Kamis, 06 Maret 2008

Larasati

Kalau mati, dengan berani
Kalau hidup dengan berani.
Kalau Keberanian tidak ada, itulah sebabnya
Setiap bangsa asing bisa jajah kita.
- Pramoedya Ananta Toer - dalam Larasati

Novel-novel pramoedya memang selalu memberikan motivasi selain juga membuka wawasan dan cakrawala berpikir pembaca (saya). Seperti kata-katanya di atas yang tertuang dalam salah satu roman khususnya buat kaum perempuan, Larasati.
Dari Judulnya kita tau, bahwa roman ini bercerita tentang seorang perempuan.
Disampul buku tergambar seorang perempuan cantik memakai baju dan selendang merah dengan latar stasiun kereta api. Perempuan ini bernama Larasati, seorang aktris panggung dan bintang film yang sangat cantik. Roman ini mengkisahkan perjalanan Larasati dari pedalaman (Yogyakarta) ke daerah pendudukan (Jakarta).
Larasati hidup pada masa Revolusi yang keras, ketika pemerintahan Hindia Belanda yang dengan bantuan Tentara sekutu (negeri-negeri barat) kembali ke Indonesia seusai perang dunia kedua. Pertempuran dan bunyi peluru antara kaum revolusioner dan NICA (Nederlands-Indies Civil Administration) menjadi ciri masa ini.
Hidup pada masa Revolusi ini membuat Ara, panggilan Larasati, tidak hanya cantik tetapi juga berani.
Bukan main Lasmidjah. Punya anak begitu cantik. Begitu molek. Berani!” komentar seorang nenek tetangga Lasmidjah, ibu Larasati.
Dengan keberaniannya, Larasati juga pernah ikut bertempur melawan NICA bersama para pejuang muda. Pengalamannya Ikut bertempur bersama para pemuda ini dan menyaksikan banyaknya korban-korban yang tewas, kemudian menjadikan Larasati sosok yang semakin berani, tegar dan penuh dendam terhadap musuh tanah air, musuh revolusi.
“Kau tidak takut lagi, bukan? Tak perlu takut. Kau harus mendendam. Kita memerlukan dendam.” kata seorang pemuda pejuang kepada Ara, kata-kata yang semakin membangkitkan semangat Ara untuk berjuang membantu Revolusi dengan caranya sendiri.
Walau tidak bisa disandingkan dengan Bumi Manusia, roman Pramoedya yang lain dari Tertralogi buru, tetapi membaca buku Larasati ini membuat pembaca seperti dihadapkan langsung dengan situasi revolusi saat itu dan juga mengenal sejarah dengan cara yang berbeda dan menarik.
Satu lagi karya Pramoedya yang sangat layak dimiliki.

Tidak ada komentar: