AN Uyung Pramudiarja - detikHealth
Segala sesuatu akan menjadi tidak baik jika berlebihan, termasuk mengonsumsi makanan sehat. Beberapa sumber nutrisi bisa berubah menjadi sumber penyakit jika dikonsumsi terlalu banyak.
Berikut ini adalah beberapa jenis makanan sehat
, serta risiko yang ditimbulkan jika dikonsumsi berlebihan sebagaimana dikutip dari Dailymail, Selasa (15/6/2010).
Grapefruit
Buah ini mengandung naringenin, yang membantu mengatur kadar gula darah serta mencegah sindrom metabolik dengan memacu hati untuk membakar kelebihan lemak. Kandungan lainnya adalah vitamin C, serat dan fitonutrien.
Meski baik, mengonsumsi grapefruit secara berlebihan dapat meningkatkan kadar esterogen. Pada wanita tua, makan seperempat potong buah ini dalam sehari dapat meningkatkan risiko kanker payudara hingga 30 persen.
Kunyit
Kandungan curcumin dalam rimpang ini memiliki khasiat anti tumor, melindungi hati dan meningkatkan metabolisme lemak. Menurut penelitian di AS, makan 2 porsi kari tiap sepekan dapat mencegah Alzheimer.
Namun mengonsumsi di atas 100 mg perhari dapat memicu tukak lambung. Selain itu kunyit juga bisa mengencerkan darah, sehingga jangan dikonsumsi terlalu banyak jika memiliki gangguan penggumpalan darah atau hendak menjalani operasi.
Kedelai
Biji-bijian ini ditemukan dalam hampir 60 persen makanan olahan, seperti tahu, tempe maupun susu kedelai. Kandungan lemak tak jenuh dan asam omega 3 yang tinggi baik untuk jantung, di samping 7 asam amino esensial yang penting untuk kesehatan otot hingga rambut.
Di sisi lain, kedelai mengandung banyak senyawa kimia yang menghambat penguraian protein, absorbsi mineral serta metabolismenya. Selain itu, kandungan genistein dan daidzein yang strukturnya mirip progesteron juga bisa mempengaruhi kesuburan jika dikonsumsi terlalu banyak.
Cabe
Kandungan capsaicin baik untuk menjaga sirkulasi darah dan terbukti efektif melawan tumor. Cabe juga banyak dipakai sebagai penunjang diet thermogenesis yang efektif menurunkan berat badan.
Namun menurut penelitian di Yale University, konsumsi cabe yang terlalu banyak dapat meningkatkan risiko kanker di perut hingga 15 persen. Cabe juga mengurangi perlindungan dinding lambung, sehingga memicu gangguan pencernaan, refluks asam lambung bahkan nyeri dada.
Ikan
Salmon, mackarel dan sardin mengandung omega 3 yang baik untuk jantung, sekaligus perangsang pertumbuhan otak. Selain itu ikan-ikan tersebut kaya akan vitamin D serta mengandung serotonin, yaitu hormon yang bisa mendongkrak mood.
Namun pencemaran di sejumlah perairan menyebabkan ikan-ikan tersebut terkontaminasi residu limbah termasuk pestisida. Cemaran tersebut bisa menghambat produksi insulin, sehingga menyebabkan diabetes.
Rabu, 23 Juni 2010
Rabu, 09 Juni 2010
Kopi dite: Kopi tuang dan Kopi unggul
Anda pencinta kopi? Mungkin masih asing dengan kopi tuang atau kopi unggul. Namun jika saya menyebut kopi Robustha dan kopi Arabika, mungkin tak hanya pencinta kopi yang mengetahuinya. Kedua jenis kopi tersebut adalah jenis kopi yang paling banyak diproduksi di dunia. Orang Manggarai di Flores Nusa Tenggara Timur menyebut kopi Robustha sebagai kopi tuang dan kopi Arabika sebagai kopi unggul.
Kopi sendiri bukanlah tanaman asli Manggarai. Kopi pertama kali ditemukan di Afrika pada sekitar tahun 800 SM oleh seorang pengembala bernama Khalid yang mengamati kambing gembalaannya tetap terjaga setelah makan daun dan buah kopi. Sang gembala kemudian mencoba memasak biji kopi ini dan memakannya. Apa yang dilakukan gembala ini lama kelamaan menjadi sebuah kebiasaan masyarakat setempat dan kemudian semakin menyebar ke daerah-daerah lain. Bangsa Arab yang memiliki kebudayaan yang lebih maju dari bangsa Afrika, tidak hanya merebus biji kopi dan memakannya, tetapi juga merebus biji kopi untuk diambil sarinya. Dari Arab kemudian kebiasaan mengkonsumsi kopi sampai ke Eropa pada tahun 1615 yang dibawa oleh seorang saudagar Venesia. Setahun kemudian, bangsa Eropapun mulai membudidayakan tanaman kopi, termasuk juga bangsa Belanda yang kemudian pada tahun 1690 membawa tanaman dari Family Rubiaceae ini ke Pulau Jawa. Seiring dengan masuknya pengaruh Belanda ke Manggarai, yakni setelah ekspedisinya yang ketiga tahun 1905, tanaman kopipun diperkenalkan ke masyarakat Manggarai.
Sebelum masuknya penjajah Belanda ke Manggarai, orang Manggarai hanya mengusahakan tanaman pertanian umur pendek dengan system perladangan gilir balik dalam lahan komunal lingko. Masuknya Belanda kemudian mengganti tanaman umur pendek tersebut dengan tanaman-tanaman perkebunan berumur panjang seperti kopi. Pada masa itu, kopi adalah minuman yang sangat digemari oleh penduduk dunia sehingga banyak dibudidayakan oleh bangsa Belanda baik di negeri Belanda maupun di daerah-daerah jajahannya.
Kopi yang diperkenalkan oleh Belanda ke Manggarai adalah kopi Robustha atau Coffea canephora . oleh masyarakat Manggarai, kopi ini disebut kopi tuang yang berarti kopi tuan atau kopi penguasa (tuang=tuan). Kopi ini berasal dari sub-Saharan Afrika. Kopi ini relative mudah dalam perawatannya, tidak banyak tuntutan terhadap tempat tumbuh dan lebih cepat berbuah, mungkin yang menjadi alasan pemilihan jenis ini oleh Belanda untuk dikembangkan di Manggarai.
Kopi tuang dapat tumbuh dengan baik tidak hanya di dataran tinggi, namun dapat pula tumbuh dengan baik pada ketinggian 800 mdpl, bahkan pada ketinggian yang lebih rendah dari 800 mdpl, dapat lebih toleran terhadap kondisi hangat. Selain itu, kopi ini juga tidak mudah diserang oleh penyakit.
Kopi robustha memiliki system perakaran dangkal dan ketinggian pohon bisa mencapai 12 meter. Daun berbentuk elips dengan panjang 6-12 cm dan lebar 4-8 cm, berwarna hijau tua mengkilap dan berlilin.
Setelah berumur dua hingga tiga tahun, kopi tuang dapat mulai berbunga. Kopi jenis ini melakukan penyerbukan silang. Bunga yang dihasilkan berwarna putih dengan diameter 10-15 mm. Setelah sekitar 15 minggu sejak berbunga, bunga kemudian akan berubah menjadi buah berwarna hijau. Buah kopi akan masak dan berwarna merah serta siap dipanen setelah 30-35 minggu.
Biji kopi yang dihasilkan dari kopi tuang berukuran lebih kecil dari kopi unggul dengan kandungan kafein yang lebih tinggi dan aroma kopi yang lebih kuat. Bisa disimpan dalam jangka waktu yang lama tanpa perlu kuatir akan menurunkan cita rasanya, justru jika semakin lama disimpan cita rasanya akan semakin kuat. Sangat cocok jika dijadikan untuk kopi instan, karenanya saya lebih menyukai kopi jenis ini.
Selain kopi tuang, jenis kopi yang banyak ditanam di Manggarai adalah kopi unggul atau kopi Arabika. Jenis kopi ini adalah jenis yang paling mendominasi pasaran kopi dunia karena memiliki kandungan kafein yang lebih rendah dari kopi robustha dan memiliki cita rasa terbaik.
Kopi Arabika atau Coffea arabica berasal dari pegunungan Yemen di Arabian Peninsula seperti namanya Arabika dan juga dari dataran tinggi Ethiopia dan Sudan.
Kopi unggul dapat tumbuh dengan baik pada ketinggian antara 600-2000 mdpl. Pada daerah dengan suhu optimum antara 15-24 º C (59-75 º F) sepanjang tahun, dengan curah hujan berkisar antara 1500-2500 mm dengan sembilan bulan hujan dan
tiga bulan musim kemarau. Berbeda dengan kopi Robusta yang dapat tumbuh dalam berbagai kondisi lingkungan, lebih toleran terhadap dingin dan tumbuh baik di ketinggian lebih luas. Semakin tinggi tempat tumbuhnya, kopi unggul menghasilkan biji kopi yang semakin baik.
Dari segi pertumbuhan, kopi Arabika pertumbuhannya lebih lambat dibandingkan dengan kopi Robustha dan juga lebih rentan terhadap serangan hama penyakit sehingga membutuhkan perawatan yang lebih intensif. Jika kondisi tempat tumbuhnya baik, pohon kopi Arabika dapat mencapai tinggi 3 meter.
Jika kopi Robustha dapat mulai berbunga setelah berumur 2 hingga 3 tahun, kopi Arabika baru mulai berbunga setelah berumur 4 sampai 5 tahun setelah melakukan penyerbukan sendiri. Bunga yang dihasilkan memiliki ciri yang tidak berbeda jauh dengan kopi Robustha. Yang berbeda adalah biji kopi yang dihasilkan yang berukuran lebih besar dari biji kopi Robustha.
Kandungan kafein dalam kedua jenis kopi inipun berbeda. Kandungan kafein dalam kopi Arabika sebesar 1.10 % sedangkan pada kopi Robustha sebesar 1,48%. Harga kedua jenis kopi ini pun berbeda. Kopi Arabika lebih mahal dan yang paling diminati di pasaran kopi dunia. Perbedaan harga ini selain karena kopi Arabika memiliki cita rasa terbaik, juga karena biaya produksi dari kopi ini jauh lebih mahal dari kopi Robustha. Kopi Arabika adalah kopi yang paling banyak digunakan untuk membuat minuman-minuman kopi seperti Espresso, Cappuccino, Latte atau kopi moka.
Untuk saya pribadi, khusus untuk kopi dari bumi Manggarai, saya lebih menyukai kopi Robustha. Walaupun kopi Arabika adalah jenis kopi terbaik, tetapi perlu kita ingat bahwa cita rasa kopi tidak hanya bergantung pada jenis kopi tetapi juga bergantung dari faktor-faktor seperti cuaca, ketinggian tempat tumbuh, jenis tanah dan juga metode pengolahan biji kopi. Dan menurut saya, factor-faktor di atas membuat Manggarai menghasilkan kopi Robustha yang lebih baik daripada kopi Arabika (untuk lidah saya ;p)
Sabtu, 05 Juni 2010
Aku dan Kopi Manggarai
Kopi dan aku adalah dua hal yang sulit rasanya dipisahkan. Mungkin karena dibesarkan dalam kultur yang erat dengan kopi, membuat kopi sebagai sebuah minuman wajib buatku. Kalau para pencinta kopi saya tempatkan pada beberapa level dari 1 - 10 menurut kecanduannya terhadap minuman yang diekstrak dari biji kopi ini, saya bisa dikatakan berada pada level 5 artinya belum sampai taraf kecanduan, baru level pas-pasan :p. Saya biasanya mengkonsumsi hanya 1 – 2 gelas kopi dalam seharinya, pada pagi dan sore hari.
Buatku menikmati kopi bukan hanya soal memberikan semangat atau menahan ngantuk. Bagiku kopi adalah seni. Seni mengatur komposisi yang pas antara sesendok kopi dan sejumput gula. Menyeruput dan menikmati aromanya sambil bersantai mendengarkan music atau membaca novel, atau sekedar bercanda gurau dengan kerabat atau keluarga.
Di Negeriku Manggarai, Ngopi bisa juga menjadi semacam “ritual” yang menghangatkan keluarga. Ngopi bersama keluarga biasanya dilaksanakan pada sore hari sebelum makan malam, ketika semua anggota keluarga pulang dari uma (kebun) atau tempat kerja. Ngopi menjadi ajang melepas lelah dan menceritakan pengalaman selama sehari keluar dari rumah, atau hanya siwi sok (ngomong ngalor ngidul) yang mendekatkan hubungan antar anggota keluarga. Ngopi bareng ini biasanya dilaksanakan juga pada pagi hari sebelum beraktifitas, hanya saja tidak “sewajib” pada sore hari karena pagi hari orang terikat waktu untuk berangkat ke tempat kerja.
Kebiasaan minum kopi sebenarnya bukan kebiasaan asli Manggarai. Orang Manggarai sendiri baru mengenal kopi saat tanaman dari Famili Rubiaceae itu dibawa oleh penguasa Belanda ke Manggarai. Belanda melakukan ekspedisinya yang pertama ke Manggarai pada tahun 1850 kemudian yang kedua pada 1890 dan yang ketiga pada tahun 1905. Pengaruh Belanda ada di Manggarai mulai ada sejak ekspedisinya yang ketiga tersebut. Di bidang pertanian, Belanda mulai mengganti tanaman berumur pendek di tanah lingko atau lahan komunal masyarakat yang seharusnya hanya ditanam dengan tanaman berumur pendek, dengan tanaman perdagangan berumur panjang seperti kopi. Jenis kopi yang diperkenalkan oleh Belanda adalah kopi Robustha atau Coffea canephora atau oleh masyarakat Manggarai disebut kopi tuang atau kopi tuan, kopi penguasa.
Selain kopi Robustha, jenis kopi lain yang banyak ditanam di Manggarai adalah kopi Arabika atau Coffea Arabica atau orang Manggarai menyebutnya kopi unggul. Di pasaran internasional, memang kedua jenis kopi ini yang banyak diperdagangkan. Kedua jenis kopi ini memiliki cita rasa yang berbeda. Kalau kopi yang banyak digemari masyarakat dunia adalah kopi Arabika, saya pribadi lebih menyukai kopi Robustha. Kopi Robustha memiliki aroma yang lebih kuat, rasa yang lebih netral dan kandungan kafein yang lebih tinggi. Jika bubuk kopi Robustha disimpan, semakin lama citarasa dan aromanya akan semakin kuat. Berbeda dengan kopi Robustha, kopi Arabika memiliki kandungan kafein yang lebih rendah, aroma yang lebih ringan serta rasa yang sedikit asam.
Di Manggarai, proses pengolahan kopi dari masak panen hingga bubuk kopi masih menggunakan cara-cara tradisional. Pemanenan buah kopi masih dilakukan secara manual dengan tangan. Setelah itu kopi kemudian dipisahkan dari kulit buah dengan menggunakan mesin atau ditumbuk dengan menggunakan lesung dan alu. Setelah dipisahkan dari kulit buah, biji kopi kemudian dikeringkan dibawah sinar matahari. Setelah kadar airnya berkurang kemudian dilakukan pemisahan kembali biji kopi dan cangkangnya. Proses pemisahan ini juga masih menggunakan lesung dan alu atau menggunakan mesin. Proses selanjutnya yakni pesangraian atau pemanggangan biji kopi di atas api hingga warna biji kopi coklat kehitaman. Proses terakhir yakni penggilingan biji kopi menjadi tepung kopi dengan mesin penggiling atau dengan lesung serta alu.
Metode pengolahan kopi Manggarai yang masih tradisional ini dikatakan berbagai pihak menjadi penyebab rendahnya kualitas kopi Manggarai dibandingkan dengan kopi dari daerah lain di Indonesia. Tetapi, lagi-lagi mungkin karena sudah dibesarkan dalam kultur “lidah kopi tradisional” saya lebih menyukai kopi tradisional Manggarai dibandingkan kopi-kopi lain hasil pengolahan pabrik.
Walaupun bukan tanaman asli Manggarai, tetapi kopi sudah menjadi salah satu identitas orang Manggarai. Bisa dipastikan bahwa hampir di setiap rumah orang Manggarai tersedia bubuk hitam ini. Jika di China orang terbiasa menjamu tamu dengan teh, maka di Manggarai orang selalu menjamu tamunya dengan kopi. Kopi juga adalah salah satu komoditi andalan dari Manggarai. Tak sedikit generasi muda anak petani-petani kopi Manggarai yang bisa bersekolah hingga ke pulau Jawa. Jangan heran pula, jika oleh kawan anda yang berasal dari Manggarai suatu saat anda akan dioleh-olehi kopi. Seperti saya katakan di awal tulisan saya di atas, “Kopi dan aku adalah dua hal yang rasanya sulit dipisahkan” rasanya tak berlebihan pula kalau saya katakan, “Kopi dan orang Manggarai adalah dua hal yang rasanya sulit dipisahkan”
Buatku menikmati kopi bukan hanya soal memberikan semangat atau menahan ngantuk. Bagiku kopi adalah seni. Seni mengatur komposisi yang pas antara sesendok kopi dan sejumput gula. Menyeruput dan menikmati aromanya sambil bersantai mendengarkan music atau membaca novel, atau sekedar bercanda gurau dengan kerabat atau keluarga.
Di Negeriku Manggarai, Ngopi bisa juga menjadi semacam “ritual” yang menghangatkan keluarga. Ngopi bersama keluarga biasanya dilaksanakan pada sore hari sebelum makan malam, ketika semua anggota keluarga pulang dari uma (kebun) atau tempat kerja. Ngopi menjadi ajang melepas lelah dan menceritakan pengalaman selama sehari keluar dari rumah, atau hanya siwi sok (ngomong ngalor ngidul) yang mendekatkan hubungan antar anggota keluarga. Ngopi bareng ini biasanya dilaksanakan juga pada pagi hari sebelum beraktifitas, hanya saja tidak “sewajib” pada sore hari karena pagi hari orang terikat waktu untuk berangkat ke tempat kerja.
Kebiasaan minum kopi sebenarnya bukan kebiasaan asli Manggarai. Orang Manggarai sendiri baru mengenal kopi saat tanaman dari Famili Rubiaceae itu dibawa oleh penguasa Belanda ke Manggarai. Belanda melakukan ekspedisinya yang pertama ke Manggarai pada tahun 1850 kemudian yang kedua pada 1890 dan yang ketiga pada tahun 1905. Pengaruh Belanda ada di Manggarai mulai ada sejak ekspedisinya yang ketiga tersebut. Di bidang pertanian, Belanda mulai mengganti tanaman berumur pendek di tanah lingko atau lahan komunal masyarakat yang seharusnya hanya ditanam dengan tanaman berumur pendek, dengan tanaman perdagangan berumur panjang seperti kopi. Jenis kopi yang diperkenalkan oleh Belanda adalah kopi Robustha atau Coffea canephora atau oleh masyarakat Manggarai disebut kopi tuang atau kopi tuan, kopi penguasa.
Selain kopi Robustha, jenis kopi lain yang banyak ditanam di Manggarai adalah kopi Arabika atau Coffea Arabica atau orang Manggarai menyebutnya kopi unggul. Di pasaran internasional, memang kedua jenis kopi ini yang banyak diperdagangkan. Kedua jenis kopi ini memiliki cita rasa yang berbeda. Kalau kopi yang banyak digemari masyarakat dunia adalah kopi Arabika, saya pribadi lebih menyukai kopi Robustha. Kopi Robustha memiliki aroma yang lebih kuat, rasa yang lebih netral dan kandungan kafein yang lebih tinggi. Jika bubuk kopi Robustha disimpan, semakin lama citarasa dan aromanya akan semakin kuat. Berbeda dengan kopi Robustha, kopi Arabika memiliki kandungan kafein yang lebih rendah, aroma yang lebih ringan serta rasa yang sedikit asam.
Di Manggarai, proses pengolahan kopi dari masak panen hingga bubuk kopi masih menggunakan cara-cara tradisional. Pemanenan buah kopi masih dilakukan secara manual dengan tangan. Setelah itu kopi kemudian dipisahkan dari kulit buah dengan menggunakan mesin atau ditumbuk dengan menggunakan lesung dan alu. Setelah dipisahkan dari kulit buah, biji kopi kemudian dikeringkan dibawah sinar matahari. Setelah kadar airnya berkurang kemudian dilakukan pemisahan kembali biji kopi dan cangkangnya. Proses pemisahan ini juga masih menggunakan lesung dan alu atau menggunakan mesin. Proses selanjutnya yakni pesangraian atau pemanggangan biji kopi di atas api hingga warna biji kopi coklat kehitaman. Proses terakhir yakni penggilingan biji kopi menjadi tepung kopi dengan mesin penggiling atau dengan lesung serta alu.
Metode pengolahan kopi Manggarai yang masih tradisional ini dikatakan berbagai pihak menjadi penyebab rendahnya kualitas kopi Manggarai dibandingkan dengan kopi dari daerah lain di Indonesia. Tetapi, lagi-lagi mungkin karena sudah dibesarkan dalam kultur “lidah kopi tradisional” saya lebih menyukai kopi tradisional Manggarai dibandingkan kopi-kopi lain hasil pengolahan pabrik.
Walaupun bukan tanaman asli Manggarai, tetapi kopi sudah menjadi salah satu identitas orang Manggarai. Bisa dipastikan bahwa hampir di setiap rumah orang Manggarai tersedia bubuk hitam ini. Jika di China orang terbiasa menjamu tamu dengan teh, maka di Manggarai orang selalu menjamu tamunya dengan kopi. Kopi juga adalah salah satu komoditi andalan dari Manggarai. Tak sedikit generasi muda anak petani-petani kopi Manggarai yang bisa bersekolah hingga ke pulau Jawa. Jangan heran pula, jika oleh kawan anda yang berasal dari Manggarai suatu saat anda akan dioleh-olehi kopi. Seperti saya katakan di awal tulisan saya di atas, “Kopi dan aku adalah dua hal yang rasanya sulit dipisahkan” rasanya tak berlebihan pula kalau saya katakan, “Kopi dan orang Manggarai adalah dua hal yang rasanya sulit dipisahkan”
Langganan:
Postingan (Atom)