Jumat, 05 Oktober 2007

Maria dan Tradisi Berdoa Rosario

Tabe o Maria ata penong le widang nggeluk, Mori Kraeng agu ite. Ite kali cewe don berkak one ine wai, agu berkak Mori Yesus wua tuka Dite. Maria Nggeluk, ende de Mori Kraeng, tegikoe latang te ami ata ndekok, teho’on agu du ami turung matagm, Amen

Sepenggal doa di atas, adalah doa Salam Maria dalam bahasa ibu saya bahasa Manggarai Flores NTT. Tak terasa memang, bulan ini umat Katholik telah memasuki bulan berdoa Rosario di setiap harinya yang juga dilakukan pada bulan Mei. Oleh Gereja Katholik, kedua bulan ini memang dikhususkan untuk menghormati Bunda Maria.
Gereja Katholik menempatkan Maria sebagai teladan dan perantara antara Gereja dan Allah. Maria adalah Ibu dari Tuhan Yesus yang mengandung bukan dari Yusuf tetapi dari Roh Kudus dan Maria dilahirkan tanpa dosa asal. Ibu dari Maria sendiri yakni Anna, adalah seorang wanita yang mandul dan mendapat Rahmat dari Tuhan dan melahirkan bunda Maria. Maria sangat setia menemani Yesus sampai Yesus Mati di kayu salib. Meminjam kata-kata bapak Pastor Paroki saya, Maria dikatakan sebagai Manusia Yang Paling Mulia diantara semua manusia. Karena alasan-alasan di atas, Gereja Katholik sangat menghormati Maria dan mengkhususkan bulan Mei dan Oktober untuk menghormatiNya. Bulan Mei merupakan bulan Maria sedangkan bulan Oktober adalah bulan Rosario.

Tradisi bulan Mei sebagai bulan Maria sudah ada sejak abad pertengahan. Pada saat itu orang-orang Eropa memiliki kebiasaan untuk menghormati dewi-dewi setiap bulan Mei. Ketika mereka menjadi Kristen, kebiasaan bulan Mei itu tetap dilanjutkan, tetapi bukan lagi untuk menghormati dewi-dewi, melainkan menghormati Bunda Maria.

Jemaat perdana memiliki kebiasaan mendoakan 150 Mazmur Daud. Mereka biasanya membagi 150 mazmur itu atas tiga bagian berdasarkan atas tiga pembagian waktu doa yaitu pagi, siang dan malam., sehingga menjadi 3 kali 50 mazmur. Pada abad pertengahan ketika jumlah jemaat semakin banyak, banyak diantara mereka yang mengalami kesulitan mendaraskan 150 Mazmur daud yang ditulis dalam bahasa latin. Bagi Jemaat tersebut, untuk mengganti Mazmur Daud dapat mendaraskan 150 kali Doa Bapa Kami dan Salam Maria dalam waktu sehari yang juga dibagi sebanyak 50 kali pada pagi, siang dan malam. Doa Bapa Kami sebagai pengganti Antiphon Mazmur, Sepuluh kali doa Salam Maria berperan sebagai pengganti pendarasan Mazmur, dan kemuliaan kepada Bapa berperan sebagai doa tanggapan. Doa ini adalah yang menjadi model pertama doa Rosario.Untuk menjamin konsetrasi dalam berdoa, mereka memakai bantuan hitungan tasbih. Tradisi penggunaan tasbih sendiri sudah lama digunakan dalam berbagai kebudayaan baik hindu, budha juga para pertapa.

Pada perkembangannya tasbih ini kemudian dinamakan rosario. Rosario sendiri berasal dari kata bahasa Latin rosarium yang berarti rangkaian mawar. Pada masa itu orang-orang Eropa memiliki kebiasaan merangkaikan bunga mawar kepada orang yang dihormati. Kebiasaan itupun kemudian dilakukan orang-orang Kristen untuk menghormati Maria. Mereka merangkaikan bunga mawar dan diletakkan di bawah kaki Maria sambil mengucapkan pujian kepada Maria. Dari situlah kemudian tasbih untuk mendaraskan doa pengganti 150 Mazmur Daud disebut Rosario karena dikaitkan dengan modelnya yang seperti rangkaian mawar.

Doa salam Maria yang kita kenal sekarang juga mengalami beberapa kali perkembangan. Pada awalnya doa yang lebih tua dari doa Bapa Kami ini hanya terdiri dari sapaan malaikat Gabriel kepada Maria ketika menyampaikan kabar sukacita : Salam Maria, penuh rahmat, Tuhan sertamu. Bagian selanjutnya baru ditambahkan pada tahun 1260-an yakni salam yang disampaikan kepada Maria oleh Elisabet : terpujilah engkau di antara wanita, dan terpujilah buah tubuhmu Yesus. Dan akhirnya pada abad ke-15, bagain doa selanjutnya di tambahkan: Santa Maria, bunda Allah, doakanlah kami yang berdosa ini sekarang dan waktu kami mati.

Dalam perkembangannya, Doa Rosario semakin banyak dilaraskan oleh jemaat Gereja, bahkan juga digunakan sebagai doa perang dalam melawan musuh. Pada tanggal 7 Oktober 1571, Armada laut Kristen berperang melawan Turki. Dalam perang tersebut, semua pasukan perang memakai Rosario ditangan kanan dan senjata di tangan kiri. Perang itu kemudian berakhir dengan kemengan Armada laut Kristen. Untuk memperingati kemenangan tersebut, Paus Clemens XI ( tahun 1667- 1669) kemudian menentukan hari Minggu pertama bulan Oktober sebagai Pesta Rosario Santa Perawan.
Pada akhir abad XIX Paus Leo XIII menetapkan bulan Oktober sebagai bulan Rosario dan menganjurkan umat beriman untuk berdoa rosario setiap hari pada bulan Oktober.

Diantara kita mungkin ada yang bertanya apakah Bunda Maria mengalami kematian, karena seperti kita Maria hanyalah seorang manusia biasa.
Ada beberapa versi yang menceritakan tentang kehidupan Bunda Maria. Ada yang mengatakan bahwa Bunda Maria mengikuti rasul Yohanes dalam karyanya di suatu tempat dekat Efesus dan meninggal disana. Pada tahun 1891 dilakukan penggalian di tempat tersebut yakni di sebuah bukit sekitar 3 jam perjalanan dari Efesus. Penggalian tersebut menemukan fondasi rumah abad I yang pada abad VI sudah diubah menjadi kapel Maria. Sumber lain mengatakan bahwa Maria meninggal pada usia 63 tahun di Yerusalem dekat kebun zaitun dan dimakamkan di sana. Saat itu semua rasul berkumpul di kamar Maria.
Tidak ada catatan yang mengatakan bahwa Maria tidak mengalami kematian dan kita sebagai umat beriman meyakini bahwa tubuh Maria tidak membusuk dan bahwa Maria mengalami kebangkitan badan (ini diperingati sebagai peristiwa Maria diangkat ke surga).***dari berbagai sumber****

2 komentar:

Anonim mengatakan...

Priska, Terimakasih banyak karena kamu sudah mencantumkan doa di atas dalam bahasa manggarai. Tabe

Margaretha mengatakan...

iya sama2...trimakasih juga sudah mau mampir :)