Sabtu, 26 Mei 2007

Sekilas Pulau Mangole

Mangole adalah sebuah Pulau yang terletak di Kabupaten Kepulauan Sula Propinsi Maluku Utara.
Kabupaten Kepulauan Sula merupakan kabupaten yang terletak paling selatan di propinsi Maluku Utara. Secara geografis terletak di 01 45 00 LS dan 124 05 00 BT 126 50 00 BT dengan batas wilayah sebelah Utara dengan Laut Maluku, sebelah Selatan dengan Laut Banda, sebelah Barat dengan Provinsi Sulawesi Tengah dan sebelah Tim
ur dengan Laut Seram.
Larger Map

Kabupaten yang memiliki luas wilayah 24.082,30 Km2 ini terdiri dari 3 pulau besar yakni pulau Sulabesi, pulau Taliabu dan pulau Mangole.
Sebagian dari kita mungkin ada yang belum pernah mendengar nama pulau-pulau ini, saya
sendiri juga baru tahu ketika saya bekerja di PT Barito Pacific Timber Tbk pada pertengahan 2005 silam, karena beberapa camp HTI dan HPH serta Industri Pengolahan Kayu Hulu (IPKH) kayu lapis milik perusahaan tempat saya bekerja terletak di dua pulau di kabupaten Kepulauan Sula yakni pulau Taliabu dan pulau Mangole.
Kabupaten Kepulauan Sula terbagi ke dalam 124 desa dan 19 kecamatan.
Dari 19 kecamatan di Kabupaten Kepulauan Sula tersebut, 5 kecamatan diantaranya terdapat di pulau Mangole yakni kecamatan Mangole Timur Tengah dengan ibukota Waisakai, kecamatan Mangole Selatan dengan ibukota Buya, kecamatan Mangole Timur dengan ibukota Waitina, kecamatan Mangole Barat dengan ibukota Do
fa dan kecamatan Mangole Utara dengan ibukota Falabisahaya.
Dari kelima kecamatan di pulau Mangole tersebut, yang paling ramai dan maju adalah Kecamatan Mangoli Utara yang beribukota Falabisahaya. Bisa dikatakan Falabisahaya sebagai pusat dari pulau Mangole ini, karena selain penduduknya lebih banyak daripada kecamatan-kecamatan lainnya juga karena fasilitas umum yang terletak di kecamatan ini lebih lengkap dibandingkan di kecamatan lainnya.


Di Pulau Mangole ini terdapat 2 unit HTI dan sebuah industri kayu
lapis milik group PT Barito Pacific Tbk; yakni HTI PT Mangole
Timber Producers Unit I di Desa Binono dan HTI PT Kalpika Wanatama unit II di Desa Mandafuhi, keduanya berada di Kecamatan Mangole Barat serta IPKH PT Mangole Timber Producers yang terletak di Falabisahaya kecamatan Mangole Utara.
Selain kedua unit HTI dan IPKH tersebut di atas, di Kabupaten Kepulauan Sula tepatnya di pulau Taliabu, masih terdapat unit HTI dan HPH milik PT Barito
Pacific Timber tbk yakni HTI PT Mangole Timber Producers Unit II di Desa Tubang, PT Kalpika Wanatama Unit I di Desa Samuya Kecamatan
Taliabu Timur Selatan serta sebuah HPH PT Mangole Timber Producers Unit III di Desa Tubang.



Keberadaan industri PT Mangole Timber Producers di Falabisahaya
mungkin yang menjadi salah satu alasan mengapa Falabisahaya menjadi kecamatan yang paling maju di pulau Mangole.

Di Falabisahaya kawasan industri tersebut menempati suatu lokasi yang cukup luas dengan fasilitas perumahan karyawan dan berbagai fasilitas lainnya, yang disediakan demi kenyamanan karyawan yang sebagian besar adalah pendatang.
Pertama kali bekerja di PT Barito Pacific tbk, saya diberi tanggungjawab terhadap pembangunan Hutan Kemasyarakatan (HKM)
di desa-desa sekitar IPKH dengan pusat kegiatan di Falabisahaya.
Karenanya, saya banyak menghabiskan waktu saya di Falabisahaya dan secara otomatis saya ikut menikmati fasilitas perusahaan di IPKH. Berbagai fasilitas disediakan perusahaan dalam kompleks ini antara lain mess karyawan (lumayan pake AC lho),kantin,koperasi,wartel,kantor dengan fasilitas inter
net, fasilitas olahraga (tenis,basket,sepak bola,volly, dan bulu tangkis),taman kanak-kanak dan sarana ibadah.

Kompleks perusahaan ini, dikelilingi oleh tembok setinggi 4meter yang dijaga oleh satpam di setiap pintu masuknya, hal yang lazim terjadi di perusahaan-perusahaan lainnya di tanah air, tembok yang berdiri kokoh dengan papan peringatan yang tak kasat mata :dunia kemewahan dalam perusahaan dan dunia kesederhanaan masyarakat sekitar.

Kantor PT.Barito Pacific Falabisahaya




Sampai pada tahun 1998, fungsi tak kasat mata tembok ini masih berlaku, bahkan kompleks ini dahulunya sering disebut kota dalam hutan, namun setelah terjadinya reformasi tahun 1998 serta gempa bumi yang melanda kepulauan ini pada tahun yang sama, keadaan sudah
sedikit berubah. Kerusakan pada beberapa mesin dan fasilitas perusahaan akibat gempa yang terjadi juga keadaan keuangan perusahaan akibat krisis ekonomi dan reformasi mengakibatkan perusahaan ini menurunkan kapasitas produksinya.
Sejak itu, tulisan tak kasat mata pada tembok sekeliling perusahaan sepertinya ikut terhapus. Masyarakat luar juga menjadi sedikit beb
as untuk keluar masuk wilayah perusahaan dan ikut menggunakan fasilitas perusahaan yang ada terutama fasilitas olahraga dan ibadah. Keadaan di dalam kompleks perusahaan dan diluar komplekspun semakin tidak terlihat perbedaannya.



Di luar kompleks perusahaan, tersedia pula fasilitas-fasilitas umum, walaupun kondisinya sangat pas-pasan.

Jalan raya yang membelah Falabisahaya maupun jalan-jalan yang menghubungkan desa-desa di Mangole terlihat berlubang di sana-sini,yang memberi kesan "debu" dimusim kemarau. Sarana transportasi umum yang digunakan di Falabisahaya adalah ojek dan becak.

Untuk transportasi antar desa dan pulau-pulau terdekat, orang-orang lebih memilih menggunakan transportasi laut seperti ketinting (sebutan untuk perahu kecil berkapasitas max 4 orang),speed boat dan long boat. Sedangkan untuk perhubungan dengan pulau-pulau yang lebih jauh seperti Ternate dan Sulawesi, masyarakat menggunakan kapal motor swasta dan pesawat

udara.Tidak ada satupun angkutan umum beroda empat digunakan di daerah ini, yang mungkin dikarenakan keadaan jalan yang kurang mendukung.

Untuk sarana pendidikan terdapat sekolah-

sekolah dari TK sampai SMA dengan fisik bangunan "perlu renofasi", malahan ada beberapa sekolah

yang terpaksa "nebeng" menggunakan gedung sekolah yang lain karena keadaan fisik bangunannya sudah tidak mungkin digunakan lagi.

Fasilitas ibadah di daerah ini terbilang lumayan. Karena mayoritas masyarakat yang memeluk agama islam, di daerah ini banyak terdapat mesjid dengan fisik bangunan yang lumayan bagus.

Selain mesjid terdapat juga gereja katholik dan beberapa gereja kristen. Selain sarana dan prasarana di atas, di daerah ini juga terdapat pertokoan, pasar rakyat, fasilitas olah raga, Telkom (ada sinyal juga kok), Kantor Pos, Puskesmas, penginapan (kelas melati tentunya), rumah karaoke, serta sebuah lokalisasi. Agak kaget juga menemui adanya sebuah lokalisasi di kecamatan kecil ini, padahal masyarakatnya agak jauh dari modernisasi, mungkin ini sebagai suatu imbas dari kemajuan yang pernah dicapai oleh oleh PT Barito Pacific Timber tbk dan juga perusahaan pengelola hutan di daerahn ini sebelumnya yang berasal dari Philipina.





Penduduk di pulau Mangole terdiri dari berbagai suku bangsa. Selain penduduk asli bersuku bangsa Sula, pulau Mangole juga terdiri dari beberapa suku bangsa antara lain Buton, Bugis, Manado, Minahasa, Sangihe-Talaud, Jawa dan Flores. Masyarakat yang ramah membuat saya seperti berada di kampung sendiri, apalagi di sini terdapat sebuah kampung Flores bernama kampung Kodok. Di kampung ini hidup banyak sekali orang Flores yang sudah berpuluh-puluh tahun di Mangole bahkan banyak dari antara mereka yang sudah lupa budaya Flores. Kebanyakan dari mereka enggan untuk kembali ke Flores karena mereka rata-rata telah memiliki rumah dan kebun di Mangole.





Mungkin karena terdiri dari banyak suku bangsa, bahasa sehari-hari yang digunakan adalah bahasa indonesia dengan dialek Maluku. Diantara para masyarakat asli juga sangat sulit menemukan orang yang bisa berbahasa Sula seperti sulitnya menemukan jejak-jejak kebudayaan di daerah ini. Kurangnya usaha-usaha pelestarian dan tidak adanya kebanggaan akan budaya daerah mungkin menjadi sebab terjadinya hal tersebut. Saya yang sangat menggemari kebudayaan daerah-daerah Indonesia menjadi sedikit kecewa begitu mengetahui betapa kebudayaan menjadi sangat tidak dikenal di daerahnya sendiri.




Walaupun kebudayaannya sudah terkikis, namun kehidupan sosial masyarakat di Pulau Mangole terbilang aman. Mangole yang mayoritas masyarakatnya memeluk agama islam (diikuti Protestan dan Katholik), adalah satu-satunya Pulau di Kepulauan Sula yang tidak terkena imbas konflik agama Ambon. Dibandingkan dengan daerah-daerah lain di Kepulauan Sula, masyarakat Mangole memang terbilang memiliki pikiran yang lebih maju dan terbuka, masyarakat hidup rukun dan damai antara satu dengan yang lainnya.
Saya teringat ketika pertama kali menginjakkan kaki di pulau Taliabu, saya pernah bertemu beberapa orang yang ketika pertama kali berkenalan dengan saya, hal pertama yang ditanya setelah nama adalah : "agamanya apa"?. Agak ngeri juga mendapatkan orang yang begitu sensitifnya akan agama, bahkan agama seseorang akan sangat berpengaruh terhadap bagaimana ia akan diperlakukan. Sejauh itu, hal tersebut sangat bisa saya maklumi karena melihat berbagai dokumentasi dan mendengar sendiri kesaksian korban-korban kerusuhan Ambon, kerusuhan SARA itu pernah membuat luka yang sangat dalam.





