Selasa, 31 Juli 2007

Mendampingi masyarakat (Hutan Tanaman Rakyat)

Kerusakan hutan alam Indonesia dewasa ini yang mencapai angka 3.8 jt ha/tahun mengharuskan pemerintah untuk kemudian melakukan pengetatan terhadap eksploitasi hutan alam.
Hal ini kemudian berimbas pada menurunnya supply bahan baku untuk industri perkayuan yang juga berpengaruh terhadap perekonomian/pendapatan masyarakat sekitar hutan. Dengan fenomena tersebut tentunya diharapkan alternative solusi pemenuhan bahan baku kayu yang bersumber dari usaha penanaman baik oleh perusahaan Hutan Tanaman Industri (HTI) maupun dengan Penanaman Hutan Rakyat/ Hutan Kemasyarakatan.
Hal tersebut yang kemudian mendorong PT.Mangole Timber Producers (PT.Mangtip) untuk membangun hutan tanaman rakyat melalui program Hutan Kemasyarakatan (HKM) pada tahun 2004 silam. Diharapkan, selain dapat menunjang supply bahan baku bagi industri yang dimilikinya, program ini juga dapat memberikan peluang berusaha yang lebih nyata kepada masyarakat serta membangun pagar sosial bagi perusahaan. Program ini mencakup kegiatan-kegiatan antara lain sosialisasi program, penyaluran bantuan kepada masyarakat yang mengikuti program (bibit tanaman hutan, pupuk,obat-obatan), dan monitoring serta evaluasi.
Tahapan sosialisasi merupakan yang tersulit dalam pelaksanaannya. Kesulitan tidak berkaitan dengan hal-hal tekhnis pelaksanaan sosialisasi tetapi lebih kepada hambatan untuk merubah pola pikir masyarakat dengan latar belakang bukan sebagai petani. Seperti pernah saya uraikan sebelumnya, bahwa masyarakat di Maluku Utara umumnya adalah masyarakat nelayan, mereka tidak terbiasa untuk bercocok tanam, apalagi hasil pekerjaanya baru akan dinikmati dalam jangka waktu panjang, berbeda dengan menangkap ikan, hasilnya dapat mereka nikmati setiap hari.
Tahapan penyaluran bantuan sedikit lebih mudah. Setelah sosialisasi Perusahaan kemudian membuka peluang bagi anggota masyarakat baik pribadi maupun kelompok tani untuk mendaftar sebagai calon peserta program. Setelah mendaftar pihak perusahaan akan memverifikasi data yang dimasukkan oleh calon peserta, seperti data luas dan lokasi lahan peserta. Bagi calon peserta yang memenuhi persyaratan kemudian diberikan bantuan bibit tanaman hutan yang jumlahnya disesuaikan dengan luas lahan peserta. Jenis tanaman yang diberikan perusahaan dalam program ini adalah Anthocephallus macrophilla, Duabanga mollucana dan Octhomeles sumatrana. Pemilihan jenis-jenis tersebut adalah karena jenis-jenis tersebut merupakan tanaman unggulan lokal dan memiliki pertumbuhan yang cepat serta memiliki kualitas yang baik. Pola penanaman yang dianjurkan oleh pihak perusahaan adalah pola tumpangsari dengan tanaman pertanian dengan jarak tanam yang disesuaikan (umumnya 4x5).
Setelah melakukan penanaan, setiap bulannya pihak perusahaan melakukan monitoring terhadap pemeliharaan tanaman di lapangan. Pada tahapan ini masyarakat juga diajarkan cara dan waktu pemupukan serta pemeliharaan tanaman. Menghadapi masyarakat di Kepulauan Maluku, mengharuskan pihak perusahaan untuk tidak menganggap sepele kegiatan monitoring. Dari pengalaman di lapangan, mood masyarakat terhadap program ini dapat berubah dari waktu ke waktu, yang lebih banyak dikarenakan oleh jangka waktu hasil kerja yang panjang, apalagi masyarakat kita umumnya terbiasa menerima bantuan dalam bentuk uang. Oleh karena itu, pendampingan kepada masyarakat harus selalu dilakukan.
Hingga saat ini, realisasi penanaman HKM telah mencapai luas 180 ha. Sesuatu hasil yang kecil jika dibandingkan dengan luasan penanaman HTI, tetapi merupakan hasil yang besar bagi kerja keras masyarakat, apalagi dengan latar belakang masyarakat Kepulauan Maluku yang adalah nelayan. Hasil penanaman Hutan Tanaan Rakyat tersebut mulai dapat dinikmati hasilnya oleh masyarakat pada 8 hingga 10 tahun mendatang. masyarakat dapat menjual hasilnya kepada industri PT.Mangtip (sesuai dengan harga pasar), atau dapat pula dijual kepada perusahaan-perusahan saw mill yang banyak terdapat di Kepulauan Maluku. Dengan trend harga kayu yang terus melambung dewasa ini, hasil penanaman hutan milik rakyat ini tentu akan memberikan kontribusi yang positif bagi peningkatan perekonomian masyarakat, semoga, Amin.

Rabu, 25 Juli 2007

Dari Swering Ternate

Swering Ternate


Begitu memasuki pelabuhan kota Ternate, yang pertama kali tertangkap mata adalah kawasan swering.



View Larger Map


Kawasan Swering merupakan sebuah kawasan di sepanjang talud pantai pelabuhan Ternate. Terletak di pusat kota Ternate, Swering merupakan sebuah pusat keramaian yang tak pernah sepi siang ataupun malam, bahkan tak jarang orang-orang dari Pulau Tidore datang ke kawasan ini untuk sekedar mencari hiburan.
Tak ada yang sangat istimewa dari kawasan ini. Ada sebuah Mesjid yang sebagian bangunannya berada di atas pantai, deretan pertokoan, ada juga sebuah taman lengkap dengan kursi-kursi untuk bersantai. Di kiri kanan jalan sepanjang kawasan ini banyak pedagang lesehan yang menjajahkan jualannya. Ada aneka buah-buahan, rujak, aneka makanan seperti Lalapan, tinutuan (bubur Manado), papeda ikan (Sagu Maluku), coto Makasar, bakso, gado-gado,dabu-dabu ikan, roti bakar dan sebagainya.

Tidak ada yang tahu pasti mengapa kawasan ini diberi nama Swering. Ada yang mengatakan bahwa Swering merupakan sebutan lain untuk talud, ada pula yang mengatakan bahwa swering berasal dari kata swear dalam bahasa inggris yang berarti janji, karena kawasan ini sering dijadikan tempat untuk mengucap janji pasangan-pasangan yang sedang kasmaran. Jika diamati setiap harinya Swering memang dipenuhi oleh pasangan-pasangan kekasih, mulai dari pasangan remaja sampai kakek-nenek. Para pekerja seks komersial juga banyak yang "nongkrong" di tempat ini.
Tetapi harus hati-hati juga pacaran di tempat ini, pasalnya ada sekelompok ibu-ibu di Ternate yang sering melakukan sweeping PSK, sepertinya mereka takut kalau suami dan anak laki-laki mereka "main" PSK di tempat ini. Coba bayangkan seandainya ibu-ibu seperti ini tinggal di Jakarta, bisa-bisa urusan rumah tangga terbengkelai saking banyaknya tempat hiburan yang harus disweeping ya...

Di salah satu sudut swering

Selasa, 24 Juli 2007

Novel : ROSE MADDER

Beberapa waktu yang lalu saya baru saja membaca novel karangan Stephen King berjudul ROSE MADDER

Novel ini menceritakan tentang kehidupan Rose Daniels yang mengalami penyiksaan dari suaminya selama belasan tahun hingga akhirnya ia memutuskan untuk melarikan diri dan memulai hidup baru.
Namun Norman Daniels suaminya tidak mau begitu saja ditinggalkan, dia kemudian mulai mencari jejak istrinya. Rose yang kemudian ditemukannya bukan lagi Rose yang dulu. Rose telah mempunyai kehidupan yang baru yang indah dengan kekasih baru yang mencintainya dan kekuatan baru yang didapatnya dari ROSE MADDER, wanita dalam lukisan yang dibelinya dari toko gadai.
Tidak banyak kejutan yang diberikan King dalam novel setebal 766 halaman ini, akhir cerita yang happy ending tidak terlalu susah untuk ditebak, tetapi untuk penjiwaan karakter King tetap nomor satu. Walau sedikit membosankan tetapi gaya bercerita King yang fantastis dan tentu pula nama besar King membuat novel ini tetap layak menjadi koleksi pustaka.

Sabtu, 21 Juli 2007

Pelatihan Kepemimpinan Liturgis Mudika Falabisahaya-Mangole

Pada bulan November 2006 yang lalu, Mudika st.Alberthus Magnus Falabisahaya Maluku Utara mengadakan kegiatan Pelatihan kepemimpinan liturgis untuk mudika paroki induk st Maria Immaculata Falabisahaya.

Acara ini diselenggarakan oleh seksie liturgis Mudika st.Alberthus Magnus sebagai salah satu program tahunan mudika. Latar belakang penyelenggaraan kegiatan ini adalah sebagai suatu bentuk kepedulian mudika terhadap kaum muda katholik dewasa ini yang gak tau bagaimana memimpin sebuah ibadah sabda, padahalkan kita sebagai generasi muda katholik nich,harusnya bisa jadi teladan bagi sesama (do…)
Saya sendiri juga masih sangat terpatah2 kalo mimpin ibadah, kalah jauh sama anak2 seksi liturgy, beda banget sama teman2 kita dari gereja protestan,yang rata2 pintar mimpin ibadah. Makanya senang banget waktu seksie liturgy ngadain ini kegiatan.
Kegiatan pelatihan kepemimpinan liturgis ini dimulai pada jam sebelas siang, setelah misa hari minggu dan bertempat di taman gua Maria.
Rangakain kegiatan dibagi dalam 2 sesi, yakni sesi pertama yang dibawakan oleh Pastor kepala yakni bpk Pastor Anton Kewole Lerek, Pr dan sesi kedua dibawakan oleh pastor Thomas Ratuanak, Pr. Pada sesi pertama kami diajarkan apa makna liturgy sabda yang sesungguhnya dan bagaimana tata acara dalam sebuah liturgy sabda.
Jam 14.00 ada jeda istirahat untuk makan siang. Wah makan siang sepertinya menjadi acara yang ditunggu-tungu nich, teman2 mudika menjadi sangat bersemangat, apalagi makanan yang disiapkan ibu2 WKRI sangat menggugah selera. Ada ikan bakar dabu-dabu, kasbi rebus, pisang rebus, ikan woku, ehm…ehmm…enak…
Setelah makan siang, kami masing-masing diberi waktu 30 menit untuk menyusun sebuah tata acara liturgy sabda, kan pokok-pokoknya tadi udah dijelaskan sama Pastor Anton. Setiap orang boleh mengambil tempat dimana saja yang penting masih dalam lingkungan gereja. Saya sendiri memilih di dalam gereja, suasananyakan tenang. Oya masing-masing peserta diberikan selembar kecil kertas tema,jadi semua orang menyusun liturgy sabda dengan tema yang berbeda (wah..gak bisa liat kiri kanan nich ).
Setelah 30 menit diberikan waktu untuk menyusun liturgy, kami kemudian dikumpulkan kembali dan dilanjutkan dengan tanya jawab dengan Pastor, disini waktunya kita bertanya jika kita menemukan kendala dalam menyusun liturgy kita.
jam 15.30, sesi pertama selesai dan snack lagi nich…(makan terus ya.. ).jam 15.45, kami memasuki sesi kedua yang dibawakan oleh bapak pastor Thomas. Kalo pada sesi pertama mudika diajarkan bagaimana tata acara dalam sebuah liturgy sabda, nah pada sesi kedua ini, Pastor lebih menekankan bagaimana sikap rohani dan tubuh/badan kita ketika kita memimpin ataupun ketika kita mengikuti sebuah liturgy sabda. Ya bagaimana hati kita, bagaimana sikap badan kita, bagaimana cara kita berpakaian, de el el. Pokoknya komplit plit plit…
Puncak sesi ini, kita kemudian diminta mempraktekkan didepan semua peserta bagaimana memimpin sebuah ibadah sabda. Karena mepetnya waktu, gak semua peserta mempraktekkannnya, hanya empat orang yang mempunyai kesempatan yakni Veronika, Elo,Yonas dan Paske. Menurut pastor Thomas udah lumayan tuh..hanya saja perlu dibenahin lagi terutama mengenai sikap badan dan kesesuaian dengan tema.
Wah…keren kan, sepertinya seksi liturgy berhasil nich program kerjanya…
Pada jam 18.15 sesi kedua selesai dan Pastor Antonpun menutup kegiatan ini dengan memberikan kesan-kesan dan berkat penutup. Oya kesan pastor Anton juga sama dengan Pastor Thomas, mudika hanya disuruh lebih mempersiapkan diri saja sebelum memimpin sebuah liturgy sabda.
Mudika Falabisahaya bersama Pator

Ok..sukses deh buat seksi liturgy dengan program-programnya yang lain, rencananya mereka juga akan mengadakan latihan berkotbah..wah..keren kan…sukses terus mudika mengabarkan firmanNya....!!!!