Kamis, 04 November 2010

Berkunjung ke TN Alas Purwo

Pada tanggal 24-28 Oktober kemarin, saya bersama-sama dengan 20 orang teman dari Taman Nasional Komodo melaksanakan studi banding pengelolaan Taman Nasional berbasis resort di TN Alas Purwo di Kabupaten Banyuwangi Jawa Timur.

Maksud dan tujuan pelaksanaan kegiatan studi banding ini adalah sebagai bahan masukan serta motivasi terhadap rencana pengelolaan Taman Nasional Komodo yang berorientasi terhadap efektifitas pengelolaan melalui pemberdayaan Resort sebagai unit pengelolaan Taman Nasional terkecil.

Secara keseluruhan kegiatan studi banding ini berjalan dengan lancar, walau terdapat sedikit masalah lebih-lebih stres menjadi penanggungjawab kegiatan dan mengurus 20 orang. Ada banyak hal yang didapat dari studi banding, terutama motivasi untuk melakukan pembenahan agar menjadi lebih baik. Secara pribadi, saya merasa tertinggal jauh dengan teman-teman di Alas Purwo mulai dari kedisiplinan, dedikasi, sampai ke manajemen pengelolaan TN, ketendang jauh. Sangat memotivasi, bagaimana membuat pembenahan, yang tentu saja dimulai dari sini, dari diri sendiri. Seribu cerita, seribu kenangan serta ilmu dan motivasi yang tak terjumlahkan :p


Gambaran Umum TN Alas Purwo
Taman Nasional Alas Purwo memiliki luas sebesar 43.420 ha yang terletak di Kabupaten Banyuwangi Propinsi Jawa Timur yang mencakup 3 wilayah Kecamatan, yaitu : Kecamatan Purwoharjo, Kecamatan Muncar, dan Kecamatan Tegaldlimo. Secara Geografis terletak antara 114o20’16”-114o36’00” BT dan 8o26’46”-8o47’00” LS.Awalnya, yakni tahun 1939, Taman Nasional Alas Purwo merupakan Suaka Margasatwa Banyuwangi Selatan, baru kemudian pada tahun 1992 ditetapkan sebagai Taman Nasional Alas Purwo.
TN Alas Puwo memiliki obyek wisata yang beragam dan didominasi oleh wisata minat khusus seperti selancar, ritual/ ibadah dan pengamatan satwa. Jenis flora yang terdapat di TN AP antara lain: sawo kecik, nyamplung, sadeng, gebang, dan bendo. Sedangkan jenis fauna antara lain: banteng, kancil, kijang, rusa , penyu dan merak
Dalam pengelolaannya, TN AP dibagi dalam dua seksi pengelolaan Taman Nasional yakni Seksi Pengelolaan Taman Nasional Wilayah I Tegaldlimo dan Seksi Pengelolaan Taman Nasional Wilayah II Muncar. SPTN Wilayah I terbagi lagi ke dalam 3 resort yakni Rowobendo, Grajagan dan Pancur. SPTN Wilayah II terbagi dalam 3 resort yakni Kucur, Sembulungan dan Tanjung Pasir.

TN Berbasis Resort
TN AP menerapkan manajemen berbasis resort sejak tahun 2007. Dalam Manajemen berbasis resort, setiap resort memiliki peranan yang lebih besar dalam pengelolaan TN. Resort melakukan tugas-tugas minimal yang berlandaskan pada tiga pilar yakni: perlindungan, pengawetan dan pemanfaatan. Wilayah kerja resorpun ditata dengan baik yang mencakup luas dan batas-batas wilayah pengelolaan resort, aksesibilitasnya, gangguan keamanan, ketersediaan SDM, sarana dan prasarana, prioritas pengelolaan dari tiap resort serta aktifitas masyarakat di dalam maupun di sekitar kawasan.
Untuk menjalankan tugas minimalnya, resort didkung oleh pendanaan minimal yang pertanggungjawabannya sepenuhnya menjadi tanggungjawab kepala resort.
Manajemen berbasis resort ini tentu pula harus didukung oleh sarana prasarana dan juga SDM baik kualitas maupun kuantitas.
Untuk pendokumentasian seluruh kegiatan yang dilakukan di resort, dibangun sebuah sistem informasi pengelolaan kawasan atau siloka. dengan siloka, semua kegiatan dalam resort dapat dimonitor dan dijadikan bahan informasi untuk pengambilan kebijakan pengelolaan.

Sadengan
Ke TN Alas Purwo, rasanya kurang lengkap jika kita tidak menyempatkan diri melihat satwa andalan TN ini yakni Bos javanicus atau banteng. Satwa yang juga terdapat di TN Baluran ini, dapat kita amati di Sadengan. Sadengan merupakan feeding ground buatan seluas kurang lebih 80 ha. Di sini hidup berbagai satwa seperti banteng (Bos javanicus), rusa (Cervus timurensis) dan merak (Pavo muticus). Karena adanya pembinaan habitat, maka terjadi peningkatan jumlah populasi dari satwa tersebut dibanding pada tahun-tahun sebelumnya. Untuk pengamatan satwa, di padang savanna buatan ini juga terdapat menara pandang.
Pantai Trianggulasi
Pantai Trianggulasi adalah salah satu surga bagi para surfer. Pantai dengan hamparan pasir yang luas ini memiliki ombak khas pantai selatan, yang bagi para surfer tentu sangat menantang. Selain memiliki ombak yang sangat cocok untuk bersurfing ria, pantai Trianggulasi juga memiliki panorama senja hari yang sangat indah. Berbagai fasilitas disediakan oleh TN Alas Purwo di pantai ini. Ada sebuah Pasanggrahan yang bisa disewa jika kita ingin melewatkan tidur malam di pantai ini.