Mata pencaharian utama masyarakat Mangole adalah nelayan. Mereka adalah pelaut-pelaut yang ulung, hasil laut di daerah ini juga sangat banyak seperti ikan merah, ikan cakalang, ikan goropa, cumi, tripang dan juga rumput laut. Selain sebagai nelayan, ada juga masyarakat yang bermatapencaharian sebagai petani, yang umumnya adalah masyarakat pendatang dari Flores dan Buton. Jenis pertanian yang mereka usahakan adalah tanaman berumur panjang seperti kelapa, coklat dan pala. Selain nelayan dan petani, mata pencaharian lainnya adalah buruh pabrik, pegawai pemerintahan dan pengusaha kayu bal ataupun kayu gergajian. Terhitung ada 4 unit industri kayu gergajian (saw mill) milik masyarakat di daerah ini. Mangole dan Kabupaten Kepulauan Sula umumnya memang memiliki potensi hasil hutan yang banyak dengan jenis-jenis Meranti, Binuang, Jabon serta jenis-jenis kayu rimba lainnya.



ciat...




Pulau Mangole juga memiliki potensi wisata alam pantai, hanya saja belum dikelola dengan baik oleh pemerintah daerah, padahal pantai-pantai tersebut sangat indah dan alami tetapi pantai-pantai di pulau ini dibiarkan "terlantar" begitu saja. Salah satu pantai favorit yang sering saya kunjungi adalah pantai Lekosula. Di pantai berpasir putih ini saya sering melepas penat setelah seharian berkutat dengan kerjaan di kantor, menikmati angin sore yang meniup ombak, terasa begitu menyenangkan. Disamping pantai Lekosula masih ada pantai-pantai lainnya seperti pantai tanah dolong, pantai lapter dan pantai lekokadai





Di Pantai Lekosula





Jika suatu saat ada diantara kita yang ingin mencoba menikmati matahari sore di pantai-pantai tersebut atau sekedar ingin menaklukkan pulau-pulau nusantara, tidak ada salahnya datang ke Pulau ini. Pulau Mangole dapat dijangkau dengan menempuh jalur transportasi udara ataupun transportasi laut. Transportasi udara bisa menggunakan rute pesawat : Ternate - Falabisahaya dua minggu sekali dengan harga tiket Rp.200.000,- atau dengan transportasi laut : Manado - Falabisahaya setiap hari senin dengan menggunakan kapal KM Thedora dan setiap hari rabu dengan menggunakan kapal KM Intim Teratai dengan harga tiket sebesar Rp.175.000,-

34 komentar:

Anonim mengatakan...

Aduh ternyata ada juga yang buat ulasan tentang Mangole, salah satunya anda yang Lulusan Kehutanan UGM. Salut deh. AKu juga punya cerita tentang tempat kerja anda yang juga merupakan tempat kerja pertamaku dalam pencarian pengalaman, PT Barito Pacific Timber Tbk. Meskipun sangat berlainan posisi job-nya. Aku di kerja kasar sendang mbak Prisca pasti di jajaran level atas. Mbak prisca pasti sudah sangat mengenal Yogya, tempat kuliah dulu. Aku ini juga orang Yogya gitu. Aku kerja di BPTG Mangole selepas SMA th 92-95 terus pulang kampung dan dapat kerjaan sambil berkuliah. Banyak kenangan saya di Mangole bersama teman-teman dulu yg berasal dari Timtim, Buton, Minahasa, Menado, Sangir Talaud, Jawa, dll. Aku ingat pantainya yg indah, pasarnya yg unik, lap terbang, pelabuhan, mes-mes karyawan dan kampung-kampung sekitar pabrik. Opo pabriknya masih berpoduksi ya? Kadang saya masih seperti teringat dengan jelas suasana kehidupan di pabrik dulu, meski sudah berlalu sekian lama. Salam buat anda dan semuanya. Trim

Margaretha mengatakan...

Terima kasih pa susilo atas komentarnya.Bapak di Mangole pas barito lagi rame2nya dan maju2nya.saya skitar 2 tahunan disana,tp bukan level atas,bapak kali:)...saya di bagian PSDA,hanya posisi di industri, jadi saya cuman nebeng di industri.industi sudah ditutup sejak tahun lalu,sdikit masalah sama bupati.sekarang saya di manado.terakhir ditinggalkan,industri udah sepi tertinggal 60an orang buat jagain aset.tapi camp masih tetap jalan ampe sekarang.sekarang bapak kerja dimana,banyak pengalaman tentunya dengan mangole :)

Anonim mengatakan...

Membaca tulisan mbak margaretha membangkitkan kenangan indah yang tak pernah terlupakan bagi saya, saya juga eks karyawan PT Mangtip tahun 1993 - 1999 di bagian EDP, banyak sekali kenangan manis yang telah saya lalui bersama teman-teman disana, ingin sekali saya mengulang kenangan itu dengan berkunjung kesana. Sayang PT mangtip telah tutup.
Saat ini saya bekerja di Jakarta mungkin mbak punya info teman-teman eks PT Mangtip yang bekerja di Jakarta ...

Margaretha mengatakan...

makasih ya pak, udah mau mampir.Sayang bapak tidak meninggalkan nama.eks mangtip di jakarta, wah sayangnya saya kurang begitu tau pak..iya industri fala udah ditutup 2007 kemarin,konflik perijinan sama bupati. tahun 93-99, mungkin kenal pa Gito ya,di bagian EDP juga kemarin pada masa saya disana??

Amathonthe mengatakan...

dulu pernah sekolah dan tinggal difalabisahaya selama 3 tahun,,,tempat yang indah,,tiap malam minggu bersama ayah dan keluarga mancing di kapal tongkang dekat pelabuhan, kalo ke camp perusahaan melewati bukit anggrek yang indah banget..trus lautnya enak untuk berenang,,,disini juga merasakan gempa yang paling parah yang pernah dirasakan melebihi gempa jogja

jadi kangen

tapi kata ayah saya,sudah agak sepi daerah ini,mungkin karena tutupnya perusahaan

Susilo mengatakan...

Mangole, masih ada dalam ingatanku sampai saat ini. Tak tau kenapa ya? Sampai pernah bermimpi saya bekerja kembali di Mangole, padahal sudah lama saya tinggalkan. Salam buat pemilik blog ini (mbak dari Flores ya?) juga buat semua yang pernah punya kenangan di Falabisahaya, Mangole ....

mukhlis mengatakan...

salam.sya mukhlis pernah juga kerja d barito kalo gak salah sya dlu d bagian log suplay kaya front liner kalo d perbankan.tinggal d mess logging ama mantri syaraf(kalo pernah sakit pasti kenal ama om gw).betul tuh mbak pantai2 d fala indah banget sy juga plng senang k lekosula.makasih ya buat yg punya blog dah menyajikan sekejap nostalgia walaupun lewat dunia maya

Margaretha mengatakan...

At Amathonthe :
makasih ya dah mau mampir. sori juga baru skarang bisa balas commentx.
anggrek disana udah jarang,mungkin karna pembalakan hutan.kalau di pulau taliabu yang masih sering dijumpai.
kalau ngerasain gempa berarti sekitar tahun 98 an ya disna, saya belum kesana, baru 2005 saya disana. sekarang mah udah sepi, udah tutup industri dan HPH kita disana, sekarang tinggal HTI aja.oya salam juga buat kluarganya, kapan2 berenang lg atuh ke mangole ;-)

Margaretha mengatakan...

At Pa Susilo :
ha.. itu tandanya bapak mesti kesana lagi suatu saat, ngerasain lagi minum air mangole dan mancing di pantainya ;-)
iya pak dari Flores..makasih ya pak..

Margaretha mengatakan...

At mukhlis :
Makasih ya dah mau mampir, sori baru sempat balas commentx skrg ;-)
oya..pa mantri saraf masih kerja juga di mangole, sekarang cuma tinggal dia sendiri yang ngurus poliklinik, kan industri dah tutup, jadi yang tertinggal cuma puluhan karyawan yang ngejaga aset.
ayo kapan2 kesana lagi menikmati pantainya yang terlantar namun mempesona ;-)

Amathonthe mengatakan...

Iya mba...tinggal disana ampe 1999
berarti dah 10 tahun lalu ga peernah kesana lagi,,pengen banget balik sana lagi
cuma kata ayah transportasi dah susah..
kangen banget,,,
insya Allah salamnya disampein,,,

Jabon mengatakan...

duh jadi penasaran, matahari sore di sana tuh kayak apa ya...

Margaretha mengatakan...

indah lah...coba saja menikmatinya..jalan jalan kesana..sun set di pantai2 terkenalkan udah biasa..nah cobalah di pantai2 yg blum tersentuh media hehehe..fotonya akan saya upload menyusul..makasih..

Anonim mengatakan...

salam dari jogja...buat yang pernah merasakan indahnya mangtip...,buat mb margareta tolong klo ada fotonya di upload..seperti pantainya pasir putih...khas makananya cakalele bubur manado skalian pasarnya...ya ..
salam dari kami; titik angkasawati
,roni takboat,kiswanto,srinarimah, saya sendiri icuk dulu bagian seleksi

Margaretha mengatakan...

mas icuk ya..makasih ya udah mampir,udah datang ke fb juga. iya salam juga untuk teman2nya.
fotonya ntar nyusul ya,udah kusiapin sih tapi belum jadi kuupload2 juga hehe..sabar ya..
oya saya dulu PH

Margaretha mengatakan...

buat smuanya...hari ini saya mau upload foto2 mangole..tapi karna internet di kantor lagi ada gangguan,jadi baru bisa beberapa...menyusul yah lainnya...

Anonim mengatakan...

Hai,mba' margaretha slm kenal yach....oh ya aq menghbskan msa kcilqu d mangole tepatx d dusun 5 rt dan rw aq lupa tp lokasix dkat lapangan pesawat ,senang skali mba' margareth mencritakan falabisahaya......wlupun ibuqu asal dr jw n' bpqu dr ambon dan aq jg lhirx d bitung tp aq ngerasa fala spt tanah kelahiranqu smpe skrng aq slalu tringat indahx pantai tanah dolong..setiap hari minggu pagi aq sering jln pagi d lapangan pesawat.....oh ya mba' bleh tau almt fbx?soalx aq gak pux blog.

Margaretha mengatakan...

margarethapriska@yahoo.com (margaretha Priska) makasih ya udah mau mampir..fala emang sulit dihapus dari benak ;) salam kenal ya

Anonim mengatakan...

tlisan mba'margareth mengingatkan masa kecil z d dusun 2. gmn keadaan fala skarg ya...???? msa kecil saya hbskan dsana drumahx tete borona...terakhir ksana thun 2004 tp sdh tdk spt dlu sblum gempa........

Margaretha mengatakan...

makasih mau mapir ya..tahun 2004 saya belum kesana. skarang keadaannya sperti apa saya kurang begitu mengikuti. mungkin kawan bisa ngikut group falabisahaya/mangole di facebook yang dikelola oleh putra/i Fala, silahkan cek di fb saya ;p

Anonim mengatakan...

gak ad lgi komentar ttg falabisahaya ya???

Anonim mengatakan...

Dlu aku habiskan masa kecilku di falabisahaya,,, dan banyak kenangan yg saya lewati bersama teman2 aku di falabisahaya, saya teringat waktu aku dan teman2 ku pergi ngambil durian di sangatelu menggunakan ketinting.....

Anonim mengatakan...

saya sangat terkesan, mengingat kembali masa2 kejayaan pulau mgnole dulu, khususnya di falabisahaya..sangatt indah! tpi sayang skarang fala sdh semakin sepi dan masy. sangat kesulitan mendapatkan penghasilan.

Anonim mengatakan...

jadi ingat saat kerja di P.Mangoli pd th 2006-an..sungguh indah laut disana dg hamparan pasir putihnya serta pohon kelapa yg berjajar rapi di tepi lautnya..untungnya aq slalu berpindah dr tempat yg satu ke tempat yg lain untuk mencari kayu..shg aq dapat mengenal keindahannya..awalnya aq tinggal di falah (di sawmill pasta bulu) beberapa bulan,..lalu lanjut ke dova..dan tinggal di Sanana beberapa bulan..bahkan aq juga pernah kesasar di wai ina kep.sulabesi..sungguh tempat yg berkesan..

Unknown mengatakan...

saya sebenarnya ada sebuah novel tentang Mangole, mungkin akan saya buatkan cerita bersambung di sebuah media online, semoga bisa menjadi kenangan bagi mereka yang pernah bekerja di PT. Mangole Timber Producers

Unknown mengatakan...

Dulu sekitar tahun 85 ibu saya kerja di barito juga. Membaca tulisan ini rasanya saya ingin sekali suatu saat nanti, saya ajak ibu saya berkunjung lagi di mangole. Pasti ibu akan mengenang masa-masa indahnya merantau di sana :)salam kenal dari jogja mbak..

Unknown mengatakan...

Dulu sekitar tahun 85 ibu saya kerja di barito juga. Membaca tulisan ini rasanya saya ingin sekali suatu saat nanti, saya ajak ibu saya berkunjung lagi di mangole. Pasti ibu akan mengenang masa-masa indahnya merantau di sana :)salam kenal dari jogja mbak..

Margaretha mengatakan...

@IDM AKASIA: wah keren,,nanti dishare ya novelnya sukses menulis :)

@Pi Plinti: salam kenal juga mbak dan salam buat ibunya

Unknown mengatakan...

Membaca blog ini mengingatkan sy tentang betapa indahnya pulau ini, ramah warganya. Th 84-86 kami sklga pernah tinggal dipulau ini, ayah sy Bay Abdurahman adalah seorang spesialist Boiler yg bekerja di PT Barito, walau hanya dua tahun sy disana alamnya masih terbayang hingga kini, keramahan masyarakat sekitar masih terasa dihati, trimakasih atas blognya mba Margareth.. mudah2 anda selalu diberkahi Allah Swt. Blog anda tanpa sadar membuat airmata sy mengalir.. betapa rindu kami akan pulau ini, rindu kpd nenek angkat kami.. Ibu Ida pedagang Mie depan Koperasi, mudah2an ini menjadi ajang silaturahim.. terimakasih.. sy Beby 081574769189

Muhammad Idra Faudu mengatakan...

hallo.. semua aku dr mangole cuman kmpungku bkan d falabisahaya, aku di desa kawata (wilyah mangole timur).Makasi ya udah ulasin mangole.Libur kemarin aku balik ke sula, dn sempat ke fala, sekarang ga kaya dulu lagi, bekas kapal2 dri perusahaan berserakan di dekat pelabuhan.. kalo sodara ingin ke sula, jangan lupa kasih tau beta e.hehe

Muhammad Idra Faudu mengatakan...

hallo.. saya dri sula , skarang kuliah d jogja

Margaretha mengatakan...

mba beby..trimakasi ya suda mampir,,kayaknya kita semua rindu dengan mangole tercinta,salam ;)

Muhammad: wah hebat putra sula,,smoga studinya lancar dan bisa kembali untuk membangun sula tercinta, salam

Unknown mengatakan...

Bapak ku dulu kerja di situ kak.. Bagian sipil, TK-SD di mangole. Di SD al munawaroh. Sama TK apa lupa aku kak. Di mangole. Bapak kerja dari tahun 87/89 sampek tahun 2008. Sekarang di jawa.. Masih membekas banget kenangan" yang ada du mangole. Dari pulang sekolah. Terus ikut bapak kerja kalo harj minggu

Unknown mengatakan...

Langganan ku waktu kecil kak mama ida.. Aku tahun di mangole dari umur 2 tahun an kak.. Kangen mama ida..