Rabu, 09 Juni 2010

Kopi dite: Kopi tuang dan Kopi unggul


Anda pencinta kopi? Mungkin masih asing dengan kopi tuang atau kopi unggul. Namun jika saya menyebut kopi Robustha dan kopi Arabika, mungkin tak hanya pencinta kopi yang mengetahuinya. Kedua jenis kopi tersebut adalah jenis kopi yang paling banyak diproduksi di dunia. Orang Manggarai di Flores Nusa Tenggara Timur menyebut kopi Robustha sebagai kopi tuang dan kopi Arabika sebagai kopi unggul.



Kopi sendiri bukanlah tanaman asli Manggarai. Kopi pertama kali ditemukan di Afrika pada sekitar tahun 800 SM oleh seorang pengembala bernama Khalid yang mengamati kambing gembalaannya tetap terjaga setelah makan daun dan buah kopi. Sang gembala kemudian mencoba memasak biji kopi ini dan memakannya. Apa yang dilakukan gembala ini lama kelamaan menjadi sebuah kebiasaan masyarakat setempat dan kemudian semakin menyebar ke daerah-daerah lain. Bangsa Arab yang memiliki kebudayaan yang lebih maju dari bangsa Afrika, tidak hanya merebus biji kopi dan memakannya, tetapi juga merebus biji kopi untuk diambil sarinya. Dari Arab kemudian kebiasaan mengkonsumsi kopi sampai ke Eropa pada tahun 1615 yang dibawa oleh seorang saudagar Venesia. Setahun kemudian, bangsa Eropapun mulai membudidayakan tanaman kopi, termasuk juga bangsa Belanda yang kemudian pada tahun 1690 membawa tanaman dari Family Rubiaceae ini ke Pulau Jawa. Seiring dengan masuknya pengaruh Belanda ke Manggarai, yakni setelah ekspedisinya yang ketiga tahun 1905, tanaman kopipun diperkenalkan ke masyarakat Manggarai.



Sebelum masuknya penjajah Belanda ke Manggarai, orang Manggarai hanya mengusahakan tanaman pertanian umur pendek dengan system perladangan gilir balik dalam lahan komunal lingko. Masuknya Belanda kemudian mengganti tanaman umur pendek tersebut dengan tanaman-tanaman perkebunan berumur panjang seperti kopi. Pada masa itu, kopi adalah minuman yang sangat digemari oleh penduduk dunia sehingga banyak dibudidayakan oleh bangsa Belanda baik di negeri Belanda maupun di daerah-daerah jajahannya.
Kopi yang diperkenalkan oleh Belanda ke Manggarai adalah kopi Robustha atau Coffea canephora . oleh masyarakat Manggarai, kopi ini disebut kopi tuang yang berarti kopi tuan atau kopi penguasa (tuang=tuan). Kopi ini berasal dari sub-Saharan Afrika. Kopi ini relative mudah dalam perawatannya, tidak banyak tuntutan terhadap tempat tumbuh dan lebih cepat berbuah, mungkin yang menjadi alasan pemilihan jenis ini oleh Belanda untuk dikembangkan di Manggarai.



Kopi tuang dapat tumbuh dengan baik tidak hanya di dataran tinggi, namun dapat pula tumbuh dengan baik pada ketinggian 800 mdpl, bahkan pada ketinggian yang lebih rendah dari 800 mdpl, dapat lebih toleran terhadap kondisi hangat. Selain itu, kopi ini juga tidak mudah diserang oleh penyakit.
Kopi robustha memiliki system perakaran dangkal dan ketinggian pohon bisa mencapai 12 meter. Daun berbentuk elips dengan panjang 6-12 cm dan lebar 4-8 cm, berwarna hijau tua mengkilap dan berlilin.



Setelah berumur dua hingga tiga tahun, kopi tuang dapat mulai berbunga. Kopi jenis ini melakukan penyerbukan silang. Bunga yang dihasilkan berwarna putih dengan diameter 10-15 mm. Setelah sekitar 15 minggu sejak berbunga, bunga kemudian akan berubah menjadi buah berwarna hijau. Buah kopi akan masak dan berwarna merah serta siap dipanen setelah 30-35 minggu.



Biji kopi yang dihasilkan dari kopi tuang berukuran lebih kecil dari kopi unggul dengan kandungan kafein yang lebih tinggi dan aroma kopi yang lebih kuat. Bisa disimpan dalam jangka waktu yang lama tanpa perlu kuatir akan menurunkan cita rasanya, justru jika semakin lama disimpan cita rasanya akan semakin kuat. Sangat cocok jika dijadikan untuk kopi instan, karenanya saya lebih menyukai kopi jenis ini.



Selain kopi tuang, jenis kopi yang banyak ditanam di Manggarai adalah kopi unggul atau kopi Arabika. Jenis kopi ini adalah jenis yang paling mendominasi pasaran kopi dunia karena memiliki kandungan kafein yang lebih rendah dari kopi robustha dan memiliki cita rasa terbaik.
Kopi Arabika atau Coffea arabica berasal dari pegunungan Yemen di Arabian Peninsula seperti namanya Arabika dan juga dari dataran tinggi Ethiopia dan Sudan.



Kopi unggul dapat tumbuh dengan baik pada ketinggian antara 600-2000 mdpl. Pada daerah dengan suhu optimum antara 15-24 º C (59-75 º F) sepanjang tahun, dengan curah hujan berkisar antara 1500-2500 mm dengan sembilan bulan hujan dan
tiga bulan musim kemarau. Berbeda dengan kopi Robusta yang dapat tumbuh dalam berbagai kondisi lingkungan, lebih toleran terhadap dingin dan tumbuh baik di ketinggian lebih luas. Semakin tinggi tempat tumbuhnya, kopi unggul menghasilkan biji kopi yang semakin baik.



Dari segi pertumbuhan, kopi Arabika pertumbuhannya lebih lambat dibandingkan dengan kopi Robustha dan juga lebih rentan terhadap serangan hama penyakit sehingga membutuhkan perawatan yang lebih intensif. Jika kondisi tempat tumbuhnya baik, pohon kopi Arabika dapat mencapai tinggi 3 meter.



Jika kopi Robustha dapat mulai berbunga setelah berumur 2 hingga 3 tahun, kopi Arabika baru mulai berbunga setelah berumur 4 sampai 5 tahun setelah melakukan penyerbukan sendiri. Bunga yang dihasilkan memiliki ciri yang tidak berbeda jauh dengan kopi Robustha. Yang berbeda adalah biji kopi yang dihasilkan yang berukuran lebih besar dari biji kopi Robustha.



Kandungan kafein dalam kedua jenis kopi inipun berbeda. Kandungan kafein dalam kopi Arabika sebesar 1.10 % sedangkan pada kopi Robustha sebesar 1,48%. Harga kedua jenis kopi ini pun berbeda. Kopi Arabika lebih mahal dan yang paling diminati di pasaran kopi dunia. Perbedaan harga ini selain karena kopi Arabika memiliki cita rasa terbaik, juga karena biaya produksi dari kopi ini jauh lebih mahal dari kopi Robustha. Kopi Arabika adalah kopi yang paling banyak digunakan untuk membuat minuman-minuman kopi seperti Espresso, Cappuccino, Latte atau kopi moka.



Untuk saya pribadi, khusus untuk kopi dari bumi Manggarai, saya lebih menyukai kopi Robustha. Walaupun kopi Arabika adalah jenis kopi terbaik, tetapi perlu kita ingat bahwa cita rasa kopi tidak hanya bergantung pada jenis kopi tetapi juga bergantung dari faktor-faktor seperti cuaca, ketinggian tempat tumbuh, jenis tanah dan juga metode pengolahan biji kopi. Dan menurut saya, factor-faktor di atas membuat Manggarai menghasilkan kopi Robustha yang lebih baik daripada kopi Arabika (untuk lidah saya ;p)

Tidak ada komentar: