Kamis, 13 Januari 2011

Mengenal Lebih Dekat Tanaman Ndusuk (Melastoma malabathricum)

Ndusuk, begitu orang Manggarai di Nusa Tenggara Timur menyebut tanaman perdu ini. Ndusuk sudah sangat akrab dengan kebudayaan orang Manggarai. Daun tanaman dari family Melastomataccae ini biasanya direbus bersama lemak daging dan dijadikan sayuran dalam acara-acara adat di Manggarai. Tanaman dengan nama latin Melastoma malabathricum atau orang Jawa menyebutnya Senggani tumbuh liar hampir di seluruh daerah di Manggarai, terutama di daerah-daerah dataran tinggi.


Ndusuk memiliki morfologi yang mudah dikenali. Berbunga majemuk dengan mahkota bunga berlekatan dan berwarna ungu, benang sari berjumlah delapan hingga dua belas dengan panjang ± 3cm berwarna kuning bercampur putih, membuat Ndusuk tampak indah sehingga sering juga dijadikan tanaman hias. Buah berbentuk bulat telur berwarna ungu dengan biji kecil berwarna coklat kemerahan. Tinggi tanaman ini bisa mencapai 3 meter dengan batang berkayu, berbentuk bulat, berwarna coklat dan berambut dengan percabangan simpodial. Jika sudah tua, batangnya bisa dijadikan kayu bakar. Dari ciri fisik daunnya, Ndusuk bisa dikenali dengan bentuknya yang lonjong dengan ujung lancip dan 3 tulang daun yang melengkung. Daun tunggal berwarna hijau, bertangkai pendek, letak silang berhadapan dan permukaan yang berambut. Panjang daun berkisar 4-12 cm dan lebar 2-8 cm. Tanaman perdu yang oleh orang Sunda disebut Harendong ini memiliki akar tunggang berwarna coklat.


Jika di Manggarai Ndusuk hanya dikenal sebagai sayuran, tetapi di daerah-daerah lain di Indonesia seperti Jawa, Sunda, Madura dan Sumatera, Ndusuk lebih dikenal sebagai tanaman obat yang berkhasiat sebagai obat diare, keputihan, luka bakar, sariawan dan radang usus. Megawati Simanjuntak (2008) dalam penelitiannya tentang Ekstraksi dan Fraksinas Daun Tumbuhan Melastoma malabathricum, membuktikan bahwa dalam daun Ndusuk terkandung senyawa kimia flavonoida, saponin dan tanin. Flavonoid dalam tubuh manusia berfungsi sebagai antioksidan sehingga sangat baik untuk pencegahan kanker. Manfaat flavonoid antara lain adalah untuk melindungi struktur sel, antinflamasi (antiradang), mencegah keropos tulang dan sebagai antibiotik. Dalam banyak kasus, flavonoid dapat berperan secara langsung sebagai antibiotik dengan menggangu fungsi dari mikroorganisme seperti bakteri atau virus.


Tanin merupakan astrigen yang mengikat dan mengendapkan protein berlebih dalam tubuh. Dalam bidang pengobatan, Tanin digunakan untuk mengobati diare, hemostatik (menghentikan pendarahan) dan wasir. Saponin dapat menurunkan kolesterol dan memiliki kemampuan sebagai pembersih dan antiseptic yang berfungsi untuk membunuh atau mencegah pertumbuhan mikro organisme.
Kandungan Tanin dan Saponin dalam Ndusuk diperkirakan yang menjadi alasan dipilihnya daun ini oleh orang Manggarai sebagai sayuran yang dicampur dengan lemak daging. Kedua zat kimia ini dapat mengikat protein dan kolesterol yang berlebihan dalam lemak daging dan membunuh berbagai mikro organisme yang bisa berdampak buruk bagi kesehatan.


Dengan kandungan zat kimia berkhasiat obat yang dimilikinya, maka Melastoma malabathricum dapat kita budidayakan sebagai tanaman obat dan menjadi alternative pengobatan untuk berbagai penyakit. Untuk mengobati penyakit dalam seperti diare misalnya, dapat kita obati dengan meminum air rebusan campuran segenggam daun Ndusuk yang masih muda dan 5 gram kulit buah manggis. Untuk menetralkan racun, cukup dengan minum rebusan daun Ndusuk. Penyakit luar seperti luka dapat pula disembuhkan dengan daun Ndusuk. Daun Ndusuk yang masih segar atau yang telah dikeringkan digiling halus, lalu dibubuhkan pada luka bakar atau luka berdarah. Luka kemudian dibalut, agar pengobatan berjalan lancar.

Tidak ada komentar: