Akhir-akhir ini, suhu udara terasa makin panas. Bahkan di daerah seperti Ruteng di Nusa Tenggara Timur, yang berada di bawah kaki gunung, udara tak terasa dingin seperti beberapa tahun yang lewat. Sebagian dari kita mungkin menganggap hal ini sebagai hal yang biasa-biasa saja, tetapi yang terjadi sebenarnya adalah bahwa suhu permukaan bumi yang kita pijaki ini semakin panas atau dalam istilah kerennya disebut pemanasan global atau global warming.
Pemanasan global adalah proses meningkatnya suhu rata-rata atmosfer, laut dan daratan bumi yang disebabkan oleh meningkatnya konsentrasi gas-gas rumah kaca melalui efek rumah kaca. Efek rumah kaca adalah panas matahari yang terperangkap di atmosfer bumi. Sinar matahari yang sampai ke bumi berubah dari energy cahaya menjadi energy panas. Oleh permukaan bumi, energy panas tersebut sebagian akan diserap dan menghangatkan bumi dan sebagian lagi akan dipantulkan dalam bentuk radiasi infra merah gelombang panjang ke luar angkasa, namun sebagian panas tetap terperangkap di atmosfer bumi akibat menumpuknya jumlah gas rumah kaca seperti karbondioksida (CO2), metana (CH4) dan dinitrooksida (N2O), ditambah lagi dengan menipisnya lapisan Ozon (O3) di atmosfer.
Sebenarnya efek rumah kaca merupakan proses alamiah yang berfungsi untuk menjaga suhu permukaan bumi tetap normal atau berkisar sekitar 30 °C. Tanpa adanya efek rumah kaca, bumi akan menjadi sangat dingin dan bisa dipastikan tidak akan ada kehidupan yang bertahan di permukaan bumi ini. Namun ketika konsentrasi gas rumah kaca di atmosfer bumi meningkat melampui normal, maka temperature permukaan bumipun semakin meningkat atau kemudian kita sebut pemanasan global.
Gejala yang sangat bisa dirasakan dari pemanasan global adalah perubahan iklim. Hujan yang terus menerus turun walaupun kita telah memasuki musim kemarau. Selain itu juga terjadinya peningkatan permukaan air laut karena mencairnya es di kutub.
Perubahan iklim yang terjadi akan menyebabkan kerugian yang besar bagi kehidupan manusia, seperti menurunnya hasil pertanian, timbulnya berbagai penyakit menular dan krisis air bersih.
Meningkatnya konsentrasi gas rumah kaca walaupun terjadi pula secara alamiah, tetapi sebagian besar dihasilkan dari aktivitas manusia. Intergovernmental Panel on Climate Change mengelompokkan sumber emisi gas rumah kaca dalam enam kategori yakni energi, proses industri, penggunaan zat pelarut dan produk-produk lainnya, pertanian, tataguna lahan dan kehutanan, dan limbah.
Sebagian besar energy yang digunakan baik dalam rumah tangga maupun dalam industry masih menggunakan bahan bakar fosil, sebut saja mesin kendaraan bermotor dan generator listrik. Pembakaran bahan bakar fosil menghasilkan gas CO2 dan N20. Selain itu, CO2 juga dihasilkan dari pembukaan lahan, penebangan dan kebakaran hutan. Gas metana (CH4) banyak dihasilkan dari pemakaian pupuk-pupuk anorganik dan juga dari fermentasi pencernaan ternak. Pada saat mencerna makanan dan bersendawa, hewan ternak menghasilkan gas metana. Gas metana juga dihasilkan dari limbah atau sampah. Sampah yang terdekomposisi secara anaerob akan menghasilkan gas metana.
Metana memiliki efek pemanasan lebih hebat dari C02. Para ahli membuktikan bahwa CH4 memiliki efek pemanasan 25 kali lebih kuat dari C02. Dr. Shindell salah satu ilmuwan NASA menyatakan bahwa panas yang dilepaskan oleh metana mengakibatkan lebih dari 100 kali potensi pemanasan CO2 secara rata-rata selama jangka 20 tahun.
Jika konsentrasi gas-gas rumah kaca tersebut di atas kita biarkan semakin meningkat, maka permukaan bumi ini akan semakin panas dan bisa dipastikan tidak akan ada kehidupan yang tersisa di atasnya. Oleh karena itu, konsentrasi gas-gas rumah kaca haruslah dikurangi. Kita semua dapat mengambil bagian dalam usaha tersebut dan mencegah bumi menjadi sepanas planet mars dengan melakukan hal-hal kecil yang mungkin bagi kita tidak berpengaruh apa-apa tetapi sebenarnya berpengaruh besar bagi bumi, antara lain:
1. Hemat Energi
Merawat kendaraan secara berkala, tidak memanaskan kendaraan lebih dari 5 menit dan menggunakan bahan bakar yang bersih dan bebas timbale adalah hal-hal yang bisa kita lakukan untuk menghemat pemakaian energy pada kendaraan. Tidak meningggalkan barang elektronik dalam keadaan standby, jika tidak digunakan cabutlah kabel power barang2 elektronik dari stop kontak. Gunakan bola lampu hemat energy dan matikan lampu dalam ruangan yang tidak ada aktifitas didalamnya. Kurangi waktu membuka lemari es karena diperlukan waktu sekitar 5 menit untuk mengembalikan suhu kulkas ke suhu yang diinginkan dan tidak memasukkan makanan panas ke dalam kulkas. Jika harus menggunakan AC, aturlah suhunya agar tidak terlalu dingin. Untuk alat-alat elektonik yang menggunakan baterai, pilihlah baterai rechargeable. Usahakan tidak mencuci tiap hari atau kumpulkan cucian hingga mencapai kapasitas mesin cuci untuk menghemat pemakain energy juga menghemat detergen dan air.
2. Menghemat Pemakaian Air
Cara mudah lainnya untuk membantu bumi tetap nyaman adalah dengan hemat memakai air bersih, selain menghemat sumberdaya, kita juga hemat ongkos bayar rekening air. Membuat sumur resapan di sekitar rumah juga baik untuk menjaga persediaan air tanah pada musim kemarau.
3. Mengurangi konsumsi makanan hewani
Hewan ternak mengeluarkan metana dalam jumlah besar. Mengurangi konsumsi daging-dagingan dan produk-produk peternakan seperti susu adalah salah satu cara mengurangi emisi metana.
4. Membuang sampah pada tempatnya
Sampah adalah sumber emisi gas metan. Membuang dan membakar sampah pada tempatnya akan mengurangi emisi gas metan walaupun untuk jangka panjang tidak dianjurkan untuk membakar sampah karna akan menimbulkan polusi. Sampah dapat juga dikumpulkan untuk digunakan, dimodofikasi atau didaur ulang.
5. Mengurangi pemakaian plastik
Plastik membutuhkan waktu yang lama untuk dapat terurai. Pembakaran plastic yang kurang sempurna akan menghasilkan gas dioksin yang berbahaya bagi kesehatan. Pembakaran plastic dengan suhu yang dibutuhkan dapat menghasilkan C02. Sedangkan sampah plastic yang dibuang akan menghasilkan gas metana karena dekomposisi anaerobik. Yang bisa kita lakukan misalnya lebih memilih menggunakan tas belanaja yang bisa dipakai setiap belanja dari pada menggunakan tas kresek. Kita juga dapat membantu mengumpulkan sampah plastic untuk didaur ulang.
6. Mengurangi konsumsi makanan olahan dan makanan kemasan
Dengan mengurangi konsumsi makanan olahan dan makanan kemasan kita membantu mengurangi energi yang terbuang akibat proses produksi.
7. Menanam pohon
Mulailah menanam pohon di lingkungan sekitar kita. Pohon memiliki kemampuan untuk menyerap CO2 yang dibutuhkannya dalam proses fotosintesis dan melepas 02 ke udara.
8. Menghemat pemakaian kertas
Dengan menghemat pemakaian kertas, kita juga mengurangi penebangan kayu untuk memproduksi kertas. Mahasiswa yang menyusun skripsi dan pegawai administrasi mungkin adalah yang paling banyak memakai kertas, untuk menghemat kertas dapat dipakai bolak-balik. Kertas yang tidak dipakai lagi dapat pula kita kumpulkan untuk didaur ulang. Saya ingat kebiasaan saya ketika mahasiswa dulu yakni mengumpulkan kertas-kertas milik teman-teman yang sudah tidak dapat dipakai lagi kemudian saya jual ke pengumpul di daerah Badran. Lumayan lho hasilnya bisa untuk beli baju baru ;)
Cara lain untuk menghemat kertas bisa dengan tidak membeli voucher pulsa fisik tetapi dengan membeli pulsa electric.
Sabtu, 28 November 2009
Kamis, 26 November 2009
Rabu, 18 November 2009
hanya tak begini
hanya tak begini caranya...
ini semua sangat menyakitkan..tidakkah ribuan hari itu sedikit saja punya arti...??
ini semua sangat menyakitkan..tidakkah ribuan hari itu sedikit saja punya arti...??
Selasa, 06 Oktober 2009
Hujan Es di Ruteng
Berjalan ke mana-mana dan masih tetap Ruteng yang memegang rekor terjadi hujan es. kemaren sore nih kejadian lagi, setelah sekian lama gak pernah ngeliatnya.Kangen juga sih he..soalnya Ruteng udah gak sedingin dulu lagi, jadi tadinya kupikir udah gak mungkin deh hujan es lagi, udah mencair semua di atmosfir gara2 global warming, taunya masih ada walau katanya penduduk sini udah jarang banget terjadi.
Mungkin teman teman bakalan gak percaya dengan fenomena ini, tapi hujan es ini jangan dianggap hujan salju ya, tapi butiran es sebesar kerikil. biasanya juga gak lama, paling lama sekitar 15 menitan turun esnya, setelah itu hujan seperti biasanya.
nah kalau atap rumah kita (di ruteng atapnya sebagian besar dari sengk) germuruh seperti dilempar ribuan kerikil, itu tandanya sedang terjadi hujan es.
kalau sudah begini, untuk mendengar omongan orang di samping saja susah.
Unik banget emang..dan ini (sejauh perjalananku) hanya aku temuin di kota kecil ini. mungkin karena suhu udara di sini sering di bawah 20 drajat ya..gak tauk juga, ntar lah coba kucari referensinya.
Ruteng..satu lagi alasan kau sangat unik.. ;-)
Mungkin teman teman bakalan gak percaya dengan fenomena ini, tapi hujan es ini jangan dianggap hujan salju ya, tapi butiran es sebesar kerikil. biasanya juga gak lama, paling lama sekitar 15 menitan turun esnya, setelah itu hujan seperti biasanya.
nah kalau atap rumah kita (di ruteng atapnya sebagian besar dari sengk) germuruh seperti dilempar ribuan kerikil, itu tandanya sedang terjadi hujan es.
kalau sudah begini, untuk mendengar omongan orang di samping saja susah.
Unik banget emang..dan ini (sejauh perjalananku) hanya aku temuin di kota kecil ini. mungkin karena suhu udara di sini sering di bawah 20 drajat ya..gak tauk juga, ntar lah coba kucari referensinya.
Ruteng..satu lagi alasan kau sangat unik.. ;-)
Stronghold Crusader : Pengisi waktu luang
Jika sedang memiliki waktu luang dan ingin ngegame, game yang biasa saya mainkan adalah Stronghold Crusader. Stronghold Crusader adalah sebuah game strategi yang dijamin bakal ngilangin ke-BT-an. Yang aku senang dari game ini adalah kita bisa bangun kerajaan sesuka-sukanya.
Untuk masternya, game ini bisa kita tanyakan ke om google.
Setelah menginstall masternya, kita bisa mulai memainkan game ini.
Ada 2 type Stronghold Crusader, ada yang Stronghold Crusader biasa dan ada yang Stronghold Crusader extreme. Untuk pemula sebaiknya memainkan yang Stronghold Crusader, kalau ntar udah mahir dan jago strateginya (kayak saya wkwk..) bisa memainkan yang extreme.
Yang Stronghold Crusader juga ada beberapa type ada yang Crusader, historical campaigns, castel builder atau jika ingin bikin scenario sendiri di custom scenario. Semuanya prinsipnya sama saja, yakni kita membangun kerajaan lengkap dengan bala tentara, menggunakan sumberdaya yang ada. Saran saya sih, mulai saja dengan yang pertama yakni crusader.
Di crusader, akan ada 80 trail yang akan kita hadapi satu demi satu, yang terbagi dalam dua bagian yakni 50 langkah di first Edition trail dan 30 di warchest trail. Kesulitan akan semakin bertambah dari trail pertama ke trail berikutnya.
Di awal permainan, kita dikasih bekal sejumlah uang, tentara, dan beberapa property misal kayu dan batu. Nah mulailah membangun, mulai dari industry, food, military, dll, pokoknya sesuka hati lah. Perlu juga menambahi kota dengan taman-taman, karena akan memberikan effect untuk populasi. Yang suka keindahan pasti penataan kotanya akan bagus, tetapi berhubung naluri perang saya lebih besar dari naluri keindahan, jadinya kota saya biasanya amburadul banget bentuknya hehe
Kalo dirasa cukup mampu, mulailah menyerang musuh menggunakan strategi yang kita rasa paling pas. Saran saya sih belajarlah dari 36 strategi perang jendral besar Sun Tzu wkwkwk…
Kalau sudah cukup mahir dengan stronghold crusader, lanjutkan dengan Stronghold Crusader extreme yang hanya terdiri dari 20 trail, tetapi Ini lebih asyik, karena bala tentara musuh lebih extreme dan jumlahnya banyak banget, bisa sangat kewalahan kita ngadepinnya.
Tetapi jangan kuatir, tersedia beberapa jenis bantuan yang saya sebut bantuan dari langit :) seperti rock volley attack, drop in macemen, uncover gold dan beberapa bantuan lainnya.
Jika mampu menyelesaikan keduapuluh trail di exreme ini, anda sudah bisa dinobatkan jadi ahli strategi hehe..ok deh kawan-kawan selamat berperang yah…
Untuk masternya, game ini bisa kita tanyakan ke om google.
Setelah menginstall masternya, kita bisa mulai memainkan game ini.
Ada 2 type Stronghold Crusader, ada yang Stronghold Crusader biasa dan ada yang Stronghold Crusader extreme. Untuk pemula sebaiknya memainkan yang Stronghold Crusader, kalau ntar udah mahir dan jago strateginya (kayak saya wkwk..) bisa memainkan yang extreme.
Yang Stronghold Crusader juga ada beberapa type ada yang Crusader, historical campaigns, castel builder atau jika ingin bikin scenario sendiri di custom scenario. Semuanya prinsipnya sama saja, yakni kita membangun kerajaan lengkap dengan bala tentara, menggunakan sumberdaya yang ada. Saran saya sih, mulai saja dengan yang pertama yakni crusader.
Di crusader, akan ada 80 trail yang akan kita hadapi satu demi satu, yang terbagi dalam dua bagian yakni 50 langkah di first Edition trail dan 30 di warchest trail. Kesulitan akan semakin bertambah dari trail pertama ke trail berikutnya.
Di awal permainan, kita dikasih bekal sejumlah uang, tentara, dan beberapa property misal kayu dan batu. Nah mulailah membangun, mulai dari industry, food, military, dll, pokoknya sesuka hati lah. Perlu juga menambahi kota dengan taman-taman, karena akan memberikan effect untuk populasi. Yang suka keindahan pasti penataan kotanya akan bagus, tetapi berhubung naluri perang saya lebih besar dari naluri keindahan, jadinya kota saya biasanya amburadul banget bentuknya hehe
Kalo dirasa cukup mampu, mulailah menyerang musuh menggunakan strategi yang kita rasa paling pas. Saran saya sih belajarlah dari 36 strategi perang jendral besar Sun Tzu wkwkwk…
Kalau sudah cukup mahir dengan stronghold crusader, lanjutkan dengan Stronghold Crusader extreme yang hanya terdiri dari 20 trail, tetapi Ini lebih asyik, karena bala tentara musuh lebih extreme dan jumlahnya banyak banget, bisa sangat kewalahan kita ngadepinnya.
Tetapi jangan kuatir, tersedia beberapa jenis bantuan yang saya sebut bantuan dari langit :) seperti rock volley attack, drop in macemen, uncover gold dan beberapa bantuan lainnya.
Jika mampu menyelesaikan keduapuluh trail di exreme ini, anda sudah bisa dinobatkan jadi ahli strategi hehe..ok deh kawan-kawan selamat berperang yah…
Rabu, 30 September 2009
Caci: tarian “berkelahi”nya manggarai
Kemarin sore, saya nonton caci di kampung lawir, kebetulan disana sedang berlangsung rangkaian pesta syukuran panen penti. sayang kamera saya ketinggalan, jadinya hanya bisa menjepret dengan HP.
Setelah melewati suatu musim tanam, masyarakat manggarai biasanya melakukan pesta penti, untuk mensyukuri hasil panen yang diperoleh, sekaligus juga untuk memasuki musim tanam yang baru. Pesta penti merupakan serangkaian acara yang dilaksanakan selama beberapa hari yang terdiri dari rangkaian upacara :
1. Barong wae teku yakni upacara pemberian persembahan di sumber mata air kampung
2. Barong compang yakni upacara pemberian persembahan di compang yang terletak di tengah tengah kampung
3. Upacara libur kilo yakni pemberian persembahan dalam setiap keluarga (kilo)
4. Puncak upacara penti yakni syukuran bersama seluruh warga kampung di dalam mbaru gendang (rumah adat)
Selama berlangsungnya rangkaian upacara penti, di halaman kampung biasanya dilaksanakan tarian caci. Caci ini saya katakan sebagai tarian berkelahi karena dalam seni caci ini, 2 orang dari 2 kubu yang berbeda bertarung dengan saling mencambuki dalam sebuah seni yang unik.
Kata caci berasal dari gabungan kata ca dan ci. Ca berarti satu dan ci berarti memaksa. Jadi caci bisa diartikan satu lawan satu. Caci biasanya dilakukan pada acara-acara adat tertentu, semisal pada saat penti, lodok lingko/membuka kebun baru, atau pada acara perkawinan. Seni caci ini biasanya dilaksanakan di halaman sebuah kampung yang dalam bahasa Manggarai disebut Natas dan hanya oleh kaum laki-laki dewasa, sedangkan perempuan biasanya kebagian peran untuk memukul gong dan gendang.
Para pemain caci memiliki pakaian dan kelengkapan tertentu, mulai dari pakaian adat songke (tanpa atasan/telanjang dada), larik atau cambuk, nggiling atau perisai, panggal atau semacam topi penutup kepala dan jonggo atau cadar penutup muka. Para pemain dibagi kedalam 2 kubu. Kedua kubu ini tidak boleh berasal dari kampung yang sama dan atau pemain sebuah kubu tidak boleh memiliki hubungan kekeluargaan dengan kubu yang lainnya.
Tarian atau permainan caci ini kemudian dimulai dengan saling mencambuk secara bergantian antara 2 orang atau satu lawan satu. Jika seorang mendapat giliran mencambuk maka yang satunya menangkis, demikianpun sebaliknya. Tidak semua bagian tubuh boleh dicambuki dalam permainan caci. Dari perut sampai kepala adalah bagian tubuh yang boleh dicambuki, sedangkan bagian tubuh lain jika terkena akan dianggap pelanggaran dan dikenakan sanksi tertentu oleh panitia caci. Sanksi dapat berupa teguran atau dikeluarkan dari permainan caci.
Selain saling mencambuk, para pemain caci ini juga menari atau congka sambil menyanyi atau biasa disebut lomes. Setelah seorang pemain caci menangkis cambukan lawan, biasanya dia akan menari dan bernyanyi sambil bertanya kepada penonton : asa ende ema ase kae, hena ko? (bagaimana bapak, ibu, saudara/I, apakah kena cambukannya?). dan pertanyaan itu harus dijawab : toe manga kenan (tidak kena) oleh para penonton, walaupun si pemain caci terkena cambukan. Para pemain cacipun dapat melakukan berbagai variai lomes lainnya.
Permainan caci ini tidak mengutamakan kubu mana yang menang ataupun kalah. Dalam caci inipun tidak ada sesuatu yang diperebutkan. Permainan ini hanya semata-mata untuk bergembira semata. Hanya saja ada sebuah prestise atau kebanggaan tersendiri bagi para pemain caci yang jarang terkena cambukan dan juga mampu melukai lawan apalagi di bagian muka.
Selama berlangsungnya caci, di halaman kampung itupun diadakan tarian yang dinamakan sanda. Sanda dapat diikuti oleh perempuan maupun laki-laki. Dalam sanda, beberapa orang membentuk sebuah lingkaran besar, dan bernyanyi serta melakukan gerakan tarian. dan kemarin tiu saya juga sempat ikutan sanda juga, wah sangat asyik, benar-benar meringankan segala kesumpekan dan penat ;-)
Setelah melewati suatu musim tanam, masyarakat manggarai biasanya melakukan pesta penti, untuk mensyukuri hasil panen yang diperoleh, sekaligus juga untuk memasuki musim tanam yang baru. Pesta penti merupakan serangkaian acara yang dilaksanakan selama beberapa hari yang terdiri dari rangkaian upacara :
1. Barong wae teku yakni upacara pemberian persembahan di sumber mata air kampung
2. Barong compang yakni upacara pemberian persembahan di compang yang terletak di tengah tengah kampung
3. Upacara libur kilo yakni pemberian persembahan dalam setiap keluarga (kilo)
4. Puncak upacara penti yakni syukuran bersama seluruh warga kampung di dalam mbaru gendang (rumah adat)
Selama berlangsungnya rangkaian upacara penti, di halaman kampung biasanya dilaksanakan tarian caci. Caci ini saya katakan sebagai tarian berkelahi karena dalam seni caci ini, 2 orang dari 2 kubu yang berbeda bertarung dengan saling mencambuki dalam sebuah seni yang unik.
Kata caci berasal dari gabungan kata ca dan ci. Ca berarti satu dan ci berarti memaksa. Jadi caci bisa diartikan satu lawan satu. Caci biasanya dilakukan pada acara-acara adat tertentu, semisal pada saat penti, lodok lingko/membuka kebun baru, atau pada acara perkawinan. Seni caci ini biasanya dilaksanakan di halaman sebuah kampung yang dalam bahasa Manggarai disebut Natas dan hanya oleh kaum laki-laki dewasa, sedangkan perempuan biasanya kebagian peran untuk memukul gong dan gendang.
Para pemain caci memiliki pakaian dan kelengkapan tertentu, mulai dari pakaian adat songke (tanpa atasan/telanjang dada), larik atau cambuk, nggiling atau perisai, panggal atau semacam topi penutup kepala dan jonggo atau cadar penutup muka. Para pemain dibagi kedalam 2 kubu. Kedua kubu ini tidak boleh berasal dari kampung yang sama dan atau pemain sebuah kubu tidak boleh memiliki hubungan kekeluargaan dengan kubu yang lainnya.
Tarian atau permainan caci ini kemudian dimulai dengan saling mencambuk secara bergantian antara 2 orang atau satu lawan satu. Jika seorang mendapat giliran mencambuk maka yang satunya menangkis, demikianpun sebaliknya. Tidak semua bagian tubuh boleh dicambuki dalam permainan caci. Dari perut sampai kepala adalah bagian tubuh yang boleh dicambuki, sedangkan bagian tubuh lain jika terkena akan dianggap pelanggaran dan dikenakan sanksi tertentu oleh panitia caci. Sanksi dapat berupa teguran atau dikeluarkan dari permainan caci.
Selain saling mencambuk, para pemain caci ini juga menari atau congka sambil menyanyi atau biasa disebut lomes. Setelah seorang pemain caci menangkis cambukan lawan, biasanya dia akan menari dan bernyanyi sambil bertanya kepada penonton : asa ende ema ase kae, hena ko? (bagaimana bapak, ibu, saudara/I, apakah kena cambukannya?). dan pertanyaan itu harus dijawab : toe manga kenan (tidak kena) oleh para penonton, walaupun si pemain caci terkena cambukan. Para pemain cacipun dapat melakukan berbagai variai lomes lainnya.
Permainan caci ini tidak mengutamakan kubu mana yang menang ataupun kalah. Dalam caci inipun tidak ada sesuatu yang diperebutkan. Permainan ini hanya semata-mata untuk bergembira semata. Hanya saja ada sebuah prestise atau kebanggaan tersendiri bagi para pemain caci yang jarang terkena cambukan dan juga mampu melukai lawan apalagi di bagian muka.
Selama berlangsungnya caci, di halaman kampung itupun diadakan tarian yang dinamakan sanda. Sanda dapat diikuti oleh perempuan maupun laki-laki. Dalam sanda, beberapa orang membentuk sebuah lingkaran besar, dan bernyanyi serta melakukan gerakan tarian. dan kemarin tiu saya juga sempat ikutan sanda juga, wah sangat asyik, benar-benar meringankan segala kesumpekan dan penat ;-)
Sabtu, 19 September 2009
Jumat, 11 September 2009
thank god
terima kasih Tuhan untukmengabulkan permohonan saya selama ini..trima kasih...saya akan menggunakan kesempatan ini sebaik mungkin
Sabtu, 08 Agustus 2009
Noordin M top tertangkap
sejak semalam rumah noordin m top gembong teroris itu disergap densus 88 di desa temanggung. trus hari ini sudah berhasil ditangkap dan ditembak.salut deh..hanya saja saya sedikit meragu, itu beneran noordin ga sih...???
Minggu, 12 Juli 2009
minggu yang menyebalkan
hari minggu yang cerah namun sarapan pagi dengan hal yang luar biasa sangat menyebalkan.........
Senin, 27 April 2009
Alasanku Menegak Alkohol
Adri : Saya kan kerjanya banyak menggunakan fisik. Minum bisa membuat saya selalu bisa fit dan tidak gampang capek. ya seperti doping lah..
Resin : Saya memergoki suami saya sedang berada di di atas tubuh perempuan binatangnya dalam kamar tidur kami.Whisky membantu saya melupakan kejadian menyakitkan itu.
Selia : Rumah tangga saya gak beres. Suami saya seorang penganggur yang punya hobi berjudi dan punya utang menumpuk . Untungnya saya punya bisnis kecil-kecilan yang bisa menopang hidup kami sekeluarga. Kalau suami saya hanya menghabiskan waktunya dengan makan, tidur, nonton tv dan berjudi, saya harus sedapat mungkin membagi waktu untuk masak, mengurus kedua anak kami dan menjalankan bisnis saya. Bagaimana rasanya punya suami seperti itu? Gak enak. Minum Vermouth membantu saya untuk tidak terlalu memusingkan hal itu, yang penting bagaimana anak-anak saya baik-baik saja dan saya tetap mendapatkan uang setiap harinya.
Narji : Dingin. Saya sebenarnya tidak menyukai cuaca yang dingin, tetapi karena saya bertugas di daerah pegunungan ini, ya mau gak mau jadinya.
Evan : untuk menghormati rekanan saja. Gak lucu kan, kalau misalnya saya mengintertain rekanan saya ke café misalnya, saya minum soft drink sementara rekanan minum wine. Dianggap apa saya oleh mereka?
Jefri : saya pemalu, apalagi dengan lawan jenis. Tetapi segelas wine benar-benar membuat saya mempunyai sekarung amunisi keberanian.
Ketrin : Papa saya menyukai wine, dia mengoleksi botol-botolnya. Papa selalu menutup dan membuka hari dengan minum wine. Mama saya juga seperti itu. Kakak laki-laki saya juga melakukannya, kenapa saya tidak..???
Kinan : Sudah menjadi semacam kebiasaan yang tidak bisa dibilang buruk. Dalam kebudayaan daerah saya, tuak selalu menjadi bagian ritual adat.
Cicil : Aduh please deh…semua teman segank saya pengkonsumsinya, terus apa jadinya kalau saya tidak ikutan minum? Saya jelas gak mau dikeluarkan dari gank ini.
Rino : gw merasa bisa menjadi lebih laki-laki, lebih gagah dan perkasa.
Reza : istri saya sangat menyebalkan. Terlalu over protected. Semua hal dibatasinya. Setiap hari handphone saya diperiksa, dompet saya tidak pernah diijinkan menyimpan uang lebih dari 100 ribu, semua teman-teman wanita saya selalu dicurigai sebagai selingkuhan. Suami mana coba yang bisa tahan? Kalau sudah minum, mau istri saya mengomel atau menuding seratus babak juga siapa yang peduli, semua berlalu bersama angin, karena pasti saya langsung tertidur.
Trista : Saya ingin mengurangi lemak di badan saya, terlalu gemuk untuk ukuran seorang model.
Sefdi : saya penyuka Rintek Wuuk. Temannya cuma satu cap tikus!
Karel : saya seorang deb collector. Setiap akan menagih, ya saya harus minum dulu, biar nyali saya setinggi mahameru.
Citra : Segelas TeQuilla membuat ide-ide cerita saya mengalir dengan derasnya.
Joni : permainan bisa sangat nikmat setelah minum Vodka. Mau dari belakang, mau dari depan, mau nganggat satu kaki atau mengangkat kedua kakipun bukan masalah. Pasangan saya juga menikmatinya.
Geri : Mabuk membuatku merasa seperti satu-satunya penghuni bumi. Semua tanpa masalah. Benar-benar plong rasanya. Semua masalah pekerjaan, rumah tangga, lenyap begitu saja.
Maya : gw menyukai sensasinya ketika gw mabuk. Mati rasa. Pipi ditepuk-tepuk gak kerasa, hidung dipencet-pencet gak kerasa juga, rambut dan pakaian berantakan peduli amat, yang penting gw ketawa sejadi-jadinya, bergoyang semau gw, gak peduli apa pikirmu, gak peduli kau mau bilang apa, gw mati rasa.
Resin : Saya memergoki suami saya sedang berada di di atas tubuh perempuan binatangnya dalam kamar tidur kami.Whisky membantu saya melupakan kejadian menyakitkan itu.
Selia : Rumah tangga saya gak beres. Suami saya seorang penganggur yang punya hobi berjudi dan punya utang menumpuk . Untungnya saya punya bisnis kecil-kecilan yang bisa menopang hidup kami sekeluarga. Kalau suami saya hanya menghabiskan waktunya dengan makan, tidur, nonton tv dan berjudi, saya harus sedapat mungkin membagi waktu untuk masak, mengurus kedua anak kami dan menjalankan bisnis saya. Bagaimana rasanya punya suami seperti itu? Gak enak. Minum Vermouth membantu saya untuk tidak terlalu memusingkan hal itu, yang penting bagaimana anak-anak saya baik-baik saja dan saya tetap mendapatkan uang setiap harinya.
Narji : Dingin. Saya sebenarnya tidak menyukai cuaca yang dingin, tetapi karena saya bertugas di daerah pegunungan ini, ya mau gak mau jadinya.
Evan : untuk menghormati rekanan saja. Gak lucu kan, kalau misalnya saya mengintertain rekanan saya ke café misalnya, saya minum soft drink sementara rekanan minum wine. Dianggap apa saya oleh mereka?
Jefri : saya pemalu, apalagi dengan lawan jenis. Tetapi segelas wine benar-benar membuat saya mempunyai sekarung amunisi keberanian.
Ketrin : Papa saya menyukai wine, dia mengoleksi botol-botolnya. Papa selalu menutup dan membuka hari dengan minum wine. Mama saya juga seperti itu. Kakak laki-laki saya juga melakukannya, kenapa saya tidak..???
Kinan : Sudah menjadi semacam kebiasaan yang tidak bisa dibilang buruk. Dalam kebudayaan daerah saya, tuak selalu menjadi bagian ritual adat.
Cicil : Aduh please deh…semua teman segank saya pengkonsumsinya, terus apa jadinya kalau saya tidak ikutan minum? Saya jelas gak mau dikeluarkan dari gank ini.
Rino : gw merasa bisa menjadi lebih laki-laki, lebih gagah dan perkasa.
Reza : istri saya sangat menyebalkan. Terlalu over protected. Semua hal dibatasinya. Setiap hari handphone saya diperiksa, dompet saya tidak pernah diijinkan menyimpan uang lebih dari 100 ribu, semua teman-teman wanita saya selalu dicurigai sebagai selingkuhan. Suami mana coba yang bisa tahan? Kalau sudah minum, mau istri saya mengomel atau menuding seratus babak juga siapa yang peduli, semua berlalu bersama angin, karena pasti saya langsung tertidur.
Trista : Saya ingin mengurangi lemak di badan saya, terlalu gemuk untuk ukuran seorang model.
Sefdi : saya penyuka Rintek Wuuk. Temannya cuma satu cap tikus!
Karel : saya seorang deb collector. Setiap akan menagih, ya saya harus minum dulu, biar nyali saya setinggi mahameru.
Citra : Segelas TeQuilla membuat ide-ide cerita saya mengalir dengan derasnya.
Joni : permainan bisa sangat nikmat setelah minum Vodka. Mau dari belakang, mau dari depan, mau nganggat satu kaki atau mengangkat kedua kakipun bukan masalah. Pasangan saya juga menikmatinya.
Geri : Mabuk membuatku merasa seperti satu-satunya penghuni bumi. Semua tanpa masalah. Benar-benar plong rasanya. Semua masalah pekerjaan, rumah tangga, lenyap begitu saja.
Maya : gw menyukai sensasinya ketika gw mabuk. Mati rasa. Pipi ditepuk-tepuk gak kerasa, hidung dipencet-pencet gak kerasa juga, rambut dan pakaian berantakan peduli amat, yang penting gw ketawa sejadi-jadinya, bergoyang semau gw, gak peduli apa pikirmu, gak peduli kau mau bilang apa, gw mati rasa.
Minggu, 12 April 2009
Sabtu, 11 April 2009
Sehari Setelah Pemilu Legislatif
Wuih..gini ya rasanya dikhianati sama teman2 sendiri, gak enak banget, jadi ingat dua ribuan tahun lalu ketika Yesus juga dikhianati oleh muridnya sendiri dan disangkal oleh saudara-saudaranya. pada intinya nih hari sangat tidak mengenakkan, makan gak selera, tidur juga gak nyaman, bener-bener saya sangat amat kecewa dan gak nyangka, orang-orang yang sudah kita anggap saudara, tega banget menghianati itu semua. dunia..dunia..
Rabu, 01 April 2009
Gw Kehilangan Buku...!!!
Wus…BT banget, gw kehilangan beberapa dari koleksi buku gw. Ada banyak sebenarnya, Cuma beberapa yang gw anggap sangat vital karena begitu sulit untuk ngedapatinnya lagi saat ini.
Ini semua karena emang gw sering pindah-pindah dan gak bisa memantau barang-barang yang harus ikut pindah kesana kemari. Begitu keluar dari Jogja setelah lulus kemarin, gw ke Palembang, otomatis, buku-buku gak efektif untuk gw bawa juga. Jadilah buku-buku itu gw titipkan di Jogja. Setelah dari Palembang, gw juga harus bolak balik Maluku dan Manado, nasib buku-buku gw juga seperti itu. Trus terakhir pas dari Manado ke Makassar dan kemudian kembali ke Ruteng, buku-buku gw tambah tercecer kemana-mana. Dan akhirnya, setelah tadi ngecek sana-sini, ternyata banyak banget buku gw yang raib, Catatan seorang Demonstran salah satu yang paling gw sayangkan. Gw ingat sudah sangat lama gw mencari buku ini hingga kemudian bisa mendapatkannya. Dulu jaman kuliahan, gw sempat nyari buku ini sampai ke Bandung dengan teman gw mba Sharinah. Alasannya lucu : cowok yang ditaksir mba Sharinah sering ngebawa buku ini kemana-mana, jadi kami bedua penasaran juga apa isi buku ini. Keliling toko buku di Bandung, kami gak juga dapetin buku ini, sampai ketika buku ini difilmkan tahun 2005 oleh Mira Lesmana, buku ini diterbitkan lagi dan baru gw kesampaian memilikinya. Dan hari ini, buku itu ternyata dah gak ketauan rimbanya. Buku gw yang lain yang ternyata juga hilang adalah bukunya om Pram yang judulnya Perempuan di bawah cengkeraman militer, yang menceritakan perempuan dari jawa yang diangkut ke garis depan oleh tentara Jepang untuk dijadikan pemuas seks dan kemudian dibuang ke Pulau Buru. Yang juga hilang adalah bukunya A. Lounela yang judulnya Berebut Tanah : Beberapa Kajian Berprespektif Kampus dan Kampung. Nih buku salah satu referensi gw pas penelitian dulu. Ketiga buku ini sih yang kuanggap vital banget, walau sebenarnya masih ada juga buku lain yang ikutan raib, Nayla nya Djenar Maesa Ayu, Supernove I, Mendedah Kehutanan Komunitas dan beberapa buku kehutanan masyarakat, Kumpulan Puisinya siapa itu ya lupa gw buku hadiah dari mba Sharina dulu,mari mengutuk laki-laki, trus beberapa edisi chiken soup.
Akibat dari terlalu sering pindahan ya begini ini, tetapi dimanapun buku-buku gw tersebut sekarang berada, gw cuma bisa berharap, semoga tuh buku-buku bisa memberikan manfaat bagi siapa saja yang sekarang telah menjadi pemilik tidak sahnya.
Ini semua karena emang gw sering pindah-pindah dan gak bisa memantau barang-barang yang harus ikut pindah kesana kemari. Begitu keluar dari Jogja setelah lulus kemarin, gw ke Palembang, otomatis, buku-buku gak efektif untuk gw bawa juga. Jadilah buku-buku itu gw titipkan di Jogja. Setelah dari Palembang, gw juga harus bolak balik Maluku dan Manado, nasib buku-buku gw juga seperti itu. Trus terakhir pas dari Manado ke Makassar dan kemudian kembali ke Ruteng, buku-buku gw tambah tercecer kemana-mana. Dan akhirnya, setelah tadi ngecek sana-sini, ternyata banyak banget buku gw yang raib, Catatan seorang Demonstran salah satu yang paling gw sayangkan. Gw ingat sudah sangat lama gw mencari buku ini hingga kemudian bisa mendapatkannya. Dulu jaman kuliahan, gw sempat nyari buku ini sampai ke Bandung dengan teman gw mba Sharinah. Alasannya lucu : cowok yang ditaksir mba Sharinah sering ngebawa buku ini kemana-mana, jadi kami bedua penasaran juga apa isi buku ini. Keliling toko buku di Bandung, kami gak juga dapetin buku ini, sampai ketika buku ini difilmkan tahun 2005 oleh Mira Lesmana, buku ini diterbitkan lagi dan baru gw kesampaian memilikinya. Dan hari ini, buku itu ternyata dah gak ketauan rimbanya. Buku gw yang lain yang ternyata juga hilang adalah bukunya om Pram yang judulnya Perempuan di bawah cengkeraman militer, yang menceritakan perempuan dari jawa yang diangkut ke garis depan oleh tentara Jepang untuk dijadikan pemuas seks dan kemudian dibuang ke Pulau Buru. Yang juga hilang adalah bukunya A. Lounela yang judulnya Berebut Tanah : Beberapa Kajian Berprespektif Kampus dan Kampung. Nih buku salah satu referensi gw pas penelitian dulu. Ketiga buku ini sih yang kuanggap vital banget, walau sebenarnya masih ada juga buku lain yang ikutan raib, Nayla nya Djenar Maesa Ayu, Supernove I, Mendedah Kehutanan Komunitas dan beberapa buku kehutanan masyarakat, Kumpulan Puisinya siapa itu ya lupa gw buku hadiah dari mba Sharina dulu,mari mengutuk laki-laki, trus beberapa edisi chiken soup.
Akibat dari terlalu sering pindahan ya begini ini, tetapi dimanapun buku-buku gw tersebut sekarang berada, gw cuma bisa berharap, semoga tuh buku-buku bisa memberikan manfaat bagi siapa saja yang sekarang telah menjadi pemilik tidak sahnya.
Sabtu, 28 Maret 2009
Seberapa Percaya Anda Pada Ramalan??
Ya, seberapa percaya anda pada sebuah ramalan?
Saya ingat pernah beberapa kali diramal orang. Tetapi ada tiga ramalan, di waktu dan tempat berbeda oleh tiga orang yang berbeda, yang masih saya ingat. Ketiga ramalan tersebut masih saya ingat karena isi ramalan ketiga orang tersebut sangatlah mirip.
Saya bertemu dengan peramal pertama ketika saya ke pulau Calabay di Nusa Tenggara Barat tahun 2002 silam. Peramal ini adalah seorang kakek-kakek suku Lombok. Oleh warga setempat, kakek yang saya lupa namanya ini dipercaya memiliki sebuah kelebihan untuk meramalkan masa depan melalui garis tangan. Oleh si kakek saya diramal mulai dari masalah kesehatan, karir, pendidikan juga jodoh he..(pastinya..!!). motivasi saya meramal, cuma sekedar iseng dan sedikit tertantang membuktikan pendapat orang tentang si kakek. Karena memang tidak percaya dengan ramalan, ramalan kakek itu saya anggap angin lalu. Ramalan si kakek tidak saya ingat-ingat sampai saya kemudian bertemu dengan peramal kedua.
Saya bertemu dengan peramal kedua tahun 2003 di Jogjakarta. Peramal kedua ini adalah seorang wanita yang kata orang-orang di sekitarnya pintar membaca garis tangan. Isi ramalan si ibu-ibu ini juga sangat mirip dengan ramalan yang pertama tadi. Heran juga sih, kok bisa-bisanya ya kedua peramal ini meramalkan nasib saya yang hampir sama, apa benar di tangan saya sudah tergambar nasib saya di kemudian hari sehingga sangat mudah bagi kedua peramal ini untuk membacanya??? Tapi tetap juga saya tidak ambil pusing, saya hanya sedikit kaget.
Trus peramal ketiga saya temui di Pulau Mangole tahun 2006 lalu. Lewat garis tangan juga, saya diramal dengan ramalan yang hampir sama. Wah..wah.. kok bisanya ya..??Kebetulan yang manis emang ya.
Saya bisa saja menjadi percaya karena kebetulan itu, tetapi dasarnya apa coba?
Meramal memang telah dikenal sejak jaman dahulu kala, ketika manusia berusaha menemukan penjelasan alamiah bagi perubahan-perubahan yang terjadi di alam. Meramal dikenal di berbagai belahan dunia dalam berbagai bentuknya. Orang gypsi dengan kartunya, orang china dengan pergerakan bintang-bintang. Ada satu cara meramal yang menurut saya unik, yakni cara meramal orang Manggarai Flores NTT yakni dengan toto kopi. Cara meramal ini dilakukan melalui segelas kopi. Setelah seseorang minum kopi, gelasnya ditelungkupkan hingga hanya tersisa ampas-ampas kopi yang membentuk suatu pola tertentu. Oleh peramal, pola tersebut kemudian “dibaca” sebagai ramalan nasib si peminum kopi.
Kembali ke pertanyaan saya di atas tadi, seberapa percaya kita pada sebuah ramalan?? Di sekitar kita sering kita temui orang yang sebegitu percayanya terhadap sebuah ramalan, terhadap apa kata zodiac, bahkan di tv sering sekali kita melihat iklan: Ketik Reg spasi weton untuk mengetahui nasib weton anda, atau iklan di media cetak : kunjungi klinik kami dan kami dapat merubah garis tangan anda. Waduh, masuk di akal gak sih, dan apa kaitannya coba garis tangan dan nasib seseorang, dan bagaimana dengan seseorang yang karena suatu kecelakaan garis tangannya berubah, apa nasibnya juga berubah?
ketika saya ngobrolin ini dengan temanku seorang muslim, katanya menurut kepercayaan mereka, ketika seseorang diciptakan oleh Allah, orang tersebut telah ditentukan jodoh dan rejekinya, tetapi itu semua misteri Allah dan tidak seorang manusiapun bisa mengetahuinya. Dan mempercayai ramalan adalah sebuah syirik. Saya juga ingat kata pastor Thomas, pastor paroki saya dulu di Gereja Santa Maria Immaculata Falabisahaya , Maluku Utara, percaya ramalan adalah mempercayai sesuatu yang sia-sia, karena tak ada dasarnya dalam kitab suci. Jostein Gaarder dalam Dunia Sophie, menulis bahwa seorang peramal berusaha untuk meramalkan sesuatu yang sesungguhnya tidak dapat diramalkan dan justru karena apa yang mereka “lihat” itu demikian kabur maka sulit untuk menyangkal apa yang dikatakan oleh sang peramal.
Jadi…, meramal lah jika hanya ingin bersenang-senang, tetapi jangan lalu mempercayainya, karena hanya Tuhan satu-satunya yang mengetahui bagaimana nasib seseorang. Dan teman, garis tangan, kartu,tanggal lahir, pergerakan bintang-bintang tidak menentukan bagaimana nasib kita di dunia. Nasib kita ditentukan oleh usaha tangan kita sendiri dan tentu saja campur tangan Tuhan di dalamnya.