Hutan Mangrove blok Bedul dan Desa Konservasi Sumberasri.
Obyek wisata lain di TN AP adalah hutan mangrove Blok Bedul yang memiliki 26 jenis mangrove dan berada di tepian sungai Segoro anakan sepanjang ± 18 km. Hutan Mangrove ini memiliki ketebalan rata-rata dari bibir pantai sekitar 300 - 350m dengan luas kawasan 1.200 ha. Monyet, biawak dan berbagai jenis burung hidup dalam kawasan ini.
Keberadaan hutan mangrove ini, selain memberikan manfaat ekologis, juga memberikan manfaat ekonomi bagi masyarakat di sekitarnya. Sungai Segoro anakan menjadi tempat masyarakat mencari ikan, kepiting dan kerang. Bagi pengunjung yang ingin menikmati panorama hutan mangrove blok Bedul, dapat menyewa perahu masyarakat atau dalam bahasa local disebut gondang gandung.

Setelah mengelilingi kawasan mangrove blok Bedul, kamipun berkesempatan mengunjungi desa Sumberasri yang terletak di pinggiran sungai Segoro anakan. Desa ini merupakan sebuah desa konservasi yang merupakan suatu bentuk kemitraan antara TN Alas Purwo dan Desa Sumberasri. Dari Blok bedul ke Desa Sumberasri, dapat menggunakan perahu masyarkat atau gondang gandung.

Memasuki desa Sumberasri, kami langsung disambut dengan sebuah dermaga panjang yang beratap sarlon 75% dan dikiri kanan dermaga ditumbuhi dengan mangrove. Senyum ramah dari para pegawai Desa wisata ini menyambut kami di pos masuk. Bersih dan tertata dengan baik, adalah kesan saya memasuki desa ini. Tak satupun sampah yang saya temui di obyek wisata yang secara administrasi terletak di kecamatan Purwoharjo Kabupaten Banyuwangi ini. Berbeda dengan kampung-kampung dalam kawasan TN Komodo, seperti Rinca misalnya yang penuh dengan sampah. Laut merupakan tempat sampah yang sangat luas bagi mereka dan sampah-sampah yang berserakan di halaman tidak perlu dibersihkan karena air laut akan dengan baik hati mengangkutnya ke laut: tempah sampah maha luas. Sebenarnya, jika dilihat dari obyek wisatanya, desa ini masih kalah jauh dengan kampung Rinca di TN Komodo. Jika Rinca memiliki pesona Terumbu Karang, Gua Kalong, Batu Balok dan Sarang Komodo; desa Sumberasri “hanya” memiliki kawasan hutan mangrove dan sebuah sumber air yang dianggap keramat. Tetapi setiap pengunjung termasuk saya pribadi, merasa sangat betah berlama-lama di desa ini.

Berawal dari ditandatanganinya MoU antara TN AP dan Kepala Desa Sumberasri, kemudian dibentuklah Badan Pengelola Wisata Mangrove Blok Bedul pada tanggal 31 Oktober 2008. Badan pengelola ini diketuai oleh Kepala Desa Sumberasri dan anggotanya berasal dari desa Sumberasri. Pada awalnya badan pengelola ini bekerja dengan dana swadaya dan berbekal kemauan kuat ntuk membuat Sumberasri menjadi maju. Kerja keras sang kepala desa bersama Badan Pengelola kemudian berbuah manis. Dari sebuah desa miskin dengan akses jalan masuk yang sangat sulit, kini Sumberasri mampu menarik minat pengunjung untuk datang dan berlama-lama menikmati keindahannya, sambil menikmati aneka jajanan yang dijual para pedagang yang juga berasal dari Desa ini.
Jika ingin tidur di tengah suasana pedesaan desa Sumberasri, desa ini juga menyediakan homestay milik masyarakat desa dengan harga yang sangat terjangkau.

Ngagelan
Saat mengunjungi TN AP kami juga berkesempatan melihat tempat penetasan penyu di pantai Ngagelan. Pantai Ngagelan terletak tidak begitu jauh dari pantai Trianggulasi. Pantai ini menjadi istimewa Karena di pantai ini menjadi tempat meletakkan telur empat jenis penyu dari 7 jenis yang ada di dunia yakni penyu abu-abu, penyu sisik, penyu belimbing dan penyu hijau. Sayangnya kami berkunjung ke Ngagelan pada sore hari, padahal biasanya penyu-penyu ini mendarat di Ngagelan dan meletakkan telurnya pada malam hari. Telu-telur yang diletakkan penyu di pasir pantai Ngagelan, oleh TN Alas Purwo kemudian diambil dan ditetaskan. Setelah menetas, kemudian penyu-penyu tersebut akan dilepaskan kembali ke laut.

Tidak ada komentar: