhi sang tokoh utama, adalah seorang tukang tato dan anggota komunitas punk. Dalam supernova: Petir, Dee juga menampilkan seorang bintang baru yakni Elektra, yang memiliki muatan listrik dalam tubuhnya, tetapi Elektra adalah seorang cina, ras yang banyak dipinggirkan dalam masyarakat kita.
Novel-novel Dee tidak hanya berkutat pada pesan-pesan yang ingin disampaikannya, tetapi lebih membuka cakrawala pembaca untuk berpikir.
Dee memang luar biasa, dan telah membuktikan bahwa bakatnya menulis tidak hadir secara tiba-tiba, dan untuk mempertegas hal tersebut Dee mengeluarkan kumpulan prosa dan cerpennya satu dekade sejak tahun 1995-2005, berjudul Filosofi Kopi. Sebuah buku yang memang layak dimiliki. Cara bercerita Dee yang berbeda selalu menjadi daya tarik tersendiri untuk menambah koleksi pustaka kita.

Rabu, 03 Oktober 2007

Sedikit merenung

Hal-hal dalam kehidupan tidak bisa kita duga-duga, apa yang terjadi hari ini, besok ataupun lusa tidak bisa kita tebak hari ini, seperti halnya memancing di sungai, entah apa yang akan kita dapat, ikankah, bangkai, atau cuman sendal jepit??
Ketika kemarin saya melihat foto seronok teman saya beredar dimana-mana, saya kemudian berpikir, sebenarnya apa sich yang dicari manusia dalam kehidupannya? Uangkah, popularitaskah, atau cinta?? Kembali lagi ke tulisan saya di awal tadi, kalo saat mancing dan ternyata yang kita dapatin bukanlah ikan melainkan cuman bangkai, gimana coba reaksi kita, mau jadi apa kita??Ketika suatu pagi setelah bangun tidur, kita mendapati bahwa rupiah-rupiah yang kita miliki jadi tidak berguna sama sekali, apa coba reaksi kita??dan itu semua bisa terjadi...
yup..kadang-kadang kita terlalu menjadikan sesuatu sebagai tolak ukur kebahagiaan kita, padahal kalau kita sedikit berpikir, uang, popularitas, tidak membuat kita menjadi orang yang paling bahagia.
Mencoba belajar menerima apapun yang kita hadapi dalam kehidupan, Toh Dia mengetahui apa yang sebenarnya kita perlukan dalam kehidupan ini..Karena Dia mengetahuinya lebih dari siapapun juga.

Selasa, 02 Oktober 2007

Hari-Hari yang bikin sedih...



Minggu-minggu ini saya mengalami banyak sekali perpisahan dengan orang-orang dekat. Mulai dari meninggalkan Borneo, berpisah dengan orang-orang yang sudah seperti keluarga:Babe, Sawit,Maruf,om Paing,Pa Har,Pa Sembiring, trus di Manado juga berpisah sama teman-teman mes:Rini,K Jentri,tante Deske..yang paling sedih berpisah dengan si kecil Irvan...udah gitu mungkin karena lama gak ketemu, balik-balik dari Borneo Irvan udah lupa sama saya, udah gak akrab, yah anak kecil memorinya emang terbatas...
Kehidupan memang selalu berputar gak mungkin tertahan pada satu titik, makanya saya selalu berusaha untuk berbuat yang terbaik hari ini, walaupun gak sempurna, setidaknya tidak membuat kita menyesal terhadap sesuatu di masa lalu...
Teman-temanku tercinta, orang-orang unik dengan karakter masing-masing, padahal kalo lagi bareng-bareng tak jarang kita berselisih,semoga ada saat dimana kita bisa bertemu kembali, kalaupun tidak,kenangan kita tetap hidup di sanubari....

Senin, 01 Oktober 2007

Oleh-oleh dari Borneo

Borneo...???Hem...indah, cantik, dan tak terlupa. Beberapa hari yang lalu saya baru kembali dari Borneo, tepatnya di propinsi Kalimanan Timur. Sebenarnya ini bukan pertama kali saya ke Borneo, pada tahun 2002 yang lalu saya pernah juga menginjakkan kaki di sana, tetapi di Pontianak Kalimantan Barat.
Hanya saja, waktu itu saya belum berkesempatan untuk datang ke Kalimantan Timur dan kesempatan itu ternyata datang dengan tanpa diduga. Empat hari sebelum kesempatan itu tiba, saya diminta atasan saya datang ke Pulau Halmahera, di sana baru saya tahu ternyata saya ditugaskan lebih lanjut untuk datang ke PT.BNI (Barito Nusantara Indonesia) salah satu anak perusahaan yang juga bernaung di bawah perusahaan tempat saya bekerja PT.Barito Pacific Tbk, yang terletak di Kalimantan Timur.


Tapi emang gak ada bosannya pergi ke Borneo, kalo saya bilang sih, Borneo itu nirwana dunia, uih...tapi emang itu mungkin kata yang paling tepat buat mengggambarkan indahnya bumi Kalimantan, apalagi dengan budayanya yang eksotik, hem...emang bener2 takan terlupakan, sampai-samapi jatah pulang ke Flores harus kelindes demi melihat dari dekat sungai Mahakam.
Sayang seribu sayang kemarin itu kamera saya ketinggalan di pulau Mangole, jadilah saya ke Borneo gak bawa kamera, terpaksa harus menggunakan resolusi mini kamera HP, so hasil fotonya rada2 kurang memuaskan, tapi semua kenangan tentang Borneo telah terekam dalam sanubari, dengan jaminan bahwa semua itu takan pernah terhapuskan...^_^
Oleh-oleh dari sana..?? yup seribu cerita....


Meninggalkan Halmahera
Ke Samarinda, saya tidak ditugaskan sendirian. Bersama saya ditugaskan pula pa Thomas sebagai perwakilan dari PT.Kalpika Wanatama Mandafuhi dan Pa Broto sebagai perwakilan dari PT.Taiwi Sidangole. Pada tanggal 27 Agustus 2008, jam 9 pagi kami berangkat dari Pulau Halmahera ke Ternate menggunakan speed boat. Perjalanan dari Halmahera ke Ternate ditempuh dalam waktu kurang lebih 45 menit. Tiba di pelabuhan Ternate, kami langsung berangkat ke Bandara Sultan Babulah Ternate untuk kemudian kembali melanjutkan perjalanan ke Manado.

Penerbangan ke Manado dijadwalkan pada jam 2 siang waktu Ternate. Sambil menunggu penerbangan kami menyempatkan diri untuk makan siang di sebuah kantin bandara. Penerbangan ke Manado memakan waktu kurang lebih satu jam tiga puluh menit. Jam stengah tiga waktu Manado atau jam stengah empat waktu Ternate, kami tiba di bandara internasional Sam Ratulangi Manado. Di bandara Manado oleh pa sopir perusahaan kami diantar ke hotel Regina Manado. Sebenarnya saya dan pa Thomas memiliki Mess di Manado, tetapi demi menemani pa Broto, kami lalu bersama-sama menginap di Hotel Regina. Tak lama di hotel, saya dan pa Thomas menyempatkan menengok mess kami di Jalan Yos Sudarso Paal Dua Manado.

Ke Samarinda
Pada 28 Agustus 2007, kami kemudian berangkat ke Balikpapan. Dari Manado ke Balikpapan kami mendapat penerbangan pagi hari jam 07.00 WIT. Karena harus chek in di bandara pada jam 06.00 WIT, maka kami chek out dari Hotel Regina Manado pada jam 06.00 dan langsung berangkat ke Bandara Sam Ratulangi Manado.

Jam 07.00 WIT kami terbang dari Bandara Sam Ratulangi menggunakan pesawat Garuda Indonesia. Pada jam 08.30 kami tiba di bandara Internasional Sepinggan Balikpapan. Ini adalah kali pertama saya menginjakkan kaki di bandara ini. Bandara yang sangat luas dan bagus. Arsitekturnya mengingatkan saya kepada bandara Adi Sucipto Yogjakarta, ya walaupun luasnya tidak bisa dibandingkan dengan bandara ini.
Oya selain saya, pa Broto dan Pa Thomas, juga ada tim dari PT.Barito Pacific Banjarmasin yang akan berangkat bersama-sama ke PT BNI.
Karena kedatangan tim kami hampir bersamaan dengan kedatangan tim dari Banjarmasin ini, maka kami memutuskan untuk menunggu kedatangan tim tersebut yang dijadwalkan tiba jam 10.00 untuk selanjutnya berangkat bersama-sama ke Samarinda.
Waktu menuggu sekitar satu setengah jam kami pergunakan untuk duduk2 di resto sambil makan roti dan minum teh.

Jam sepuluh kurang, kami mendapat kabar bahwa ternyata penerbangan teman-teman dari Banjarmasin ditunda sampai jam 14.00 WIB. Kami kemudian memutuskan untuk melanjutkan perjalanan ke Samarinda tanpa menunggu kedatangan tim Banjarmasin tersebut. Dengan menggunakan taxi Bandara dengan biaya Rp.250.00, kami lalu melanjutkan perjalanan ke Samarinda. Walau tidak mengelilingi kota Balikpapan, tetapi dari jalan-jalan yang kami lalui dan bangunan-bangunan di sepanjang kiri-kanan jalan terlihat kemajuan kota termaju di Kalimantan Timur ini. Sayang, kami tidak sempat untuk jalan-jalan dulu di kota ini, tugas tidak bisa diajak kompromi.

Keluar dari Balikpapan, mata kami dimanjakan oleh hijaunya pepohonan di sepanjang kiri dan kanan jalan.
Perjalanan dari Balikpapan ke Samarinda kami tempuh dalam waktu 2 jam. Kurang lebih jam 12.00 WITA kami tiba di Samarinda dan kami langsung menuju Hotel Pirus. Di hotel ini, kami telah ditunggu oleh Pa Prabowo, Direktur Operasional PT BNI.

Setelah berkenalan dan ngobrol sangat sebentar, kami kemudian langsung diajak makan siang oleh pa Bowo. Karena kami semua baru pertama kami menginjakkan kaki di Samarinda, kami lalu dibawa makan siang di rumah makan asli Samarinda. Di sana menu makanan yang tersedia adalah makanan-makanan khas Samarinda yang kebanyakan adalah ikan sungai. Karena perut saya masih belum bisa berkompromi dan rasanya eneg menelan makanan, maka saya tidak bernafsu untuk mencoba-coba makanan baru tersebut, saya kemudian hanya memesan ayam goreng dan segelas teh manis. Setelah makan, kami kemudian kembali ke hotel untuk beristirahat.

Setelah mandi sore, saya bersama pa Thomas dan pa Broto berjalan-jalan di daerah-daerah di sekitar hotel Pirus. Karena baru saja turun hujan, jalanan yang kami lalui sangat kotor. Di Samarinda, hujan yang turun sering mengakibatkan banjir luapan parit dan got bahkan sungai Mahakam, yang mengakibatkan kotoran berserakan di jalan2 raya. Ini selain menggangu pemandangan mata, juga sangat mengganngu aktifitas pemakai jalan. Oya, katanya nama kota Samarinda itu berasal dari kata sama dan kata rendah, yang maknanya bahwa kota Samarinda itu datarannya sama rendahnya dengan permukaan sungai Mahakam, yang mengakibatkan selalu terjadi banjir setiap kali hujan turun.



Menyusuri Sungai Mahakam hingga Ke Medang
Setelah dua hari berada di Samarinda, kami kemudian berangkat ke camp PT.BNI di Medang desa Mamahak Kecamatan Long Bagun. Selain saya, pa Broto dan pa Thomas, juga bersama kami adalah bapak-bapak dari Banjarmasin yakni pa Sembiring dan pa Haryanto, juga ada seorang akuntan yang akan mengaudit ke camp BNI Medang Mamahak.

Rute perjalanan kami cukup jauh yakni dari Samarinda - Kota Bangun – Melak – Mamahak. Dari Samarinda kami menggunakan mobil menuju Kota Bangun, sebuah kota kecamatan kecil yang berada dipinggir sungai Mahakam. Sebenarnya ada dua cara untuk mencapai Kota Bangun, lewat darat dengan menggunakan mobil selama ± 3 jam, atau melewati sungai Mahakam dengan menggunakan speedboat selama ± 6 jam. Untuk menghemat waktu, kami kemudian memilih menggunakan mobil ke Kota Bangun.

Dari Samarinda, kami berangkat jam 06.00 WIB. Karena masih terlalu pagi dan rasa ngantuk masih enggan beranjak (jiwa belum genap ;-)), saya tidak sempat menikmati pemandangan sepanjang perjalanan karena lebih memilih tidur manis di kursi belakang.
Perjalanan ke kota Bangun yang seharusnya bisa ditempuh selama tiga jam, kemudian menjadi molor karena kami sempat beristirahat di tengah perjalanan sekedar meluruskan kaki-kaki.

Pukul setengah sepuluh pagi, kami tiba di Kota Bangun dan langsung menuju sebuah dermaga kecil tempat sebuah longboat menunggu kedatangan kami. Saya perhatikan, saat itu ternyata ada beberapa orang juga yang akan menyusuri sungai Mahakam seperti kami. Ternyata Kota Bangun memang sering dijadikan tempat start orang-orang yang ingin menyusuri sungai Mahakam, karena lebih murah dan lebih hemat waku jika dibandingkan dengan menggunakan longboat dari Samarinda.
Setelah memindahkan barang-barang bawaan kami ke atas longboat berkapasitas 6-8 orang, kamipun melanjutkan perjalanan kami menuju Melak.

Wah..akhirnya kesampaian juga mimpi saya untuk menyusuri sungai terbesar di Propinsi Kalimantan Timur yang memiliki panjang hingga 920 km ini.
Perjalanan menyusuri sungai Mahakam ini sangat menyenangkan, saya yang dalam perjalanan dari Samarinda – Kota Bangun hanya bermain di alam tidur, kali ini tidak ingin melewati sungai Mahakam ini begitu saja, ini impian saya sejak dahulu.


Menyaksikan kehidupan sehari-hari masyarakat yang bermukim diatas rumah terapung disepanjang sungai juga sangat menyenangkan, ibu-ibu yang mencuci, anak-anak yang mandi di sungai, atau juga bapak-bapak yang asyik memancing di pinggiran sungai. Keberadaan Sungai Mahakam memang memberi arti penting bagi masyarakat yang hidup di sekitarnya. Tak terbayangkan jika sungai ini rusak, kehidupan orang-orang yang tergantung pada sungai ini juga pasti akan terganggu.
Yang juga menarik perhatian saya adalah wc-wc terapung yang juga banyak terdapat di sepanjang sungai. Keberadaan wc-wc terapung ini sangat membantu bagi yang sedang menyusuri sungai, karena tidak perlu jauh-jauh turun ke darat jika perlu ke kamar kecil. Saya sendiri juga pernah menggunakan jasa wc terapung ini. Bagaimana rasanya (maaf) pipis di atas jamban yang bergoyang? Yang pasti harus penuh keseimbangan dan juga percaya diri tentu :-)

Pengguna jalur transportasi sepanjang sungai Mahakam sangatlah banyak, mulai dari perahu-perahu nelayan, kapal-kapal barang atau kapal penunpang, juga tongkang-tongkang pemuat kayu atau batu bara. Kayu-kayu yang dimuat adalah kayu-kayu layaknya pinsil raksasa, sangat jauh berbeda dengan kayu-kayu dari camp HTI saya di Maluku utara. Kalimantan…surga kayu…salah satu kekayaan alam yang membuat propinsi ini kaya.
Menyusuri sungai Mahakam juga memberikan pengalaman berbeda. Arus sungai ternyata juga bisa memberikan senam ekstra buat jantung seperti halnya arus laut, apalagi ukuran longboat kami yang kecil dan gampang oleng diterpa arus sungai.
Walau demikian, saya semakin menikmati perjalanan menyusuri sungai ini, hingga tak terasa kamipun tiba di di Melak pada jam 12.30 WIB setelah menyusuri sungai selama 3 jam. Di dermaga Melak, sebuah speedboat sudah menunggu kedatangan kami, tetapi karena sudah waktunya makan siang, kamipun memutuskan untuk beristirahat sejenak sambil makan siang.




Sebuah warung makan yang terletak di depan dermaga, menjadi pilihan kami. Menu ikan jelawat bakar sepertinya menggugah selera saya, apalagi jika diselingi dengan es kelapa muda. Makan siang kali itu menjadi sangat nikmat.
Karena tidak ingin kemalaman di perjalanan, Jam 13.00 kamipun kembali melanjutkan perjalanan. Kali ini kami menggunakan sebuah speed yang sedikit lebih tangguh dari loangboat yang sebelumnya kami pakai dari Kota Bangun. Speedboat ini berkapasitas hanya 8-10 orang, kecil memang dibandingkan dengan speedboat yang biasa kami gunakan di Maluku Utara. Bentuk moncongnyapun sedikit berbeda. Mungkin karena lebih banyak digunakan di atas laut,speedboat yang biasa kami gunakan di Maluku Utara moncongnya sedikit lebih tajam, ini mungkin berfungsi sebagai pemecah ombak.

Pemandangan di sepanjang perjalanan kami kali ini tidak jauh berbeda dengan perjalanan kami dari kota bangun ke Melak. Hanya saja, semakin ke hulu, arus sungai yang menghantam speedboat kami juga semakin nakal saja. Walaupun menggunakan speedboat yang lebih tangguh, tetapi speedboat kami masih juga oleng ke kiri dan ke kanan. Sekitar sekilo keluar dari Melak, sinyak HP sudah tidak tertangkap lagi.ini seperti menegaskan bahwa perjalanan sudah semakin masuk ke hulu sungai. Jejeran rumah2 penduduk juga semakin jarang terlihat, hutan-hutan bakau yang mengapit bibir sungai juga semakin rapat. Hanya sesekali kami masih berpapasan dengan cess atau perahu-perahu penduduk. Tak terasa sayapun tertidur dan baru tersadar ketika hari sudah hampir gelap. Jam 16.30 sore. Sebenarnya hari belum terlalu sore, tetapi karena pohon-pohon yang tumbuh rimbun menjadikan keadaan sekitar menjadi temeram.


Jam 17.00 speedboat kami mulai merapat ke sebuah dermaga kecil. Saya pikir kami hanya akan berhenti sebentar, ternyata kami telah sampai di logpond Medang desa Mamahak.
Keadaan sekitar begitu sunyi dan sepi hanya ada sebuah warung terapung yang tepat berada di samping dermaga. Ternyata, camp masih terletak sekitar 100 meter dari dermaga dan tertutup oleh sebuah tebing.
Karena jalan ke camp yang sempit dan licin karena habis hujan, kamipun berjalan beriringan dengan memikul bawaan masing-masing.
Tiba di camp, oleh ibu Tuti seorang pegawai bagian sdm, kami diantar ke sebuah mess tamu. Mess ini berlantai dua, dilantai satu adalah kantor PT.BNI Logpond Medang, sedangkan lantai dua adalah mess untuk tamu.

Keseluruhan karyawan dan fasilitas di camp ini maupun di kantor Samarinda adalah milik kontaktor PT. PT.Hutanindo. Perusahaan ini adalah yang mengerjakan ijin Pemanfaatan Hutan milik PT.BNI. Begitu pula seluruh karyawannya adalah karyawan PT.Hutanindo, sedangkan yang merupakan karyawan PT.BNI hanyalah pa Bowo selaku direktur Operasional serta Direktur Utamanya. Hal inilah yang menjadi alasan kenapa kami ditugaskan ke perusahaan ini. Karena yang mengerjakan adalah kontraktor, maka perhatian terhadap pelaksanaan kegiatan TPTI juga minim. Bukan rahasia umum, yang namanya kontraktor, fokus utama usahanya adalah bagaimana mengeluarkan kayu dengan mengabaikan usaha-usaha pelestarian fungsi hutan. Padahal disisi lain, LPI (Lembaga Penilai Independen) akan melakukan penilaian terhadap kinerja pelaksanaan kegiatan pengusahaan hutan system TPTI di perusahaan ini. Dengan mendatangkan karyawan dari sesama anak perusahaan, diharapkan dapat membantu memperbaiki kinerja PHPL yang telah ada.

Kami kemudian diberikan 3 buah kamar. Saya menempati sebuah kamar, pa Broto dan pa Thomas sebuah kamar, pa Sembiring dan pa Haryanto sebuah kamar. Kamarnya bersih dan harum dengan sebuah AC dan kasur yang empuk. Setelah baring-baring sejenak, saya kemudian beranjak mandi. Begitu saya membuka keran kamar mandi, airnya ternyata tidak sejernih air di Samarinda. Beginilah air Mahakam, akhirnya setelah saya menyusuri sungainya, saya merasakan juga mandi dengan air Mahakam.
Setelah mandi, saya kemudian duduk2 di ruang tv yang kebetulan berada di depan kamar saya sambil minum teh dengan bapak-bapak yang lain. Tak lama kemudian, kami lalu berkenalan dengan kepala unit bpk Awang Afri dan Kepala bagian TPTI bapak Awang Sudjana. Pa Awang Sudjana ini adalah bekas karyawan PT.BNI yang ditarik perusahaan kontarktor ini untuk mengurusi TPTI. Nah selanjutnya pa Awang inilah yang mendampingi kami. Setelah makan malam, kami kemudian mendiskusikan dengan pa Awang Sudjana rencana kegiatan kami esok hari.
Esok harinya tanggal 31 Agustus, kami lalu berangkat ke camp TPTI yang masih berjarak 75 km dari logpond.



Ke Camp TPTI Blino km 75
Perjalanan ke km 75 yang semula direncanakan pada pukul 08.00 ternyata harus molor menunggu jemputan dari camp 75. Jam 11.00 mobil kijang pic up baru datang menjemput. Dengan didampingi pa Awang, kami kemudan berangkat. Sopir mobil kami adalah pak Asley, dayak Palangkaraya yang bak hati. Sepanjang perjalanan bapak ini banyak bercerita tentang keadaan PT.BNI dan juga masyarakat di sekitar areal konsesi.

Perjalanan yang sebelumnya terbayang akan sangat melelahkan, ternyata sangat mengasyikkan. Jalan yang kami lewati tergolong mulus untuk ukuran jalan hutan. Apalagi di sepanjang perjalanan mata kami dihibur oleh hijau tumbuhan. Kantong semar adalah favorit saya, ini adalah kali pertama saya melihat tumbuhan ini. Dalam bayangan saya selama ini, kantong semar memilki kantong yang besar, ternyata kantongnya hanya seukuran setengah botol aqua kecil. Kantong semar yang saya temun disin ada dua, yakni yang berwarna merah dan berwarna hijau. Tanaman lain yang saya sukai adalah anggrek tanah. Anggrek ini berbeda dengan anggrek tanah yang selama ini saya kenal. Warnanya putih, ungu dan campuran keduanya.

Di km 28, mobil kami berhenti sebentar. Di sini, ada sebuah camp pertengahan. Setelah berhenti sebentar, perjalananpun kemudian dilanjutkan hingga kami sampai di pintu angin. Pintu angin adalah nama yang dberikan oleh masyarakat setempat untuk sebuah gunung kecil (bukit) bernama Punjung. Diberi nama pintu angin karena keadaannya yang terbuka seolah seperti sebuah pintu tempat masuk dan keluarnya angin.
Pemandangan di bukit Punjung sangat indah. Dari situ terlihat hamparan hutan areal PT. BNI dengan jepretan-jepretan foto, tidak rela menyimpan areal yang rata, seperti permadani hijau, indah banget. Kami kemudian mulai bergaya denganpemandangan ini hanya dalam ingatan tanpa sebuah dokumen abstrak.










Selepas dari pintu angin, perjalanan mulai berkelak-kelok, karena banyaknya bukit-bukit kecil yang kami melewati. Cemara-cemara semakin bayak tumbuh liar di kiri-kanan jalan. Wah, kalau saja saya tinggal di Samarinda, anakan cemara yang cantik-cantik ini akan saya bawa pulang.
Di km 62 , kami kemudian berhenti juga. Disini ada sebuah TPK. Kayu diTPK ini bagus-bagus, seperti pensil raksasa, besar, lurus dan mulus.











Setelah melihat-lihat sebentar, kami lalu melanjutkan perjalanan ke camp km 75. kurang lebih 15 menit kemudian kami lalu tiba di camp 75.

Di camp 75, saya ditempatkan di mess TPTI. Di mess ini terdapat satu pegawai perempuan dan di kiri-kanan mess ini terdapat beberapa mess keluarga. Sedangkan bapak-bapak teman saya seteam mendapat tempat menginap di mess tamu. Antara mess tamu dan mess TPTI ini dipisahkan oleh sebuah sungai yakni sungai Blino dengan lebar skitar 5 meter.
Penghuni mess TPTI sangat ramah-ramah. Pa Sukro yang biasa kita panggil babe, Om Paing, Ma’ruf dan Ajeng putrinya babe yang adalah ponakan om Paing dan pacarnya Ma’ruf (nah lho..;-) ). Mereka semua itu adalah orang Jawa yang sudah menetap lama dan seperti orang Samarinda. Saya ditempatin sekamar sama Ajeng. Ajeng ini nama sebenarnya adalah Sawitri, tetapi karena “cerewet”nya (he..he..) Sawitri dipanggil Ajeng (kayak Jeng-Jeng yang suka ngomel he…he..peace ya Jeng) sebenarnya si Ajeng ini gak ada cerewet-cerewetnya malah baik hati banget dan gak banyak bicara, hanya saja kadang kambuh cerewetnya kalo lagi ada yang gak beres. Selama sebulanan di Blino camp km 75, Ajeng adalah teman paling setia yang menemani waktu-waktu saya.












Kerja, Main dan Kerja Lagi
Hari-hari selanjutnya di camp Blino dipenuhi dengan pembenahan dimana-mana. Saya sendiri mendapat bagian membenahi bagian sosial, tetapi karena persyaratan bagian sosial sudah bisa dibilang beres, maka saya kemudian membantu pa Thomas di bagian ekologi. Sementara Pa Broto di bagian produksi, sedangkan Pa Sembiring dan Pa Haryanto di bagian perencanaan.










Sejauh pengamatan saya, kondisi PHPL di PT BNI ini sudah lumayan, hanya perlu pembenahan sedikit. O ya tahun 2006 lalu, kinerja PHPL di perusahaan ini pernah dinilai juga oleh team LPI dan memperoleh predikat buruk. Berhubung tahun 2008 adalah waktu perpanjangan masa pengusahaan hutan PT BNI, maka agar tidak menjadi penghambat pemberian ijin oleh Departemen Kehutanan, maka pihak managemen kemudian menyewa konsultan untuk membantu perubahan kinerja PHPL perusahaan. Jadilah sejak awal tahun 2007, perusahaan membuat pembenahan disana-sini berdasarkan rekomemdasi konsultan. Sehingga tidak heran jika begitu kami datang, kondisi disana memang sudah lumayan. Jauh dari bayangan saya dahulu sebelum kesini, ternyata keadaan disini sudah lumayan, hanya membutuhkan sedikit pembenahan kembali.











sambil berbenah, kami juga sibuk mencari-cari tanaman langka yang bisa dibawa pulang. Yang paling kami cari tentu saja anggrek. Bumi Kaltim inikan sangat terkenal dengan anggreknya. Ada berbagai macam anggrek langka disini seperti anggrek hitam dan anggrek macan. Sejauh eksplorasi kami selama di Blino, kami hanya menemukan anggrek macan dan beberapa anggrek bulan serta anggrek tanah. Menurut informasi masyarakat setempat, anggrek hitam memang sudah sangat jarang mereka temui, karena banyaknya eksplorasi terhadap anggrek ini untuk tujuan komersil.

Selain anggrek, tanaman lain yang menjadi favorit kami adalah sarang semut. Sarang semut sebenarnya ada juga di Maluku, tetapi saya baru menemukan tanaman ini di Blino. Sarang semut ini juga sudah mulai jarang ditemui seiring banyaknya yang mencari untuk dijual kembali. Dahulu di sepanjang sungai Blino adalah habitat sarang semut ini,tetapi sekarang hanya terlihar sisa-sisanya.









Selain tanam an di atas,banyak banget aneka tanaman yang baru saya jumpain dikalimantan ini, seperti pasak bumi, tebet barito dan benggaris. Pohon benggaris ini adalah pohon bertajuk lebar yang biasanya dihuni oleh lebah madu. Tetapi anehnya di Blino ini, lebah madu ogah mendiami benggaris, mereka lebih suka berkoloni dipohon meranti, aneh ya tapi nyata.

Selain tumbuhan, hewan juga masih banyak terdapat di Blino. Sejauh yang pernah saya temuin, monyet (pasti) masih sering keliaran kesana dan kemari. Ada juga rusa (menjangan) dan landak. Ada pengalaman seru selama diBlino, saya pertama kali menyantap daging landak. Dalam bayangan saya sebelumnya, daging landak pastilah keras seperti bulunya, ternyata rasanya manis dan empuk seperti daging ayam, apalagi daging landak ini hanya diasap, jadi cita rasanya terjaga.
Binatang lain yang juga saya temuin adalah burung-burung dan Tupai. Tupai binatang yang sangat lucu, mirip marmut hanya saja ekornya sangat panjang. Binatang ini makannya adalah buah dan daun, makanya binatang ni manja dan sangat jinak.


Salah satu binatang yang menjadi cirri khas Kaltim adalah Burung Enggang, yang bulunya biasanya dijadikan hiasan kepala pakaian adat Kaltim. Kabarnya, burung ini kadang-kadang masih terlihat di sekitar virgin forest salah satunya dikawasan plasmanutfah. Saya tentu saja tidak ingin melewatkan begitu saja kesempatan ini.

Pada hari rabu tanggal 5 September, bersama Om Paing, Pa Awang, Maruf dan Pa Thomas, kamipun berangkat ke Plasma Nutfah. Kawasan Plasma nutfah adalah kawasan yang sengaja dilindungi untuk menjaga keanekaragaman hayati daerah setempat. Setelah berjalan kurang lebih dua kilo masuk ke dalam kawasan plasma nutfah dengan kelerengan terjal, kami belum juga menemukan tanda-tanda kehadiran burung berbulu cantik ini. Akhirnya saya menyerah juga (cadangan napas terbatas ;-) ) dan memilih pulang. Sambl menunggu mobil jemputan, kami beristirahat di sebuah kali kecil dipinggir plasma nutfah, tetapi setelah hampir setengah jam menunggu, mobil jemputan tidak juga kunjung datang. Karena keadaan mendung dan kelihatannya hampir hujan, kamipun memutuskan untuk berjalan pelan-pelan. Berjalan dan berjalan hingga tak terasa kami telah berjalan hampir lima kilo, napas yang tadi telah terkumpul lagi saat istirahat di kali kecil seakan raib tiba-tiba. Capek banget, untung saja tak lama kemudian sebuah mobil akhirnya datang menjemput.

Selain main dan kerja, di Blino camp saya juga belajar memasak. Ajeng orangnya pintar sekali memasak, jadi aku sering belajar masak dari dia. Ya masak kecil-kecl saja, ayam bakar, ikan bakar, klepon, peyek, bubur mutiara, macem-macemlah. Lumayan nambah bekal buat jadi ibu nanti :-)


Hari-hari Penilaian PHPL oleh LPI

Hari Rabu tanggal 12 September 2008, tim LPI yang akan menilai kinerja PHPL di PT.BNI akirnya tiba di camp Blino km 75. Berbeda dengan LPI yang ada selama ini, kali ini Tim LPI berasal dari akademisi yakni dari IPB. Jadi bisa ditebak bahwa tim ini terdiri dari para dosen IPB. Tim ini terdiri dari 8 orang dengan lima orang diantaranya adalah para dosen IPB sedangkan 3 orang diantaranya adalah para asisten dosen. Sedikit keder juga ngadepin nich bapak2 dosen, bukannya apa2, kalo kayak begini, gak bisa kita kibulin seperli LPI yang lainnya.

Tanggal 12-14 adalah hari-hari penilaian oleh LPI. Penilaian oleh LPI mencakup 4 kriteria dan 16 indikator. Keempat criteria tersebut adalah Kriteria prasyarat, criteria produksi, criteria ekologi dan criteria social.
Kriteria prasyarat terdiri dari 6 indikator yakni kepastian kawasan, komitmen pemegang izin, kesehatan perusahaan, kesesuaian dengan kerangka hukum, tenaga kerja dan kapasitas dan mekanisme untuk perencanaan, pelaksanaan, pemantauan periodik, evaluasi, dan penyajian umpan balik mengenai kemajuan pencapaian IUPHHK pada hutan alam.
Kriteria produksi terdiri dari 7 indikator yakni perencanan yang lestari, pemanenan yang lestari, Reduced Impact Logging, kesehatan financial pemegang izin, kuantitas hasil hutan kayu yang dipanen, dan tingkat investari dan reinvestasi.
Kriteria ekologi mencakup 6 indikator yakni: kawasan lindung, prosedur dan implementasi pengendalian perambahan, kebakaran,penggembalaan dan pembalakan illegal, prosedur dan implementasi pedoman pengelolaan flora untuk pemadatan tanah akibat alat-alat mekanis/berat dan erosi tanah, implementasi pedoman pengelolaan flora langka dan dilindungi dan implementasi pedoman pengelolaan fauna langka dan dilindungi.
Kriteria social terdiri dari 5 kriteria yakni Batas kawasan, jenis dan jumlah perjanjian dgn masyarakat, Ketersediaan mekanisme dan implementasi pendistribusian insentif yang efektif, serta pembagian biaya dan manfaat yang adil antara para pihak. dan perencanaan yang mempertimbangkan hak masyarakat, peran serta masyarakat.

Kami masing-masing mendapat tanggung jawab pada salah satu dari keempat criteria di atas. Kriteria prasyarat merupakan tanggung jawab pa Subroto, criteria produksi menjadi tanggung jawab pa Sembiring dan Pa Haryanto, criteria ekologi menjadi tanggung jawab saya dan pa Thomas. Tadinya saya bertanggung jawab terhadap criteria social, tetapi karena criteria social dianggap sudah cukup baik, maka criteria ini hanya dipercayakan kepada pa Awang, sedangkan saya kemudian membantu pa Thomas di aspek ekologi.

Pada hari pertama penilaian yakni pada tanggal 12 september, Tim ini menilai ke blok, dan petak ukur permanen, sedangkan 3 orang asisten yang termasuk dalam tim LPI melakukan flying camp untuk inventarisasi. Mereka dibagi ke dalam tiga kelompok dan masing-masing kelompok didampingi oleh pa Awang Nofri, Pa Sembiring dan Pa Haryanto. Tim Awang Nofri melakukan cross chec inventarisasi di blok RKT 2008, Pa Sembiring di Blok bekas tebangan 2007 dan Pa haryanto di kawasan virgin forest (rencana blok RKT 2008).

Penilaian oleh team LPI ini, ternyata dapat berjalan mulus tanpa ada kesulitan yang berarti. Walau masih ada sedikit kekurangan, tetapi kami yakin hasil penilaian akan baik, minimal cukup.

Bertemu Orang Dayak

Sejak dari masa kuliah, saya sangat tertarik dengan kebudayaan masyarakat dayak. Makanya saya sangat senang saat memiliki kesempatan sedikit mengenal suku yang satu ini. Oya Areal kerja PT.BNI termasuk dalam kawasan adat suku dayak punan. Suku ini baru direlokasi pada tahun 1970an ke desa Tubok yang masuk dalam wilayah Kabupaten Kutai Kertanegara.
Karena wilayah BNI masuk dalam wilayah adat suku dayak Punan, maka tidak heran kalau di dalam loksi PT BNI ini sering sekali kita menjumpai orang-orang dari suku ini. Walaupun telah direlokasi ke Desa obok, tetapi interaksi suku ini dengan hutan masih sangat tinggi. mereka mencari nafkah dengan berburu, mengayam rotan, mencari ikan dan berladang menetap disekitar rumah singgahSelain menjadi karyawan borongan dan harian di PT BNI,. persinggahan masyarakat Punan, yang disiapkan oleh perusahaan, dengan pertimbangan jauhnya jarak dari desaOya rumah singgah adalah sebuah rumah tempatTubok ke lokasi PT BNI sementara interaksi masyarakat dengan hutan sangatlah tinggi.

Bertemu orang-orang dayak ini sangatlah menyenangkan dan mereka rata-rata sangat ramah, seperti bapak-bapak atau Ibu-ibu yang rela saja ketika telinganya yang panjang-panjang saya pegang, atau anak-anak mudanya yang dengan ramahnya mengajak saya mincing atau jalan-jalan ke sungai. Selama berada di Blino camp, saya beberapa kali mengunjungi komunitas ini di rumah singgah.

Konsep rumah singgah ini mirip rumah panjang masyarakat dayak dengan ukuran yang jauh lebih kecil. Rumah panggung ini terbuat dari papan dengan bentuk memanjang. bagian dalamnya berjejer kamar-kamar dengan hamparan tikar dan rotan sebagai tempat tidur. Rumah ini mengingatkan saya dengan rumah adat Gendang milik manggarai di Nusa Tenggara Timur, hanya saja rumah Gendang bentuknya bulat, berbeda dengan rumah singgah ini yang berbentuk persegi panjang. Di rumah singgah ini saya juga menyempatkan untuk melihat pembuatan anyaman-anyaman tikar dan daun rotan. Wah bagus-bagus dan keren-keren lho. Saya paling suka dengan anjat yakni tas-tas anyaman yang dibuat dengan berbagai bentuk. Harga anyaman-anyaman ini bervariasi tergantung kesulitan dan ukurannya. untuk anjat ukuran sedang seperti yang saya pakai dihargai Rp.100.000,-, tapi percayalah kita tidak akan merasa rugi begitu melihar bagusnya anyaman tangan-tangan Punan ini. Saya juga tertarik dengan anyaman rotan yang dibuatkan menjadi karpet. Bagus banget lho, halus, enak banget buat tidur2an sambil nonton tv, harganya dijual berdasarkan panjangnya, yakni perjengkal tangan adalah Rp.50.000,-.

Di sekitar rumah singgah ini, mereka menanam tanaman musiman seperti sayur-sayuran, jagung, juga tanaman buah-buahan. Hasil tanaman musiman ini selain dipergunakan untuk konsumsi sehari-hari juga dijual ke kantin atau karyawan PT BNI.
Ada banyak hal-hal baru yang saya temui ketika bergaul dengan suku keturunan Mongol ini. Bertelinga panjang dan kebiasaan memakai batu-batu manik ternyata bukanlah kebiasaan semua suku dayak, begitupun halnya dengan keterampilan yang mereka miliki. Ternyata tidak semua suku dayak memiliki keterampilan menganyam rotan.

Seperti yang saya uraikan di atas, kehidupan masyarakat punan sangat dekat dengan alamnya. Alam menyediakan apa yang mereka butuhkan untuk kehidupan mereka sehari-hari, bahkan lebih dari yang mereka butuhkan sehari-hari. Sayangnya, apa yang disediakan alam mereka itu tidak dapat mereka nikmati sepenuhnya, hanya segelintir orang dari kaumnya sendiri yang menikmatinya. Hutan mereka punya, sarang burung wallet mereka punya, tetapi anak-anak mereka masih sulit mengenyam pendidikan karena kurangnya biaya. Cerita sedih yang banyak terjadi dimana-mana.


Milir-milir-milir
Kurang lebih sebulan menjadi warga sungai Blino, akhirnya selesai juga penilaian PHPL oleh team LPI dan tibalah saatnya kami milir ke Samarinda. Oya milir artinya meng-hilir, kata ini biasanya dipakai kalau seseorang akan pulang ke Samarinda, atau juga biasa dipakai oleh pengusaha kayu untuk mengistilahkan pengangkutan kayu dari logpond ke industri pengolahan selanjutnya.

Pada senin tanggal 17 September 2007 kamipun kemudian menghilir ke Samarinda. Kalau ketika datang dari Samarinda kami menggunakan jalur darat Samarinda-Kota baru, kemudian dilanjutkan perjalanan sungai dari Kota baru-Melak-Camp Medang, desa Mamahak kecamatan Long bagun, maka ketika milir kami mengambil route sungai Camp Medang Mamahak-Melak dan kemudian dilanjutkan dengan perjalanan darat Melak-Samarinda. Route ini sengaja kami pilih karena kami ingin memanjakan mata kami dengan pemandangan sepanjang perjalanan Melak ke Samarinda. Walaupun melelahkan karena memakan waktu sekitar 5 jam, tetapi perjalanan ini sangatlah menyenangkan. Sepanjang jalan mata kami benar-benar dimanjangkan dengan eksotika pemandangan alam Kalimantan.

Jam berbuka puasa, kami menyempatkan untuk berbuka di Tenggarong Kutai Kertanegara.

Di masa lalu, kota ini menjadi pusat kerajaan Kutai Kertanegara. Kota Tenggarong adalah kota yang luar biasa. Pembangunannya sangat maju. Kota ini memang memiliki kekayaan alam yang sangat banyak, yang menjadikannya salah satu kabupaten terkaya di Indonesia. Setelah berbuka puasa, kami menyempatkan untuk berputar-putar sebentar di kota ini. Jam 20.30 waktu setempat, kami lalu melanjutkan kembali perjalanan kami ke Samarinda. Setelah menempuh waktu sekitar 30 menit, pada jam 21.00, Samarindapun kembali menyambut kami dengan kehangatan.


Menikmati Samarinda
Setelah tiba kembali di Samarinda, tibalah waktunya kami benar-benar menikmati kota samarinda. Mulai dari menikmati berbagai makanannya, juga berburu oleh-oleh.
Saya sendiri paling banyak berburu pernak-pernik dan kain songket Samarinda. Menikmati Samarinda memang luar biasa rasanya, duduk sore-sore di pinggir sungai Mahakam sambil menikmati duren yang cuma Rp.5.000 perak perbuahnya ;-)





Pulang ke Manado
Akhirnya waktu bersenang-senang itu selesai. Tugas kembali memanggil saya kembali ke habitat asli. Tanggal 27 September saya, Pa Thomas dan Pa Broto kembali ke Manado dan pada hari yang samapun Pa Sembiring dan Pa Haryanto kembali ke Banjarmasin. Puas banget rasanya sudah menyusuri sungai Mahakam, yah walaupun saya hanya bisa menyusurinya sampai Camp Medang, Long Bagun. Suatu hari nanti, ingin rasanya saya bisa kembali ke daerah ini, kembali dapat menyusuri Mahakam, saya sangat ingin mencapai hulu Mahakam dan tidur di Lamin, rumah panjang suku Dayak, Semoga saja, Amin.