Akhir-akhir ini, suhu udara terasa makin panas. Bahkan di daerah seperti Ruteng di Nusa Tenggara Timur, yang berada di bawah kaki gunung, udara tak terasa dingin seperti beberapa tahun yang lewat. Sebagian dari kita mungkin menganggap hal ini sebagai hal yang biasa-biasa saja, tetapi yang terjadi sebenarnya adalah bahwa suhu permukaan bumi yang kita pijaki ini semakin panas atau dalam istilah kerennya disebut pemanasan global atau global warming.
Pemanasan global adalah proses meningkatnya suhu rata-rata atmosfer, laut dan daratan bumi yang disebabkan oleh meningkatnya konsentrasi gas-gas rumah kaca melalui efek rumah kaca. Efek rumah kaca adalah panas matahari yang terperangkap di atmosfer bumi. Sinar matahari yang sampai ke bumi berubah dari energy cahaya menjadi energy panas. Oleh permukaan bumi, energy panas tersebut sebagian akan diserap dan menghangatkan bumi dan sebagian lagi akan dipantulkan dalam bentuk radiasi infra merah gelombang panjang ke luar angkasa, namun sebagian panas tetap terperangkap di atmosfer bumi akibat menumpuknya jumlah gas rumah kaca seperti karbondioksida (CO2), metana (CH4) dan dinitrooksida (N2O), ditambah lagi dengan menipisnya lapisan Ozon (O3) di atmosfer.
Sebenarnya efek rumah kaca merupakan proses alamiah yang berfungsi untuk menjaga suhu permukaan bumi tetap normal atau berkisar sekitar 30 °C. Tanpa adanya efek rumah kaca, bumi akan menjadi sangat dingin dan bisa dipastikan tidak akan ada kehidupan yang bertahan di permukaan bumi ini. Namun ketika konsentrasi gas rumah kaca di atmosfer bumi meningkat melampui normal, maka temperature permukaan bumipun semakin meningkat atau kemudian kita sebut pemanasan global.
Gejala yang sangat bisa dirasakan dari pemanasan global adalah perubahan iklim. Hujan yang terus menerus turun walaupun kita telah memasuki musim kemarau. Selain itu juga terjadinya peningkatan permukaan air laut karena mencairnya es di kutub.
Perubahan iklim yang terjadi akan menyebabkan kerugian yang besar bagi kehidupan manusia, seperti menurunnya hasil pertanian, timbulnya berbagai penyakit menular dan krisis air bersih.
Meningkatnya konsentrasi gas rumah kaca walaupun terjadi pula secara alamiah, tetapi sebagian besar dihasilkan dari aktivitas manusia. Intergovernmental Panel on Climate Change mengelompokkan sumber emisi gas rumah kaca dalam enam kategori yakni energi, proses industri, penggunaan zat pelarut dan produk-produk lainnya, pertanian, tataguna lahan dan kehutanan, dan limbah.
Sebagian besar energy yang digunakan baik dalam rumah tangga maupun dalam industry masih menggunakan bahan bakar fosil, sebut saja mesin kendaraan bermotor dan generator listrik. Pembakaran bahan bakar fosil menghasilkan gas CO2 dan N20. Selain itu, CO2 juga dihasilkan dari pembukaan lahan, penebangan dan kebakaran hutan. Gas metana (CH4) banyak dihasilkan dari pemakaian pupuk-pupuk anorganik dan juga dari fermentasi pencernaan ternak. Pada saat mencerna makanan dan bersendawa, hewan ternak menghasilkan gas metana. Gas metana juga dihasilkan dari limbah atau sampah. Sampah yang terdekomposisi secara anaerob akan menghasilkan gas metana.
Metana memiliki efek pemanasan lebih hebat dari C02. Para ahli membuktikan bahwa CH4 memiliki efek pemanasan 25 kali lebih kuat dari C02. Dr. Shindell salah satu ilmuwan NASA menyatakan bahwa panas yang dilepaskan oleh metana mengakibatkan lebih dari 100 kali potensi pemanasan CO2 secara rata-rata selama jangka 20 tahun.
Jika konsentrasi gas-gas rumah kaca tersebut di atas kita biarkan semakin meningkat, maka permukaan bumi ini akan semakin panas dan bisa dipastikan tidak akan ada kehidupan yang tersisa di atasnya. Oleh karena itu, konsentrasi gas-gas rumah kaca haruslah dikurangi. Kita semua dapat mengambil bagian dalam usaha tersebut dan mencegah bumi menjadi sepanas planet mars dengan melakukan hal-hal kecil yang mungkin bagi kita tidak berpengaruh apa-apa tetapi sebenarnya berpengaruh besar bagi bumi, antara lain:
1. Hemat Energi
Merawat kendaraan secara berkala, tidak memanaskan kendaraan lebih dari 5 menit dan menggunakan bahan bakar yang bersih dan bebas timbale adalah hal-hal yang bisa kita lakukan untuk menghemat pemakaian energy pada kendaraan. Tidak meningggalkan barang elektronik dalam keadaan standby, jika tidak digunakan cabutlah kabel power barang2 elektronik dari stop kontak. Gunakan bola lampu hemat energy dan matikan lampu dalam ruangan yang tidak ada aktifitas didalamnya. Kurangi waktu membuka lemari es karena diperlukan waktu sekitar 5 menit untuk mengembalikan suhu kulkas ke suhu yang diinginkan dan tidak memasukkan makanan panas ke dalam kulkas. Jika harus menggunakan AC, aturlah suhunya agar tidak terlalu dingin. Untuk alat-alat elektonik yang menggunakan baterai, pilihlah baterai rechargeable. Usahakan tidak mencuci tiap hari atau kumpulkan cucian hingga mencapai kapasitas mesin cuci untuk menghemat pemakain energy juga menghemat detergen dan air.
2. Menghemat Pemakaian Air
Cara mudah lainnya untuk membantu bumi tetap nyaman adalah dengan hemat memakai air bersih, selain menghemat sumberdaya, kita juga hemat ongkos bayar rekening air. Membuat sumur resapan di sekitar rumah juga baik untuk menjaga persediaan air tanah pada musim kemarau.
3. Mengurangi konsumsi makanan hewani
Hewan ternak mengeluarkan metana dalam jumlah besar. Mengurangi konsumsi daging-dagingan dan produk-produk peternakan seperti susu adalah salah satu cara mengurangi emisi metana.
4. Membuang sampah pada tempatnya
Sampah adalah sumber emisi gas metan. Membuang dan membakar sampah pada tempatnya akan mengurangi emisi gas metan walaupun untuk jangka panjang tidak dianjurkan untuk membakar sampah karna akan menimbulkan polusi. Sampah dapat juga dikumpulkan untuk digunakan, dimodofikasi atau didaur ulang.
5. Mengurangi pemakaian plastik
Plastik membutuhkan waktu yang lama untuk dapat terurai. Pembakaran plastic yang kurang sempurna akan menghasilkan gas dioksin yang berbahaya bagi kesehatan. Pembakaran plastic dengan suhu yang dibutuhkan dapat menghasilkan C02. Sedangkan sampah plastic yang dibuang akan menghasilkan gas metana karena dekomposisi anaerobik. Yang bisa kita lakukan misalnya lebih memilih menggunakan tas belanaja yang bisa dipakai setiap belanja dari pada menggunakan tas kresek. Kita juga dapat membantu mengumpulkan sampah plastic untuk didaur ulang.
6. Mengurangi konsumsi makanan olahan dan makanan kemasan
Dengan mengurangi konsumsi makanan olahan dan makanan kemasan kita membantu mengurangi energi yang terbuang akibat proses produksi.
7. Menanam pohon
Mulailah menanam pohon di lingkungan sekitar kita. Pohon memiliki kemampuan untuk menyerap CO2 yang dibutuhkannya dalam proses fotosintesis dan melepas 02 ke udara.
8. Menghemat pemakaian kertas
Dengan menghemat pemakaian kertas, kita juga mengurangi penebangan kayu untuk memproduksi kertas. Mahasiswa yang menyusun skripsi dan pegawai administrasi mungkin adalah yang paling banyak memakai kertas, untuk menghemat kertas dapat dipakai bolak-balik. Kertas yang tidak dipakai lagi dapat pula kita kumpulkan untuk didaur ulang. Saya ingat kebiasaan saya ketika mahasiswa dulu yakni mengumpulkan kertas-kertas milik teman-teman yang sudah tidak dapat dipakai lagi kemudian saya jual ke pengumpul di daerah Badran. Lumayan lho hasilnya bisa untuk beli baju baru ;)
Cara lain untuk menghemat kertas bisa dengan tidak membeli voucher pulsa fisik tetapi dengan membeli pulsa electric.
3 komentar:
masih banyak yang mengharapkan bumi yg berbuat sesuatu. mungkin benar org baru sadar saat bumi ini benar2 mengamuk...ICU
masih banyak yang mengharapkan bumi yg berbuat sesuatu.... (semoga anda tidak termasuk di dalamnya.. :))
semoga,ibu sdh menyadarkan sy utk tdk menjadi bagian dari itu:)
Posting Komentar