Saya ingat pernah beberapa kali diramal orang. Tetapi ada tiga ramalan, di waktu dan tempat berbeda oleh tiga orang yang berbeda, yang masih saya ingat. Ketiga ramalan tersebut masih saya ingat karena isi ramalan ketiga orang tersebut sangatlah mirip.
Saya bertemu dengan peramal pertama ketika saya ke pulau Calabay di Nusa Tenggara Barat tahun 2002 silam. Peramal ini adalah seorang kakek-kakek suku Lombok. Oleh warga setempat, kakek yang saya lupa namanya ini dipercaya memiliki sebuah kelebihan untuk meramalkan masa depan melalui garis tangan. Oleh si kakek saya diramal mulai dari masalah kesehatan, karir, pendidikan juga jodoh he..(pastinya..!!). motivasi saya meramal, cuma sekedar iseng dan sedikit tertantang membuktikan pendapat orang tentang si kakek. Karena memang tidak percaya dengan ramalan, ramalan kakek itu saya anggap angin lalu. Ramalan si kakek tidak saya ingat-ingat sampai saya kemudian bertemu dengan peramal kedua.
Saya bertemu dengan peramal kedua tahun 2003 di Jogjakarta. Peramal kedua ini adalah seorang wanita yang kata orang-orang di sekitarnya pintar membaca garis tangan. Isi ramalan si ibu-ibu ini juga sangat mirip dengan ramalan yang pertama tadi. Heran juga sih, kok bisa-bisanya ya kedua peramal ini meramalkan nasib saya yang hampir sama, apa benar di tangan saya sudah tergambar nasib saya di kemudian hari sehingga sangat mudah bagi kedua peramal ini untuk membacanya??? Tapi tetap juga saya tidak ambil pusing, saya hanya sedikit kaget.
Trus peramal ketiga saya temui di Pulau Mangole tahun 2006 lalu. Lewat garis tangan juga, saya diramal dengan ramalan yang hampir sama. Wah..wah.. kok bisanya ya..??Kebetulan yang manis emang ya.
Saya bisa saja menjadi percaya karena kebetulan itu, tetapi dasarnya apa coba?
Meramal memang telah dikenal sejak jaman dahulu kala, ketika manusia berusaha menemukan penjelasan alamiah bagi perubahan-perubahan yang terjadi di alam. Meramal dikenal di berbagai belahan dunia dalam berbagai bentuknya. Orang gypsi dengan kartunya, orang china dengan pergerakan bintang-bintang. Ada satu cara meramal yang menurut saya unik, yakni cara meramal orang Manggarai Flores NTT yakni dengan toto kopi. Cara meramal ini dilakukan melalui segelas kopi. Setelah seseorang minum kopi, gelasnya ditelungkupkan hingga hanya tersisa ampas-ampas kopi yang membentuk suatu pola tertentu. Oleh peramal, pola tersebut kemudian “dibaca” sebagai ramalan nasib si peminum kopi.
Kembali ke pertanyaan saya di atas tadi, seberapa percaya kita pada sebuah ramalan?? Di sekitar kita sering kita temui orang yang sebegitu percayanya terhadap sebuah ramalan, terhadap apa kata zodiac, bahkan di tv sering sekali kita melihat iklan: Ketik Reg spasi weton untuk mengetahui nasib weton anda, atau iklan di media cetak : kunjungi klinik kami dan kami dapat merubah garis tangan anda. Waduh, masuk di akal gak sih, dan apa kaitannya coba garis tangan dan nasib seseorang, dan bagaimana dengan seseorang yang karena suatu kecelakaan garis tangannya berubah, apa nasibnya juga berubah?
ketika saya ngobrolin ini dengan temanku seorang muslim, katanya menurut kepercayaan mereka, ketika seseorang diciptakan oleh Allah, orang tersebut telah ditentukan jodoh dan rejekinya, tetapi itu semua misteri Allah dan tidak seorang manusiapun bisa mengetahuinya. Dan mempercayai ramalan adalah sebuah syirik. Saya juga ingat kata pastor Thomas, pastor paroki saya dulu di Gereja Santa Maria Immaculata Falabisahaya , Maluku Utara, percaya ramalan adalah mempercayai sesuatu yang sia-sia, karena tak ada dasarnya dalam kitab suci. Jostein Gaarder dalam Dunia Sophie, menulis bahwa seorang peramal berusaha untuk meramalkan sesuatu yang sesungguhnya tidak dapat diramalkan dan justru karena apa yang mereka “lihat” itu demikian kabur maka sulit untuk menyangkal apa yang dikatakan oleh sang peramal.
Jadi…, meramal lah jika hanya ingin bersenang-senang, tetapi jangan lalu mempercayainya, karena hanya Tuhan satu-satunya yang mengetahui bagaimana nasib seseorang. Dan teman, garis tangan, kartu,tanggal lahir, pergerakan bintang-bintang tidak menentukan bagaimana nasib kita di dunia. Nasib kita ditentukan oleh usaha tangan kita sendiri dan tentu saja campur tangan Tuhan di dalamnya.
Kamis, 26 Maret 2009
Earth Hour
Bisa jadi sebagian dari kita masih asing dengan Earth Hour yakni sebuah acara yang diadakan WWF untuk memerangi global warming dengan jalan mematikan listrik dan semua peralatan elektronik selama satu jam saja yakni mulai jam stengah Sembilan sampai jam stengah spuluh malam. Pada awalnya Earth Hour ini dilaksanakan di Sydney oleh WWF Australia pada tahun 2007 silam. Saat itu jutaan rumah warga maupun kantor-kantor mematikan listrik mereka untuk turut berpartisipasi memerangi global warming.
Tahun 2008, Earth Hour semakin meluas dan tidak hanya melibatkan warga Sydney tetapi kemudian berkembang ke berbagai Negara dan melibatkan 35 negara di seluruh dunia seperti Inggris, Amerika Serikat, Swedia, Thailand dan Roma.
Di tahun 2009 ini, Earth Hour akan dilaksanakan pada hari sabtu tanggal 28 Maret 2009 dengan target lebih dari satu milyar orang di lebih dari seribu kota di seluruh dunia. Mari kita ikut berpartisipasi di dalam gerakan ini dengan cukup mematikan listrik dan peralatan elektronik hanya satu jam saja dari pukul stengah Sembilan sampai stengah spuluh malam, tetapi kita sudah menyumbang banyak untuk mengurangi emisi karbon dan memerangi global warming.
Tahun 2008, Earth Hour semakin meluas dan tidak hanya melibatkan warga Sydney tetapi kemudian berkembang ke berbagai Negara dan melibatkan 35 negara di seluruh dunia seperti Inggris, Amerika Serikat, Swedia, Thailand dan Roma.
Di tahun 2009 ini, Earth Hour akan dilaksanakan pada hari sabtu tanggal 28 Maret 2009 dengan target lebih dari satu milyar orang di lebih dari seribu kota di seluruh dunia. Mari kita ikut berpartisipasi di dalam gerakan ini dengan cukup mematikan listrik dan peralatan elektronik hanya satu jam saja dari pukul stengah Sembilan sampai stengah spuluh malam, tetapi kita sudah menyumbang banyak untuk mengurangi emisi karbon dan memerangi global warming.
Kamis, 12 Maret 2009
Mencari Seorang Sahabat Yang Telah Lama Hilang
Sesuai judul postinganku di atas, saat ini aku memang sedang mencari seorang sahabat. Jangan dikira sahabatku ini adalah seorang yang seumuran denganku. Namanya Pascal, umurnya baru sekitar 12 tahun, anak Minahasa dengan ciri khas anak Minahasa umumnya: putih, hidung mancung, rambut lurus, kesimpulan: ganteng ;-). Pascal adalah sahabat kecilku yang pertama ketika dulu untuk pertama kalinya aku menginjakkan kaki di Pulau Mangole Kabupaten Kepulauan Sula Propinsi Maluku Utara tahun 2005 silam. Pascal dan keluarganya juga tinggal di Mangole karena kedua orangtuanya bekerja di pulau itu.
Pertemuanku dengan pascal terjadi secara kebetulan di Gereja St.Maria Immaculata Falabisahaya, pusatnya pulau Mangole. Saat itu aku yang berjalan-jalan ke Gereja ngeliat seorang anak tuna wicara sedang berselisih paham dengan teman mainnya. Aku lalu mendekati anak-anak itu dan ternyata anak tuna wicara itu bernama pascal. Sejak itu aku mulai dekat dengan pascal, hampir setiap sore sepulang kerjaku dari kantor, dia yang kadang sendiri ataupun bersama teman-temannya, mendatangi aku di mess tempat tinggalku.
Keakraban kami tidak berlangsung lama. Di suatu sore, Pascal tiba-tiba datang ke messku sendirian. Kebeneran saat itu aku sedang akan pergi bersama teman-temanku, tetapi Pascal sangat memaksa untuk mengajak aku pergi bersamanya. Tetapi karena aku juga ada keperluan dengan teman-temanku, maka aku memberi pengertian kepada Pascal dan berjanji bahwa besok harinya baru aku akan pergi bersama dengannya. Pascal kemudianpun pergi dengan wajah kecewa yang sulit dilukiskan.
Keesokan harinya dan hari-hari selanjutnya Pascal tidak pernah muncul kembali. Setelah aku cek keberadaannya, baru aku ketahui bahwa Pascal dan keluarganya telah pindah ke Minahasa, kampung asal kedua orang tuanya, tepat sehari setelah dia datang ke messku untuk terakhir kalinya itu dan tepat pada hari dimana aku berjanji untuk bertemu kembali dengannya. Wah bukan main perasaan menyesalku waktu itu, karena mungkin hari itu dia sangat ingin mengucap kata pamit, hanya saja itu sangat sulit dia ucapkan. Oya ibu Pascal memang pernah bercerita denganku, tentang rencananya untuk pindah ke Minahasa demi pendidikan Pascal yang lebih baik, karena di Falabisahaya tidak tersedia Sekolah Luar Biasa, jadi selama di sana Pascal sekolah di Sekolah Dasar biasa. Karenanya, kedua orang tua Pascal berencana pindah ke Minahasa agar Pascal bisa dimasukkan ke Sekolah Luar Biasa.
Hingga saat ini aku tidak tau alamat Pascal dimana, orang-orang yang aku temui juga teman-temannya tidak ada yang mengetahui alamatnya di Minahasa. Pascal dimanapun kamu berada sekarang, aku pingin sekali bertemu denganmu dan kita bermain bersama lagi, dan aku pingin minta maap, karena waktu itu aku bener-bener tidak tau bahwa Pascal akan meninggalkan Mangole. Mizz u a lot, my lit’ friend…
Pertemuanku dengan pascal terjadi secara kebetulan di Gereja St.Maria Immaculata Falabisahaya, pusatnya pulau Mangole. Saat itu aku yang berjalan-jalan ke Gereja ngeliat seorang anak tuna wicara sedang berselisih paham dengan teman mainnya. Aku lalu mendekati anak-anak itu dan ternyata anak tuna wicara itu bernama pascal. Sejak itu aku mulai dekat dengan pascal, hampir setiap sore sepulang kerjaku dari kantor, dia yang kadang sendiri ataupun bersama teman-temannya, mendatangi aku di mess tempat tinggalku.
Keakraban kami tidak berlangsung lama. Di suatu sore, Pascal tiba-tiba datang ke messku sendirian. Kebeneran saat itu aku sedang akan pergi bersama teman-temanku, tetapi Pascal sangat memaksa untuk mengajak aku pergi bersamanya. Tetapi karena aku juga ada keperluan dengan teman-temanku, maka aku memberi pengertian kepada Pascal dan berjanji bahwa besok harinya baru aku akan pergi bersama dengannya. Pascal kemudianpun pergi dengan wajah kecewa yang sulit dilukiskan.
Keesokan harinya dan hari-hari selanjutnya Pascal tidak pernah muncul kembali. Setelah aku cek keberadaannya, baru aku ketahui bahwa Pascal dan keluarganya telah pindah ke Minahasa, kampung asal kedua orang tuanya, tepat sehari setelah dia datang ke messku untuk terakhir kalinya itu dan tepat pada hari dimana aku berjanji untuk bertemu kembali dengannya. Wah bukan main perasaan menyesalku waktu itu, karena mungkin hari itu dia sangat ingin mengucap kata pamit, hanya saja itu sangat sulit dia ucapkan. Oya ibu Pascal memang pernah bercerita denganku, tentang rencananya untuk pindah ke Minahasa demi pendidikan Pascal yang lebih baik, karena di Falabisahaya tidak tersedia Sekolah Luar Biasa, jadi selama di sana Pascal sekolah di Sekolah Dasar biasa. Karenanya, kedua orang tua Pascal berencana pindah ke Minahasa agar Pascal bisa dimasukkan ke Sekolah Luar Biasa.
Hingga saat ini aku tidak tau alamat Pascal dimana, orang-orang yang aku temui juga teman-temannya tidak ada yang mengetahui alamatnya di Minahasa. Pascal dimanapun kamu berada sekarang, aku pingin sekali bertemu denganmu dan kita bermain bersama lagi, dan aku pingin minta maap, karena waktu itu aku bener-bener tidak tau bahwa Pascal akan meninggalkan Mangole. Mizz u a lot, my lit’ friend…
Senin, 09 Maret 2009
Menggali Pesona Beo Lete
Gosong..song.. song..warna kulitku.. jadi kayak habis dibakar dalam oven, jadi gosong banget…Kemarin saya baru saja pulang dari kampungnya ajus di Beo Lete (beo=kampung : bahasa manggarai), Desa Beawaek, Kecamatan Poco Ranaka, Kabupaten Manggarai Timur, Flores, NTT. Udah lama banget kan saya gak kesana, terakhir pas penelitian bulan Maret tahun 2004 dulu, jadi sudah skitar 5 tahun yang lalu.
Tanggal 3 Maret kemarin saya berangkat ke Beo Lete menggunakan mobil bersama-sama keluarga saya. Kebeneran keluarga saya mau ngadain acara adat Teing Hang di sana, jadilah kami beramai-ramai berangkat ke sana. Dari rumah kami berangkat jam stengah satu siang ke arah Barat kota Ruteng melewati desa Mano, desa Bajar, beo Beawaek dan beo Carang. Jam satu lewat 20 menit kami tiba di beo Carang. Beo Carang adalah kampung yang berbatasan langsung dengan beo Lete. Karena aspal jalan baru sampai di desa Carang, maka mobil yang kami pakai hanya kami kendarai sampai di beo Carang. Dari beo Carang kami lalu melanjutkan dengan berjalan kaki ke Beo Lete sekitar 15 menitan.
Jam dua kurang 15 menit, kami kemudian sampai di Beo Lete. Kampung ini masih juga tidak berubah sejak lima tahun yang lalu saya menginjaknya. Sepi, becek dengan penghuni yang sangat ramah. Oya karena nenek moyangnya kampung ini adalah buyutnya ajus, jadinya banyak banget keluarga ajus di kampung ini. Jadinya begitu kita sampai, banyak keluarganya yang datang ke rumah kakek saya untuk melepas kangen bersama kami semua.
Ngikut Acara Adat Teing Hang
Pada umumnya masyarakat Manggarai masih sering melakukan acara adat Teing Hang. Ini terkait dengan kepercayaan akan adanya campur tangan roh-roh nenek moyang maupun orang-orang yang telah meninggal (pa’ang be le)terhadap kehidupan, sehingga walaupun telah memeluk agama katholik, tetapi persembahan tetap pula diberikan kepada nenek moyang. Acara adat teing hang ini adalah salah satu acara yang dilakukan untuk memberikan persembahan kepada arwah nenek moyang. Biasanya acara ini dilakukan sebelum melakukan sebuah kegiatan tertentu misalnya sebelum pembagian lahan komunal lingko (lodok lingko) atau sebelum acara penti untuk meminta campur tangan dan bantuan para roh nenek moyang agar kegiatan yang akan dilakukan dapat berjalan lancar. Begitu pula halnya dengan acara Teing Hang yang kami lakukan, karena paman saya (adik ajus) akan melaksanakan sebuah kegiatan penting, maka kami sekeluarga besar mengadakan acara teing hang untuk meminta bantuan para arwah nenek moyang melancarkan kegiatan yang akan dilakukan paman saya tersebut.
Acara teing hang sebenarnya terbilang sederhana. Yang diperlukan hanyalah seeokor ayam jantan berwarna putih, tuak dan siri pinang. Acara ini biasanya dipimpin oleh seorang tua golo (pemimpin dalam sebuah kampung/beo).
Pertama-tama tua golo melakukan tudak (tudak=doa),kemudian ayam putih tersebut disembelih. Setelah sembelih, dilakukan apa yang dinamakan toto urat, yakni melihat tanda-tanda pada usus ayam, guna meramalkan kegiatan yang akan dilakukan, juga untuk mengetahui tudak yang telah disampaikan diterima oleh TYME dan direstui oleh para leluhur. Ini adalah semacam cara meramal tradisional orang Manggarai. Setelah toto urat, ayam kemudian dibakar. Hati ayam kemudian diambil untuk dipersembahkan kepada arwah nenek moyang.
Sebelum dipersembahkan ada tudaknya juga yang biasanya disebut tudak takung (doa persembahan). Setelah tudak takung baru kemudian persembahan (helang) yang berupa hati ayam tadi dicampuri sedikit garam dan disajikan bersama nasi,tuak dan sirih pinang. Mungkin kita bertanya dimanakah helang tersebut kemudian diletakkan? Helang tersebut hanya diletakkan di depan pemimpin acara dalam hal ini tua golo. Dalam kepercayaan masyarakat, bahwa dalam acara ini arwah para leluhur telah hadir bersama-sama dalam acara tersebut, sehingga persembahan diletakkan di tempat itu juga. Setelah acara helang ini, selesailah acar teing hang, biasanya dilanjutkan dengan makan dan minum bersama.
Oya, selama acara adat ini saya menemukan barang-barang budaya yang hampir punah di bumi Manggarai ini. Benda di bawah dinamakan lopa, sedangkan bagian dalamnya disebut tepak. Lopa ini terbuat dari kuningan dan digunakan sebagai tempat menyimpan sirih/pinang. Menurut cerita, lopa ini bukan merupakan hasil budaya orang Manggarai. Lopa ini berasal dari Gowa. Dahulu Manggarai merupakan daerah kekuasaan kesultanan Gowa. Nah, Lopa ini merupakan hasil barteran antara mayarakat Gowa dan penduduk asli. Lopa ini dibarterkan dengan seekor kerbau. Tidak diketahui secara pasti apakah nama Lopa merupakan nama yang diberikan oleh orang Manggarai atau oleh orang-orang Gowa sendiri. Selanjutnya oleh orang Manggarai Lopa ini digunakan sebagai tempat menyimpan sirih/pinang.
Yang terlihat pada gambar di atas adalah sebuah robo. Kalau Lopa berasal dari Gowa, namun robo merupakan hasil karya anak negri ;-). Robo ini adalah tempat menyimpan tuak. Melihat gambarnya, kita mungkin berpikir bahwa robo ini terbuat dari tanah liat. Robo sebenarnya adalah buah yang dikeringkan. Buah apa bisa sebesar itu? Saya sendiri belum pernah melihat buahnya, karena buah itu memang sudah tidak diketemukan lagi saat ini, oleh masyarakat setempat, buah tersebut dinamakan cewak. Cewak merupakan tanaman menjalar sejenis ketela rambat. Oleh orang Manggarai buah cewak itu kemudian dikeluarkan isinya dan dikeringkan sehingga menghasilkan robo seperti terlihat pada gambar di atas.
Jalan-jalan ke Lingko Apung dan Wae Mese
Hari pertama dan kedua berada di Beo Lete, saya dan keluarga disibukkan oleh acara adata Teing Hang. Pada hari ketiga, saya dan saudara2 saya kemudian jalan-jalan ke Lingko Apung dan Wae Mese.
Lingko adalah tanah komunal yang umumnya terdapat dalam setiap beo di Manggarai. Lingko dapat berupa kebun yang sedang dikerjakan ataupun lahan hutan yang pernah ataupun belum pernah dijadikan kebun. Sedangkan Apung adalah sebuah nama yang dipilih oleh masyarakat beo Lete untuk lingko tersebut, untuk membedakannya dengan lingko yang lainnya, karena dalam suatu beo bisa terdapat lebih dari satu lingko.
Yang unik dari Lingko Apung ini adalah masih jelasnya bentuk lodok lingko. Lodok lingko adalah suatu system pembagian Lingko di Manggarai yang pada prinsipnya dibuat dalam bentuk lingkaran seperti jaring laba-laba, seperti terlihat di gambar di bawah ini :
Lodok lingko bisa ditemukan tidak hanya di lahan basah seperti sawah tetapi juga pada lahan tanah kering, hanya saja jika di lahan tanah kering, bentuk lodok sudah tidak lagi dapat terlihat dengan jelas karena tertutup oleh kanopi tanaman, berbeda dengan lahan persawahan.
Menikmati lingko Apung ini memiliki kenikmatan tersendiri. Selain bentuknya yang unik, melihat sawah dan pondok-pondok, sesuatu yang jarang terlihat di kota adalah suatu hal yang menarik.
Puas berfoto-foto di Lingko Apung, kami kemudian jalan-jalan ke Wae Mese (wae=air; mese=besar) yakni sebuah sungai besar yang terletak di dekat Lingko Apung. Sungai ini keren banget, arusnya kuat, sepertinya akan asyik kalau dipakai buat arung jeram. Air sungai ini juga yang digunakan untuk mengairi sawah di Lingko Apung.
Satu yang saya perhatikan, bahwa di kampung Lete ini banyak sekali terdapat batu-batu besar, baik yang terdapat di sekitar pemukiman maupun di sekitar wae mese seperti terlihat pada gambar-gambar di atas. Waktu saya tanyakan kepada masyarakat setempat, mereka mengatakan bahwa batu-batu tersebut telah ada sejak jaman nenek moyang mereka dahulu. Ada tidak ya kemungkinan bahwa batu-batu ini berasal dari letusan gunung berapi? Sepertinya perlu penelitian khusus ya untuk mengetahui hal ini.
Ke Liang Golo
Hari berikutnya, saya dan sodara-sodara jalan-jalan ke Liang Golo (Liang=gua;Golo=bukit), yaitu sebuah gua. Dinamakan Liang Golo mungkin karena pintu masuk ke dalam gua ini terletak di atas sebuah bukit di beo Majung, sebuah kampung kecil di sebelah beo Lete. Menurut cerita masyarakat setempat, gua ini membentang mulai dari beo Majung melewati beo Lete hingga ke Wae Mese, diperkirakan sekitar 2 km. untuk membuktikan informasi tersebut kami tertantang untuk menaklukkan Liang Golo. Dengan perlengkapan yang minim (karena emang kurang persiapan) dan semangat yang maksimal kami kemudian masuk ke Liang Golo
Melihat mulut gua, kami semakin tertantang untuk masuk ke dalam gua. Masuk ke dalam gua ternyata sangat mudah, hanya perlu sedikit menunduk dan yup..tibalah ke dalam sebuah ruangan luas seperti dibawah ini :
Ruangan ini cukup luas, sekitar 5 m2. Tidak ada yang begitu menarik di dalam ruangan ini. Stalaktit dan stalakmitnya sudah terlalu sering dijamah sehingga terlihat seperti batu biasa yang terletak di luar gua.. Kami juga menemukan beberapa sarang tikus dan burung sriniti (Collacalia Esculanta).
Tidak lama di ruangan satu kami lalu melanjutkan menelusuri gua ini, melewati sebuah lubang kecil dan kami kembali bertemu dengan sebuah ruangan luas seperti gambar di bawah ini:
Ruangan ini sedikit lebih luas dari ruangan yang pertama, namun keadaannya tidak berbeda jauh dengan ruangan yang pertama, hanya saja di dalam ruangan ini terdapat sebuah batu besar seperti terlihat pada gambar di atas (batu yang kami duduki).
Setelah melihat-lihat sebentar, kami kemudian melanjutkan perjalanan, tetapi kali ini sebagian anggota rombongan memilih keluar dari gua dengan alasan keselamatan, lalu yang melanjutkan penelusuran tertinggal hanya 7 orang yakni saya, tante Onik, inang Gina (kami pertahanin ini karena diyakini masyarakat setempat memiliki “isi”), Adi,Safe,Akri dan Fir.
Keluar dari ruangan kedua tadi, jalan yang kami lalui semakin sempit dan lembab. Kemudian kami tiba di sebuah ruangan kecil seperti pada gambar berikut ini :
Ruangan ketiga ini, lebih sempit dibandingkan dengan dua ruangan sebelumnya. Keadaannyapun lebih lembab. Kami semakin banyak menemukan sarang tikus dan burung sriniti berterbangan kesana kemari. Yang keren adalah stalaktitnya, wuih..hidup banget
Puas mengagumi ruangan ketiga, kami kemudian melanjutkan perjalanan kembali. Kali ini tidaklah semudah sebelumnya. Jalan yang kami lalui sangatlah sempit. Walau bukan menjadi masalah yang berarti untuk saya yang kurus ;-0 tetapi luamayan susah untuk badan-badan sintal ;-)
Keluar dari lorong tersebut kami kemudian masuk ke dalam ruangan yang keempat. Keadaan ruangan ini juga tidak berbeda jauh dengan ruangan ketiga, hanya ukurannya saja yang sedikit lebih panjang
Sebelum melanjutkan perjalanan kembali, salah seorang anggota rombongan kami yakni Safe kembali mundur dan memilih keluar, lagi-lagi karena alasan keselamatan. Meninggalkan ruangan keempat adalah perjalanan yang tersulit, karena selain lorongnya sangat sempit dan panjang, juga keadaannya yang sangat becek . Ditengah perjalanan dalam lorong ini, kami menemukan sebuah persimpangan, setelah sedikit bingung, Adi yang memimpin rombongan lalu memutuskan mengambil sebuah arah yang ternyata membawa kami ke sebuah lorong panjang yang penuh dengan genangan air dan sangat sempit, sehingga kami harus merayap dengan tanpa bisa melakukan banyak gerakan. Keluar dari lorong itu kami kemudian masuk ke sebuah ruangan yang luas dengan lantainya yang kering bahkan berdebu. Keadaan disini luar biasa indah, stalaktitnya sangat alami dan indah.
Di ruangan kelima ini, kami kembali menemukan persimpangan. Hanya tidak begitu sulit bagi kami untuk memilih karena salah satu jalan telah sengaja tertutup oleh batu. Menurut cerita, pada jalan ini, terdapat sebuah lubang vertikal di bagian atasnya yang menembus keluar, karena di bagian atas jalan tersebut adalah merupakan kebun milik warga maka oleh warga lubang tersebut ditutup dengan melemparkan batu-batu ke dalam gua. Nah tumpukan batu tersebutlah yang menutup salah satu cabang jalan. Kami kemudian menempuh jalan yang satunya. Jalan ini sangat basah dan licin.
Jalan ini tidaklah sempit, kami hanya perlu sedikit menunduk untuk melewatinya. Berjalan sekitar 10 meter kami kemudian masuk kembali ke sebuah ruangan panjang yang tidak sebesar ruangan sebelumnya.
Ruangan ini juga sangat indah, stalaktit dan stalakmitnya sangat indah dan mengagumkan, burung srinitipun semakin banyak yang terbang berhamburan kesana kemari.
Dan sayangnya, perjalanan kami haruslah diakhiri disini. Karena setelah meninggalkan ruangan ini, kami dihadapkan pada sebuah lubang yang sangat sulit untuk dimasuki karena terlalu kecil untuk ukuran badan saya sekalipun. Seandainya kami membawa peralatan yang cukup, bisa saja, kami sedikit melebarkan lubang. Dengan kecewa kamipun harus menghentikan perjalanan ini.
Tapi tidaklah mengapa, setidaknya sudah banyak juga yang telah kami saksikan di dalam gua ini. Walaupun dengan utang menelusuri kembali gua ini suatu saat.
Perjalanan pulang terasa lebih ringan dan mudah, yang terdengar hanya suara tawa, tikus yang berlari kesana kemari dan kelelawar yang berterbangan menghindari cahaya.
Ke Tengku Bilas
Hari berikutnya kami kembali berjelajah. Kali ini tujuan kami adalah ke Tengku Bilas. Tengku bilas ini terletak di Beo Lete, merupakan sebuah air terjun kecil dengan kali di bawahnya. Walaupun terletak tidak begitu jauh dari pemukiman, namun topografi menuju tengku bilas ini lumayan sulit, jalannya sangat terjal menghampiri 90 derajat kemiringannya.
Namun semuanya terbayarkan dengan pemandangan yang kami jumpai di Tengku Bilas ini.
Tengku bilas ini asyik banget untuk melepas stress. Disini saya teriak sejadi-jadinya, gila banget soalnya tempatnya, apalagi tebingnya yang sedikit susah saya naiki, karena selain kemiringannya yang terjal juga karena tanahnya yang sangat licin.
Sayang banget tempat indah kayak gini, sama halnya wae mese dan Liang Golo, mesti terlantar kayak gini, padahal punya potensi wisata. Kurangnya informasi dan aksesibilitasnya yang sulit membuat obyek-obyek ini hanya dikenal oleh warganya sendiri.
Pulang Ke Ruteng.
Tanpa terasa tanggal 8 Maret datang juga. Kamipun harus kembali lagi ke Ruteng. Sebenarnya kami masih ingin tinggal, tetapi hal lain menunggu kami di Ruteng. Saya sendiri berjanji akan kembali lagi kesini, masih ada beberapa tempat yang ingin saya kunjungi, Liang Golopun masih ingin saya telusuri sampai ujungnya. Suatu saat, pasti………..!!!!!!!!!
Jam dua kurang 15 menit, kami kemudian sampai di Beo Lete. Kampung ini masih juga tidak berubah sejak lima tahun yang lalu saya menginjaknya. Sepi, becek dengan penghuni yang sangat ramah. Oya karena nenek moyangnya kampung ini adalah buyutnya ajus, jadinya banyak banget keluarga ajus di kampung ini. Jadinya begitu kita sampai, banyak keluarganya yang datang ke rumah kakek saya untuk melepas kangen bersama kami semua.
Ngikut Acara Adat Teing Hang
Pada umumnya masyarakat Manggarai masih sering melakukan acara adat Teing Hang. Ini terkait dengan kepercayaan akan adanya campur tangan roh-roh nenek moyang maupun orang-orang yang telah meninggal (pa’ang be le)terhadap kehidupan, sehingga walaupun telah memeluk agama katholik, tetapi persembahan tetap pula diberikan kepada nenek moyang. Acara adat teing hang ini adalah salah satu acara yang dilakukan untuk memberikan persembahan kepada arwah nenek moyang. Biasanya acara ini dilakukan sebelum melakukan sebuah kegiatan tertentu misalnya sebelum pembagian lahan komunal lingko (lodok lingko) atau sebelum acara penti untuk meminta campur tangan dan bantuan para roh nenek moyang agar kegiatan yang akan dilakukan dapat berjalan lancar. Begitu pula halnya dengan acara Teing Hang yang kami lakukan, karena paman saya (adik ajus) akan melaksanakan sebuah kegiatan penting, maka kami sekeluarga besar mengadakan acara teing hang untuk meminta bantuan para arwah nenek moyang melancarkan kegiatan yang akan dilakukan paman saya tersebut.
Acara teing hang sebenarnya terbilang sederhana. Yang diperlukan hanyalah seeokor ayam jantan berwarna putih, tuak dan siri pinang. Acara ini biasanya dipimpin oleh seorang tua golo (pemimpin dalam sebuah kampung/beo).
Pertama-tama tua golo melakukan tudak (tudak=doa),kemudian ayam putih tersebut disembelih. Setelah sembelih, dilakukan apa yang dinamakan toto urat, yakni melihat tanda-tanda pada usus ayam, guna meramalkan kegiatan yang akan dilakukan, juga untuk mengetahui tudak yang telah disampaikan diterima oleh TYME dan direstui oleh para leluhur. Ini adalah semacam cara meramal tradisional orang Manggarai. Setelah toto urat, ayam kemudian dibakar. Hati ayam kemudian diambil untuk dipersembahkan kepada arwah nenek moyang.
Sebelum dipersembahkan ada tudaknya juga yang biasanya disebut tudak takung (doa persembahan). Setelah tudak takung baru kemudian persembahan (helang) yang berupa hati ayam tadi dicampuri sedikit garam dan disajikan bersama nasi,tuak dan sirih pinang. Mungkin kita bertanya dimanakah helang tersebut kemudian diletakkan? Helang tersebut hanya diletakkan di depan pemimpin acara dalam hal ini tua golo. Dalam kepercayaan masyarakat, bahwa dalam acara ini arwah para leluhur telah hadir bersama-sama dalam acara tersebut, sehingga persembahan diletakkan di tempat itu juga. Setelah acara helang ini, selesailah acar teing hang, biasanya dilanjutkan dengan makan dan minum bersama.
Oya, selama acara adat ini saya menemukan barang-barang budaya yang hampir punah di bumi Manggarai ini. Benda di bawah dinamakan lopa, sedangkan bagian dalamnya disebut tepak. Lopa ini terbuat dari kuningan dan digunakan sebagai tempat menyimpan sirih/pinang. Menurut cerita, lopa ini bukan merupakan hasil budaya orang Manggarai. Lopa ini berasal dari Gowa. Dahulu Manggarai merupakan daerah kekuasaan kesultanan Gowa. Nah, Lopa ini merupakan hasil barteran antara mayarakat Gowa dan penduduk asli. Lopa ini dibarterkan dengan seekor kerbau. Tidak diketahui secara pasti apakah nama Lopa merupakan nama yang diberikan oleh orang Manggarai atau oleh orang-orang Gowa sendiri. Selanjutnya oleh orang Manggarai Lopa ini digunakan sebagai tempat menyimpan sirih/pinang.
Yang terlihat pada gambar di atas adalah sebuah robo. Kalau Lopa berasal dari Gowa, namun robo merupakan hasil karya anak negri ;-). Robo ini adalah tempat menyimpan tuak. Melihat gambarnya, kita mungkin berpikir bahwa robo ini terbuat dari tanah liat. Robo sebenarnya adalah buah yang dikeringkan. Buah apa bisa sebesar itu? Saya sendiri belum pernah melihat buahnya, karena buah itu memang sudah tidak diketemukan lagi saat ini, oleh masyarakat setempat, buah tersebut dinamakan cewak. Cewak merupakan tanaman menjalar sejenis ketela rambat. Oleh orang Manggarai buah cewak itu kemudian dikeluarkan isinya dan dikeringkan sehingga menghasilkan robo seperti terlihat pada gambar di atas.
Jalan-jalan ke Lingko Apung dan Wae Mese
Hari pertama dan kedua berada di Beo Lete, saya dan keluarga disibukkan oleh acara adata Teing Hang. Pada hari ketiga, saya dan saudara2 saya kemudian jalan-jalan ke Lingko Apung dan Wae Mese.
Lingko adalah tanah komunal yang umumnya terdapat dalam setiap beo di Manggarai. Lingko dapat berupa kebun yang sedang dikerjakan ataupun lahan hutan yang pernah ataupun belum pernah dijadikan kebun. Sedangkan Apung adalah sebuah nama yang dipilih oleh masyarakat beo Lete untuk lingko tersebut, untuk membedakannya dengan lingko yang lainnya, karena dalam suatu beo bisa terdapat lebih dari satu lingko.
Yang unik dari Lingko Apung ini adalah masih jelasnya bentuk lodok lingko. Lodok lingko adalah suatu system pembagian Lingko di Manggarai yang pada prinsipnya dibuat dalam bentuk lingkaran seperti jaring laba-laba, seperti terlihat di gambar di bawah ini :
Lodok lingko bisa ditemukan tidak hanya di lahan basah seperti sawah tetapi juga pada lahan tanah kering, hanya saja jika di lahan tanah kering, bentuk lodok sudah tidak lagi dapat terlihat dengan jelas karena tertutup oleh kanopi tanaman, berbeda dengan lahan persawahan.
Menikmati lingko Apung ini memiliki kenikmatan tersendiri. Selain bentuknya yang unik, melihat sawah dan pondok-pondok, sesuatu yang jarang terlihat di kota adalah suatu hal yang menarik.
Puas berfoto-foto di Lingko Apung, kami kemudian jalan-jalan ke Wae Mese (wae=air; mese=besar) yakni sebuah sungai besar yang terletak di dekat Lingko Apung. Sungai ini keren banget, arusnya kuat, sepertinya akan asyik kalau dipakai buat arung jeram. Air sungai ini juga yang digunakan untuk mengairi sawah di Lingko Apung.
Satu yang saya perhatikan, bahwa di kampung Lete ini banyak sekali terdapat batu-batu besar, baik yang terdapat di sekitar pemukiman maupun di sekitar wae mese seperti terlihat pada gambar-gambar di atas. Waktu saya tanyakan kepada masyarakat setempat, mereka mengatakan bahwa batu-batu tersebut telah ada sejak jaman nenek moyang mereka dahulu. Ada tidak ya kemungkinan bahwa batu-batu ini berasal dari letusan gunung berapi? Sepertinya perlu penelitian khusus ya untuk mengetahui hal ini.
Ke Liang Golo
Hari berikutnya, saya dan sodara-sodara jalan-jalan ke Liang Golo (Liang=gua;Golo=bukit), yaitu sebuah gua. Dinamakan Liang Golo mungkin karena pintu masuk ke dalam gua ini terletak di atas sebuah bukit di beo Majung, sebuah kampung kecil di sebelah beo Lete. Menurut cerita masyarakat setempat, gua ini membentang mulai dari beo Majung melewati beo Lete hingga ke Wae Mese, diperkirakan sekitar 2 km. untuk membuktikan informasi tersebut kami tertantang untuk menaklukkan Liang Golo. Dengan perlengkapan yang minim (karena emang kurang persiapan) dan semangat yang maksimal kami kemudian masuk ke Liang Golo
Melihat mulut gua, kami semakin tertantang untuk masuk ke dalam gua. Masuk ke dalam gua ternyata sangat mudah, hanya perlu sedikit menunduk dan yup..tibalah ke dalam sebuah ruangan luas seperti dibawah ini :
Ruangan ini cukup luas, sekitar 5 m2. Tidak ada yang begitu menarik di dalam ruangan ini. Stalaktit dan stalakmitnya sudah terlalu sering dijamah sehingga terlihat seperti batu biasa yang terletak di luar gua.. Kami juga menemukan beberapa sarang tikus dan burung sriniti (Collacalia Esculanta).
Tidak lama di ruangan satu kami lalu melanjutkan menelusuri gua ini, melewati sebuah lubang kecil dan kami kembali bertemu dengan sebuah ruangan luas seperti gambar di bawah ini:
Ruangan ini sedikit lebih luas dari ruangan yang pertama, namun keadaannya tidak berbeda jauh dengan ruangan yang pertama, hanya saja di dalam ruangan ini terdapat sebuah batu besar seperti terlihat pada gambar di atas (batu yang kami duduki).
Setelah melihat-lihat sebentar, kami kemudian melanjutkan perjalanan, tetapi kali ini sebagian anggota rombongan memilih keluar dari gua dengan alasan keselamatan, lalu yang melanjutkan penelusuran tertinggal hanya 7 orang yakni saya, tante Onik, inang Gina (kami pertahanin ini karena diyakini masyarakat setempat memiliki “isi”), Adi,Safe,Akri dan Fir.
Keluar dari ruangan kedua tadi, jalan yang kami lalui semakin sempit dan lembab. Kemudian kami tiba di sebuah ruangan kecil seperti pada gambar berikut ini :
Ruangan ketiga ini, lebih sempit dibandingkan dengan dua ruangan sebelumnya. Keadaannyapun lebih lembab. Kami semakin banyak menemukan sarang tikus dan burung sriniti berterbangan kesana kemari. Yang keren adalah stalaktitnya, wuih..hidup banget
Puas mengagumi ruangan ketiga, kami kemudian melanjutkan perjalanan kembali. Kali ini tidaklah semudah sebelumnya. Jalan yang kami lalui sangatlah sempit. Walau bukan menjadi masalah yang berarti untuk saya yang kurus ;-0 tetapi luamayan susah untuk badan-badan sintal ;-)
Keluar dari lorong tersebut kami kemudian masuk ke dalam ruangan yang keempat. Keadaan ruangan ini juga tidak berbeda jauh dengan ruangan ketiga, hanya ukurannya saja yang sedikit lebih panjang
Sebelum melanjutkan perjalanan kembali, salah seorang anggota rombongan kami yakni Safe kembali mundur dan memilih keluar, lagi-lagi karena alasan keselamatan. Meninggalkan ruangan keempat adalah perjalanan yang tersulit, karena selain lorongnya sangat sempit dan panjang, juga keadaannya yang sangat becek . Ditengah perjalanan dalam lorong ini, kami menemukan sebuah persimpangan, setelah sedikit bingung, Adi yang memimpin rombongan lalu memutuskan mengambil sebuah arah yang ternyata membawa kami ke sebuah lorong panjang yang penuh dengan genangan air dan sangat sempit, sehingga kami harus merayap dengan tanpa bisa melakukan banyak gerakan. Keluar dari lorong itu kami kemudian masuk ke sebuah ruangan yang luas dengan lantainya yang kering bahkan berdebu. Keadaan disini luar biasa indah, stalaktitnya sangat alami dan indah.
Di ruangan kelima ini, kami kembali menemukan persimpangan. Hanya tidak begitu sulit bagi kami untuk memilih karena salah satu jalan telah sengaja tertutup oleh batu. Menurut cerita, pada jalan ini, terdapat sebuah lubang vertikal di bagian atasnya yang menembus keluar, karena di bagian atas jalan tersebut adalah merupakan kebun milik warga maka oleh warga lubang tersebut ditutup dengan melemparkan batu-batu ke dalam gua. Nah tumpukan batu tersebutlah yang menutup salah satu cabang jalan. Kami kemudian menempuh jalan yang satunya. Jalan ini sangat basah dan licin.
Jalan ini tidaklah sempit, kami hanya perlu sedikit menunduk untuk melewatinya. Berjalan sekitar 10 meter kami kemudian masuk kembali ke sebuah ruangan panjang yang tidak sebesar ruangan sebelumnya.
Ruangan ini juga sangat indah, stalaktit dan stalakmitnya sangat indah dan mengagumkan, burung srinitipun semakin banyak yang terbang berhamburan kesana kemari.
Dan sayangnya, perjalanan kami haruslah diakhiri disini. Karena setelah meninggalkan ruangan ini, kami dihadapkan pada sebuah lubang yang sangat sulit untuk dimasuki karena terlalu kecil untuk ukuran badan saya sekalipun. Seandainya kami membawa peralatan yang cukup, bisa saja, kami sedikit melebarkan lubang. Dengan kecewa kamipun harus menghentikan perjalanan ini.
Tapi tidaklah mengapa, setidaknya sudah banyak juga yang telah kami saksikan di dalam gua ini. Walaupun dengan utang menelusuri kembali gua ini suatu saat.
Perjalanan pulang terasa lebih ringan dan mudah, yang terdengar hanya suara tawa, tikus yang berlari kesana kemari dan kelelawar yang berterbangan menghindari cahaya.
Ke Tengku Bilas
Hari berikutnya kami kembali berjelajah. Kali ini tujuan kami adalah ke Tengku Bilas. Tengku bilas ini terletak di Beo Lete, merupakan sebuah air terjun kecil dengan kali di bawahnya. Walaupun terletak tidak begitu jauh dari pemukiman, namun topografi menuju tengku bilas ini lumayan sulit, jalannya sangat terjal menghampiri 90 derajat kemiringannya.
Namun semuanya terbayarkan dengan pemandangan yang kami jumpai di Tengku Bilas ini.
Tengku bilas ini asyik banget untuk melepas stress. Disini saya teriak sejadi-jadinya, gila banget soalnya tempatnya, apalagi tebingnya yang sedikit susah saya naiki, karena selain kemiringannya yang terjal juga karena tanahnya yang sangat licin.
Sayang banget tempat indah kayak gini, sama halnya wae mese dan Liang Golo, mesti terlantar kayak gini, padahal punya potensi wisata. Kurangnya informasi dan aksesibilitasnya yang sulit membuat obyek-obyek ini hanya dikenal oleh warganya sendiri.
Pulang Ke Ruteng.
Tanpa terasa tanggal 8 Maret datang juga. Kamipun harus kembali lagi ke Ruteng. Sebenarnya kami masih ingin tinggal, tetapi hal lain menunggu kami di Ruteng. Saya sendiri berjanji akan kembali lagi kesini, masih ada beberapa tempat yang ingin saya kunjungi, Liang Golopun masih ingin saya telusuri sampai ujungnya. Suatu saat, pasti………..!!!!!!!!!
Langganan:
Postingan (Atom)