Dewi Lestari atau yang punya nama pena Dee, tentu sudah sangat lekat dengan telingan para pencinta sastra indonesia.
Dee adalah seorang penulis sastra yang lebih dulu dikenal sebagai seorang penyanyi group vokal RSD. Jika kebanyakan artis terkenal yang beralih profesi dibilang aji mumpung, Dee mati-matian menolak anggapan itu untuk dirinya. Dalam sebuah tulisannya Dee pernah bilang bahwa karirnya menulis dan karirnya menyanyi bergerak paralel hanya saja karirnya menyanyi lebih dulu menemukan lampu sorot. Kita boleh saja tersenyum membaca ucapan Dee tersebut, tetapi Dee memang tidak main-main dengan ucapannya. Novelnya yang pertama Supernove: Puteri, Kesatria dan Bintang jatuh, meledak di pasaran dan dinominasikan dalam Khatulistiwa Literary Award tahun 2002. Dee sendiri juga dianugerahi A playful Mind Award tahun 2003.
Supernova memang hadir dengan karakteristik yang berbeda dengan novel-novel indonesia sebelumnya baik dari segi bahasa maupun cara penceritaanya.Dee banyak memasukkan istilah-istilah yang belum terlalu dekat dengan telingan pembaca Indonesia, sehingga dimaklumi saat membaca Supernova: Puteri kesatria dan bintang jatuh, banyak orang yang sering membolak-balik ke halaman sebelumnya, Dee banyak memberikan pengetahuan baru bagi pembaca.
Seperti judul novelnya: Supernova, yang dalam arti sebenarnya adalah sebuah bintang yang mengalami peningkatan cahaya dalam waktu yang singkat, Dee juga menampilan seorang bintang dalam setiap episode ceritanya, hanya saja Dee menampilkannya dalam wacana yang berbeda dengan wacana seorang bintang yang selama ini hidup dalam masyarakat kita.
Diva, tokoh utama dalam serial Supernova: Puteri, Kesatria dan Bintang jatuh, adalah seseorang yang memiliki pemikiran yang sudah jauh berbeda dengan orang kebanyakan dalam usahanya mencari jati diri. Tetapi Diva adalah seorang pelacur, profesi yang dianggap hina dalam masyarakat. Begitu pula dalam novel supernova yang kedua: Akar, Bodhi sang tokoh utama, adalah seorang tukang tato dan anggota komunitas punk. Dalam supernova: Petir, Dee juga menampilkan seorang bintang baru yakni Elektra, yang memiliki muatan listrik dalam tubuhnya, tetapi Elektra adalah seorang cina, ras yang banyak dipinggirkan dalam masyarakat kita.
Novel-novel Dee tidak hanya berkutat pada pesan-pesan yang ingin disampaikannya, tetapi lebih membuka cakrawala pembaca untuk berpikir.
Dee memang luar biasa, dan telah membuktikan bahwa bakatnya menulis tidak hadir secara tiba-tiba, dan untuk mempertegas hal tersebut Dee mengeluarkan kumpulan prosa dan cerpennya satu dekade sejak tahun 1995-2005, berjudul Filosofi Kopi. Sebuah buku yang memang layak dimiliki. Cara bercerita Dee yang berbeda selalu menjadi daya tarik tersendiri untuk menambah koleksi pustaka kita.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar