Balik dari Bumi Borneo beberapa waktu yang lalu saya membawa oleh2 sarang semut. Tanaman obat yang mempunyai nama latin Myrmecodia ini sebenarnya ada juga di Maluku, tetapi karena mungkin kurang beruntung, saya baru menemukan tanaman ini di pinggiran sungai Blino Kutai Barat Kalimantan Timur.
Ada beberapa jenis Myrmecodia di Indonesia dan selain di Kalimantan dan Maluku tanaman ini juga banyak dijumpai di Sulawesi dan Papua.
Di Maluku sendiri sarang semut tidak begitu dikenal oleh masyarakat walaupun tumbuhan ini banyak tumbuh di hutan Maluku. Sedangkan di daerah Papua sarang semut sudah lama digunakan sebagai obat tradisional untuk berbagai penyakit seperti kanker, lever dan ginjal. Masyarakat tradisional di sana sering mencampur sarang semut yang telah dikeringkan ke dalam makanan ataupun minuman mereka karena dipercaya dapat meningkatkan imunitas tubuh dan memberikan energi.
Tetapi benarkah sarang semut mengandung zat yang bisa melawan penyakit-penyakit berbahaya?
Setelah tadi menggunakan google search saya menemukan bahwa menurut Ahli gizi Dr Mien Karmini yang sempat eksplorasi di Papua pada 1995 sarang semut mengandung zat aktif seperti antioksidan, polifenol, dan glikosida.
Antioksidan pada sarang semut berperan dalam pembentukan koloni, menjaga tempat telur jauh dari kuman penyakit, sama seperti pada lebah madu.
Antioksidan itu melindungi sel-sel tubuh agar dapat menjalankan pekerjaan dengan baik. Kalau sel bekerja dengan baik, penyakit yang mengganggu fungsi sel seperti kanker dapat dicegah. Glikosida berfungsi sebagai imuno stimulan untuk meningkatkan kekebalan tubuh.
Saat ini sarang semut semakin sulit didapatkan di alam seiring banyaknya permintaan konsumen. Di sepanjang sungai Blino tempat saya menemukan tanaman ini misalnya. Menurut pengakuan masyarakat sekitar, pada tahun 2005 sarang semut masih sangat banyak tetapi saat ini sangat sulit menemukan tanaman obat ini.
Saat ini para produsen sarang semut memang hanya mengandakan sarang semut yang disediakan oleh alam tanpa melakukan budidaya padahal tanaman ini tergolong mudah dipelihara yang penting mendapatkan media tanam yang sesuai, cahaya serta air yang cukup. Media tanam yang biasa digunakan adalah sabut kelapa, arang atau serbuk kayu karena di alam tanaman ini juga menempel pada pohon.
Ada beberapa jenis Myrmecodia di Indonesia dan selain di Kalimantan dan Maluku tanaman ini juga banyak dijumpai di Sulawesi dan Papua.
Di Maluku sendiri sarang semut tidak begitu dikenal oleh masyarakat walaupun tumbuhan ini banyak tumbuh di hutan Maluku. Sedangkan di daerah Papua sarang semut sudah lama digunakan sebagai obat tradisional untuk berbagai penyakit seperti kanker, lever dan ginjal. Masyarakat tradisional di sana sering mencampur sarang semut yang telah dikeringkan ke dalam makanan ataupun minuman mereka karena dipercaya dapat meningkatkan imunitas tubuh dan memberikan energi.
Tetapi benarkah sarang semut mengandung zat yang bisa melawan penyakit-penyakit berbahaya?
Setelah tadi menggunakan google search saya menemukan bahwa menurut Ahli gizi Dr Mien Karmini yang sempat eksplorasi di Papua pada 1995 sarang semut mengandung zat aktif seperti antioksidan, polifenol, dan glikosida.
Antioksidan pada sarang semut berperan dalam pembentukan koloni, menjaga tempat telur jauh dari kuman penyakit, sama seperti pada lebah madu.
Antioksidan itu melindungi sel-sel tubuh agar dapat menjalankan pekerjaan dengan baik. Kalau sel bekerja dengan baik, penyakit yang mengganggu fungsi sel seperti kanker dapat dicegah. Glikosida berfungsi sebagai imuno stimulan untuk meningkatkan kekebalan tubuh.
Saat ini sarang semut semakin sulit didapatkan di alam seiring banyaknya permintaan konsumen. Di sepanjang sungai Blino tempat saya menemukan tanaman ini misalnya. Menurut pengakuan masyarakat sekitar, pada tahun 2005 sarang semut masih sangat banyak tetapi saat ini sangat sulit menemukan tanaman obat ini.
Saat ini para produsen sarang semut memang hanya mengandakan sarang semut yang disediakan oleh alam tanpa melakukan budidaya padahal tanaman ini tergolong mudah dipelihara yang penting mendapatkan media tanam yang sesuai, cahaya serta air yang cukup. Media tanam yang biasa digunakan adalah sabut kelapa, arang atau serbuk kayu karena di alam tanaman ini juga menempel pada pohon.
Sarang semut
Tidak ada komentar:
Posting Komentar